Topic
Home / Pemuda / Mimbar Kampus / Pemuda Itu Bernama “Mahasiswa”

Pemuda Itu Bernama “Mahasiswa”

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – “ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah, ….. “ (Ali Imran: 110)

Pemimpin Muda (Pemuda)

Islam sangat menaruh perhatian kepada para pemuda. Begitu banyak ayat dalam Alquran yang menjelaskan perihal peran seorang pemuda, serta kisah-kisah perjuangan para Nabi dan Rasul yang semuanya merupakan orang-orang terpilih dari kalangan pemuda yang berusia sekitar empat puluhan. Bahkan ada di antara mereka yang telah diberi kemampuan untuk berdebat dan berdialog sebelum umurnya genap 18 tahun. Berkata Ibnu Abbas r.a.

“Tak ada seorang nabi pun yang diutus Allah, melainkan ia dipilih di kalangan pemuda sahaja (yakni 30-40 tahun). Begitu pula tidak seorang ‘Alim pun yang diberi ilmu, melainkan ia (hanya) dari kalangan pemuda”. Kemudian Ibnu Abbas membaca firman Allah swt: “Mereka berkata: Kami dengan ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim” (Al Anbiyaa: 60, Tafsir Ibnu Katsir III/183).

Tentang Nabi Ibrahim, Alquran lebih jauh menceritakan bahwa beliau telah berdebat dengan kaumnya, menentang peribadatan mereka kepada patung-patung. Saat itu beliau belum dewasa. Sebagaimana firman-Nya:

“Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Ibrahim kepandaian sejak dahulu (sebelum mencapai remajanya) dan Kami lenal kemahirannya. Ketika dia berkata:’Sungguh kalian dan bapa-bapa kalian dalam kesesatan yang nyata’. Mereka menjawab:’ Apakah engkau membawa kebenaran kepada kami, ataukah engkau seorang yang bermain-main sahaja? Dia berkata: Tidak! Tuhan kamu adalah yang memiliki langit dan bumi yang diciptakan oleh-Nya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu”. (Al Anbiyaa: 51-56)

Selain itu, pemuda dengan masa mudanya pun mendapat sorotan penting, menjadi bagian yang begitu urgent dalam Islam. Masa muda merupakan masa gemilang di mana terbukanya pintu-pintu kesempatan untuk memberi kebermanfaatan kepada umat dengan kekuatan-kekuatan yang telah tertanam dalam dirinya untuk dijadikan landasan masa depan.

Kekuatan Inisiatif yang Tinggi

Pada zaman Rasulullah, ketika terjadi sengketa pada 4 kabilah di Mekkah dalam sengketa peletakan kembali batu Hajar Aswad, Rasululloh menjadi hakimnya dan berinisiatif dengan melebarkan selembar sorban dan meletakan Hajar Aswad di tengah-tengah sorban tersebut untuk kemudian diangkat oleh keempat kabilah pada masing-masing ujung dari sorban tersebut sehingga keempat kabilah tersebut merasa puas atas keputusan beliau dan perkelahian di antara mereka pun dapat terhindarkan.

Pada zaman kemerdekaan pun yang menjadi tumpuan untuk memperoleh kemerdekaan adalah para pemuda. Dengan SUMPAH PEMUDA-nya, para pemuda menggebrak semangat bangsa, menggetarkan jiwa-jiwa para penjajah, serta memiliki inisiatif untuk menyatukan bangsa dalam satu panji kebangsaan yang sama, bangsa yang satu, yaitu Indonesia.

Lalu, mengaca pada gerakan mahasiswa tahun 1974, yang di mana pada saat itu kesabaran para mahasiswa telah mencapai puncak batasnya karena perubahan yang dijanjikan oleh pemerintahan orde baru tak kunjung ditepati, diawali dengan reaksi terhadap kenaikan BBM hingga tuntutan mahasiswa dalam pemberantasan korupsi. Dan akhirnya terlahir gerakan “Mahasiswa Menggugat” yang dimotori oleh Arif Budiman. Aksi tersebut sangatlah gencar dilakukan, hingga pada puncak kekecewaan mahasiswa terhadap pemerintah, mereka akhinya mengambil inisiatif dengan membentuk Komite Anti Korupsi (KAK).

