Topic
Home / Berita / Perjalanan / Catatan Perjalanan PKPU ke Uni Emirat Arab (Bagian ketiga)

Catatan Perjalanan PKPU ke Uni Emirat Arab (Bagian ketiga)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Pembukaan Dubai International Humanitarian Aid and Development Conference & Exhibition (DIHAD), Selasa (24/3/15).  (dihad.org)
Pembukaan Dubai International Humanitarian Aid and Development Conference & Exhibition (DIHAD), Selasa (24/3/15). (dihad.org)

dakwatuna.com – Dubai.  Selasa, 24 Maret 2015 merupakan hari yang penting dalam event DIHAD (Dubai International Humanitarian Aid and Development Conference & Exhibition). Karena tepat pukul 10.00 hari ini acara pembukaan berlangsung. DIHAD kali ini merupakan event tahunan yang ke-12 sejak pertama kalinya di selenggarakan di Dubai,  Uni Emirat Arab pada tahun 2004. Tahun ini seperti biasa berlangsung selama 3 hari mulai 24-26 Maret 2015 yang bertempat di Dubai World Trade Centre.

Penyelenggaraan DIHAD berlangsung di bawah naungan HH Sheikh Mohammed Bin Rashid Al Maktoum, Wakil Presiden, Perdana Menteri Uni Emirat Arab dan Pangeran Dubai. Acara DIHAD juga didukung oleh Mohammed Bin Rashid Al Maktoum Humanitarian and Charity Est, PBB, UAE Red Crescent Authority , International Humanitarian City, Dubai Cares dan Organisasi Konferensi Islam (OKI).

Pembukaan acara DIHAD berlangsung di ruang konferensi utama Dubai World Trade Centre, tepatnya di Seikh Maktoum Hall. Acara dibuka Princess Haya Bint Al Hussein. Hadir dan juga memberikan opening di pembukaan ini adalah HE Seikha Lubna Bint Khalid Al Qasimi selaku Minister of International Cooperation and Development, UAE. Hadir pula dan memberikan openingnya : HRH Prince Hasan Bin Talal (Prince Jordan), HE DR. Hamdan Musallam Al Mazrouie (Speaking on Behalf of H.H Seikh Hamdan Bin Zayed Al Nahyan), HE Ibrahim Bumelha (Humanitarian Advisor of H.H Seikh Muhammad Bin Rashid Al Maktoum) serta HE Elhadj As Sy (Secretary General IIFRC).

Tema DIHAD tahun ini adalah “Opportunity, Mobility and Sustainability: The Humanitarian Aid and Development Perspectives”. Dalam sambutannya Princess Haya Bint Al Hussein menyampaikan bahwa DIHAD ini adalah hal yang sangat strategis karena event ini diharapkan mampu menghubungkan  aktivitas kemanusiaan yang telah tumbuh di berbagai negara sekaligus ajang berbagi pengalaman bagi organisasi atau aktivis maupun komunitas kemanusiaan di tingkat regional dan internasional.

Selanjutnya beliau mengatakan, kita semua berharap dunia kita ke depan adalah dunia yang damai dan penuh kebaikan. Tiada lagi dunia ini dirusak oleh penderitaan dan kemiskinan. Untuk itu kita bertemu hari ini untuk membantu lebih memudahkan pekerjaan aktor kemanusiaan lokal dan regional yang bertujuan akhir untuk mengurangi penderitaan di seluruh dunia.

Seusai acara pembukaan yang diikuti peninjauan stand ekspo peserta DIHAD, acara dilanjutkan dengan konferensi. Sesi pertama mengusung tema “Disaster Reduction and Preparadness – Opportunities”. Tema ini tentu saja sangat menarik bagi kami di PKPU. Karena sebagai Lembaga Kemanusiaan, kami tentu cukup familiar dengan tema ini. Tema ini disampaikan oleh 4 pembicara yakni : Margareta Wahlstroom (Special Refresentative of the Secretary – General for Disaster Risk Reduction), Dr. Florika Fink Hooijer (Director Strategy, Policy & International Cooperation Europe Commision Directorate General for Humanitarian Aid & Civil Protection (ECHO), Dominique Burgeon (Coordinator Resilience, Strategic Objective & Director Emergency & Rehabilitation Division, Food & Argiculture Organisation (FAO) Rome, serta David Kaatrud (Director Regional Office for Asia & The Pacifik, WFP Bangkok.

Dari pembicaraan dan diskusi selama sesi ini berlangsung dalam 1,5 jam yang ada, ada beberapa catatan singkat yang berhasil kami garis bawahi. Bahwa bencana pada dasarnya bisa disebabkan oleh alam atau karena kesalahan manusia. Tentu saja semua bencana yang terjadi bisa kita kurangi dampaknya bila kita memiliki kesiapsiagaan dan kehati-hatian. Terutama bencana karena ulah manusia, secara umum berasal dari tindakan atau kebijakan yang kurang mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan dampak jangka panjang yang akan terjadi. Pilihan terhadap tekonologi yang diaplikasikan dalam kehidupan manusia misalnya mengandung konsekuensi logis. Sekecil apapun teknologi yang dikembangkan manusia, ada dampak negative yang ditimbulkan. Dari sini sebaiknya para pengambil kebijakan mempertimbangkan dampak apa secara jangka panjang yang akan terjadi dan bagaimana kemungkinan terburuknya.

Diskusi yang ada semakin menarik ketika salah satu dari peserta konferensi bertanya pada Margareta Wahlstroom, bagaimana dengan kasus bencana gempa dan kebocoran PLTN di Sendai Jepang. Beliau menjawab bahwa bencana ini memang kompleks kondisinya karena bukan sekedar bencana biasa. Kondisi Sendai sudah melibatkan kebijakan Negara, dalam hal ini Jepang. Bencana ini sebenarnya akan terkurangi dampaknya bila sejak awal dibuat kebijakan yang jelas terkait antisipasi dan kemungkinan yang akan terjadi dari faktor-faktor alam atau faktor lainnya yang kemungkinan terjadi. (Nana.s/sbb/dakwatuna)

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Program Pascasarjana Islamic Business and Finance di Universitas Paramadina, Jakarta. Partnership Director PKPU sejak 2001-sekarang.

Lihat Juga

Dubai Disebut Sebagai Surga Bagi Pencucian Uang dan Obat-obatan Terlarang

Figure
Organization