Membangun Karakter Anak dengan Segitiga Pendidikan (Parenting)

Ilustrasi. (Dena Fadillah)

Guru

Alangkah hebat dan mulianya engkau guru
Realitamu nyaris tak berharga
Penghargaan tak pernah menyapamu
Sebaliknya, hujatan cacian memenuhi media masa

Oh… Guru!
Kau digugu dan ditiru
Itu dulu
Kau dicaci dan dimaki
Itu kini

Oh… Guru!
Murid pandai kau terlupakan
Murid bodoh, tak lulus, kau disalahkan
Itulah kenyataan yang harus kau jadikan renungan

Oh… Guru!
Tunjukan darma baktimu
Agar irama sumbang tak lagi mengalun
Agar hujatan berubah menjadi sanjungan
Tunjukan keseriusan dalam pengabdian

(Karya: Marniah M)

dakwatuna.com – Puisi untuk seorang Guru karya Marniah M merupakan sebuah potretan keadaan guru sekarang ini. Hampir di setiap media masa tertulis hal negatif dari seorang guru. Padahal apabila kita lihat, posisi guru dalam pengembangan ilmu pengetahuan menempati titik sentral, guru menjadi sumber informasi bagi siswanya. Memang sulit untuk mengubah  pendidikan di Indonesia apabila guru hanya dijadikan sebatas pekerjaan dan mencari uang saja tanpa ada rasa ikhlas dan tulus. Jika saja seseorang meniatkan menjadi seorang guru disertai keikhlasan dan ketulusan maka ia akan mengajar serta mendidik dengan penuh dedikasi dan loyalitas untuk meningkatkan pendidikan. Oleh karena itu, ketika seseorang memutuskan untuk meniti jalan hidup menjadi seorang guru, dia harus benar-benar mempunyai visi dalam meningkatkan mutu pendidikan yang akan melahirkan generasi penerus bangsa yang berkompeten, baik dalam intelektual, emosional, maupun spiritualnya.

Dalam puisi tersebut guru merupakan sebuah perumpamaan orang yang diguGu dan ditiRu, tentulah hal ini menjadi sebuah sorotan besar apabila seorang guru tidak bisa menjadi contoh yang baik bagi peserta didik. Hal tersebut hanya akan menjadi olok-olokan peserta didik, peserta didik akan menganggap materi hanya sebatas pengetahuan saja tanpa harus ditindak lanjuti aplikasinya. Apabila melihat kondisi pendidikan di Nunukan pada saat ini. Sebagai daerah yang memiliki topografis berpantai dan berbukit yang tidak terlalu luas, yakni hanya 13.917,76 Km2 dengan kondisi geografis yang berada di sebelah utara Kalimantan Timur yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia, tentulah posisi tersebut menjadi tempat yang strategis bagi negara-negara tetangga dalam menjalin hubungan kerja sama baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial, maupun budaya. Tetapi dengan kondisi seperti ini apabila tidak ada filter yang cukup kuat, maka akan mudah juga tersebar hal-hal negatif dari negara-negara tetangga.

Dengan sistem pendidikan yang diterapkan di Nunukan, yaitu adopsi utuh sistem nasional tanpa tanpa tawaran keseimbangan antara muatan lokal dengan muatan nasional. Tentulah hal ini menjadi sebuah permasalahan, di mana pendidikan di Nunukan dengan fasilitas belajar yang pas-pasan harus disamakan dengan pendidikan di Jakarta dengan fasilitas yang lengkap. Apalagi melihat kondisi sekolah yang berada di pedalaman, di mana jarak sekolah dengan rumah mereka berjauhan. Seperti yang terjadi di SDN 001 Seimenggaris, anak-anak bisa berangkat sekolah apabila ada mobil perusahaan yang lewat ke sekolah dan itupun jika tidak hujan. Ketika hujan, jalanan menjadi licin dan akan sangat berbahaya untuk dilewati. Contohnya saja kejadian hari Senin (26/01), Mobil perusahaan yang membawa kurang lebih 100 anak SDN 001 Seimenggaris terbalik karena jalanan licin sewaktu mengantarkan anak-anak ke sekolah yang menyebabkan seorang anak harus dirujuk ke RS Nunukan.

Dengan kondisi seperti itu, dengan sistem pendidikan yang belum maksimal tentulah peran seorang guru yang sekarang menjadi ujung tombak pendidikan. Posisi guru dalam pengembangan ilmu pengetahuan menempati titik sentral, guru menjadi sumber informasi bagi siswanya. Memang sulit untuk mengubah  pendidikan di Indonesia apabila guru hanya dijadikan sebatas pekerjaan dan mencari uang saja tanpa ada rasa ikhlas dan tulus. Jika saja seseorang meniatkan menjadi seorang guru disertai keikhlasan dan ketulusan maka ia akan mengajar serta mendidik dengan penuh dedikasi dan loyalitas untuk meningkatkan pendidikan. Oleh karena itu, ketika seseorang memutuskan untuk meniti jalan hidup menjadi seorang guru, dia harus benar-benar mempunyai visi dalam meningkatkan mutu pendidikan yang akan melahirkan generasi penerus bangsa yang berkompeten, baik dalam intelektual, emosional, maupun spiritualnya.