Kekuatan Fikriyah (Pemikiran) dan Melakukan Pergerakan

Para pemuda memiliki semangat menggebrak yang tinggi dan nyata, terutama dalam mencapai apa yang diinginkannya. Dengan kekuatan penggerak yang dimiliki, maka pemuda mampu mengguncangkan dunia, seperti yang pernah dikatakan oleh Ir Soekarno dalam pidatonya, “Beri aku 1000 orang tua, maka akan aku cabut Gunung Semeru, namun beri aku 10 orang pemuda, maka akan aku guncangkan dunia”.

Pergerakan para pemuda zaman dulu, dalam hal ini mahasiswa, merupakan bagian terpenting dalam perubahan peradaban di Indonesia dengan menorehkan kisahnya tersendiri. Mahasiswa menjadi garda terdepan dan motor penggerak perubahan, inilah pemaknaan dari agent of Change dan agent of Social Control yang merupakan sebuah label yang telah melekat pada mahasiswa. Mengedepankan ideologi dan kekritisan berpikir merupakan dasar dari pergerakan mahasiswa yang hidup sebelum zaman globalisasi.

Namun saat ini, pergerakan mahasiswa berada pada titik terendah dalam pandangan masyarakat. Tidak hanya pandangan dari masyarakat awam, namun juga pandangan dari para mantan aktivis yang dulunya sangat aktif dalam menjadi bagian dari pergerakan mahasiswa. Seharusnya hal tersebut menjadi kritikan bagi pergerakan mahasiswa supaya pergerakan mahasiswa menjadi lebih tajam lagi dalam mengaspirasikan berbagai tuntutan masyarakat saat ini. Akan tetapi, di sisi lain kebanyakan mahasiswa saat ini lebih memilih dan cenderung memperjuankan kepentingannya asing-masing. Sebagai contoh, Dewan Perwakilan Mahasiswa di sebuah perguruan tinggi yang memperjuangkan kepentingan mahasiswanya, atau Badan Eksekutif Mahasiswa yang hanya mengankat isu-isu mengenai kebijakan kampus dan problem-problem ketiakberesan birokrasi kampus lainnya. Sehingga tenaga dan pemikiran kritis mereka habis hanya untuk mengurusi maslah yang kecil dan internal kampus. Sementara isu-isu lokal dan nasional malah dikesampingkan atau malah tidak pernah disorot sama sekali.

Pada intinya pemuda itu selalu identik dengan perubahan sosial di suatu wilayah. Khususnya di Indonesia, sejarah telah mengatakan bahwa keterlibatan pemuda yang amat panjang telah menempatkan peran para pemuda sebagai kelompok strategis yang memiliki daya dorong transformasi sosial yang signifikan, hingga sangat tepat jika pemuda dianggap sebagai salah satu icon penting dalam perubahan sosial di Indonesia. Pemuda, yang saat ini kita sebut dengan “Mahasiswa”, sebagai manusia yang berpendidikan atau kaum pelajar yang berfungsi sebagai sosial Control, seharusnya memberikan penyadaran politik serta pembelajaran politik kepada masyarakat, demi tercapainya sebuah tatanan masyarakat yang lebih baik. Karena tidak dapat dipungkiri, bahwa eksistensi dari pergerakan mahasiswa ini sangat berpengaruh terhadap perubahan-perubahan fundamental dalam menegakkan demokrasi dan supremasi hukum di Indonesia.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Manusia biasa yang tak lama ini sering tersentuh dengan dakwah. Menyukai menulis sejak SMA. Menyukai warna hijau. Memiliki mimpi menjadi seorang Engineer yang dapat memberi manfaat banyak bagi sesama dengan keprofesian yang sedang ditekuninya. Saat ini sedang diamanahi menjadi Ketua Umum Lembaga Dakwah Jurusan Geomatika ITS 14/15 dan juga sedang tergabung dalam suatu komunitas sosial yang bergerak dibidang pendidikan dan pembentukan karakter yaitu Kelas Matahari.

Lihat Juga

Principal’s Award, Apresiasi untuk Anak-anak Berprestasi

Figure
Organization