Meskipun demikian guru bukanlah hal utama dalam pembentukan karakter seorang anak. Apabila kita lihat secara umum, anak-anak hanya belajar di sekolah selama kurang lebih 6 jam setiap harinya, itupun terpotong dengan waktu istirahat dan jam main mereka.

“Terus sisanya mereka gunakan untuk apa?”

Menurut teori belajar ada tiga lingkungan di mana anak-anak belajar yaitu lingkungan Keluarga, lingkungan Sekolah dan lingkungan masyarakat yang semuanya itu saling berkaitan dalam pembentukan karakter anak. Lingkungan yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan keluarga. Ada sebuah pepatah “Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”. Mungkin  pepatah tersebut masih dipercayai oleh sebagian besar orang, karena memang peran orang tualah yang sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anak. Dalam ajaran islam pun keluarga yang akan dimintai pertanggungjawaban atas sikap anaknya. Dalam Q.S At-Tahrim ayat 6 yang artinya. “Hai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu”.

Teringat sebuah film Tarzan, film yang sangat disukai dan populer di kalangan anak-anak. Sebuah film yang berceritakan seorang manusia yang terbuang di tengah hutan dan diasuh oleh segerombolan monyet. Sehingga ketika seorang tarzan sudah dewasa, perilaku dia tidak seperti manusia, melainkan bersikap seperti monyet. Dari film tersebut dapat diambil point penting, betapa pentingnya lingkungan masyarakat bagi seorang anak. Pergaulan anak-anak serta interaksi dan komunikasi dengan teman-temannya terjadi di lingkungan masyarakat. Masyarakat merupakan lingkungan kedua yang dilalui oleh anak setelah keluarga. Sehingga perlu juga bagi orang tua dan guru dalam mengawasi setiap pergaulan anak di lingkungannya. Ketiga faktor tersebut tentulah sama pentingnya dalam pendidikan seorang anak. Harus adanya sinergisitas antara ketiga lingkungan tersebut sehingga semua tujuan yang ingin dicapai oleh pihak sekolah, keluarga serta masyarakat bisa tercapai secara maksimal. .

Dalam beberapa kasus di sekolah yang biasa ditemui, banyak komunikasi yang kurang terjalin dengan baik antara sekolah, masyarakat dan keluarga. Sehingga hal ini tentu menjadikan sebuah permasalahan. Oleh karena itu, sekarang ini banyak muncul di media-media berita tentang sekolah yang pendidikannya kurang baik.  Padahal apabila kita teliti dan kaji lebih dalam, banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Dengan kondisi seperti ini tentulah seorang guru yang menjadi korban. Berita-berita negatif tentang guru menjadikan motivasi guru kendor.

Parenting merupakan sebuah program yang cukup baik dalam mewadahi ketiga lingkungan tersebut. Parenting merupakan sebuah kerja sama yang dilakukan antara pihak sekolah (dalam hal ini guru), masyarakat serta orang tua dalam mendidik seorang anak.

Ibarat sebuah segitiga yang semuanya saling terhubung dengan subjek yang di dalamnya tentulah anak didik yang terus berada dalam pengawasan ketiga lingkungan tersebut, maka dengan pengawasan seperti ini akan menjadikan sebuah karakter yang akan dimiliki oleh peserta didik.

Tentu bukanlah perkara mudah untuk mengaplikasikan teori tersebut. Untuk seorang guru, harus terus terjalin komunikasi dengan orang tua dan masyarakat. Banyak cara dalam menjalin komunikasi tersebut, salah satu caranya yaitu dengan Home Visit / kunjungan ke rumah orang tua siswa dan tokoh masyarakat. Dengan Home Visit tersebut, sampaikanlah perilaku anaknya ketika di sekolah sehingga ketika ada permasalahan yang terjadi pada anak tersebut bisa secara bersama-sama mengatasinya. Solusi yang dihasilkan tentulah hasil musyawarah secara bersama-sama sehingga tindakan yang diambil bisa diterima oleh semua pihak. Sebenarnya tidak ada alasan dalam menjalin komunikasi dengan orang tua, apalagi di zaman yang serba canggih seperti ini, alat komunikasi dan transportasi tersebar di mana-mana.

Relawan Sekolah Guru Indonesia-Dompet Dhuafa (Penempatan Kab.Nunukan).
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...