Emang Ada Bidadari di Dunia?

Ilustrasi. (desainkawanimut.com)

dakwatuna.com – Bidadari itu terlahir dari balutan hati yang memancarkan cahaya karena iman. Bidadari itu terlahir dari tempaan kokoh yang membentuk sikap dan perkataan karena iman. Bidadari itu tercipta dari percikan semangat yang membungkus niat hanya untuk Sang Rahman. Setidaknya itulah beberapa bocoran versi modern tentang para bidadari. Dan bukan suatu hal yang tidak mungkin, bahwa di sekitar kita sedang banyak bidadari yang berkeliaran. Mungkin iya, mereka tidak bersayap. Mungkin juga iya, mereka tidak bermata jeli. Tapi mereka akan selalu menentramkan hati siapa saja yang sedang berada di dekat mereka. Karena tutur kata mereka adalah buah kejujuran, karena sopan satun mereka adalah hadiah kerendahatian, dan karena senyuman mereka adalah gambaran keikhlasan.

Bidadari dunia. Memang benar mereka ada? Kalau memang ada, lalu seperti apa rupa mereka? Apakah mereka sama seperti wanita lainnya?

Tulisan ini tidak dibuat untuk membeda-bedakan setiap wanita. Karena sejatinya tidak ada yang patut dibanggakan atau diremehkan. Semua hanya milik Allah, dan tentunya akan kembali kepada Allah.

Sebenarnya saat Islam membentang di dunia ini, saat Rasulullah telah dengan sepenuh hati menyebar risalah kebenaran, saat itulah pendaftaran masal untuk menjadi bidadari telah dibuka. Persyaratannya tidak pernah menilai keadaan fisik. Mau gendut, kurus, putih, hitam, mancung, atau tidak, semua punya kesempatan yang sama untuk mengecap indahnya menjadi seorang bidadari surga.

Pernah dengar nama Summayah? Dia adalah wanita pertama yang membanjiri tanah dengan darahnya karena telah memilih Islam sebagai jalan penyelamatnya. Tidak lagi goyah dalam mengimani Allah, tidak juga gentar dalam menolak kemusyrikan. Atau pernah tahu dengan sosok Khadijah? Wanita yang menjadi mulia karena ikhlas memilih jalan hidup bersama seorang yang paling mulia. Selalu mendukung, di kala Rasul dalam keterpurukan, selalu ada di saat Rasul dalam kesusahan. Lalu muncul pertanyaan, mereka kan hidup di zaman Rasul, ya wajarlah. Lah kalau kita kan jauh dari zaman hidupnya Rasul, bagaimana kita bisa terus mengasah iman, semangat berjuang menjunjung kebenaran? Sementara dunia selalu menawarkan keindahan dan kemewahan? Kan susah tahan batin dari semua godaan.

Ketahuilah wahai calon bidadari zaman modern. Seberapa jauh pun kita dari rentang hidupnya Rasul, kita tidak akan pernah luput dari pengawasan Allah. Setiap gerik, segala tingkah laku akan teramati olehnya. Seberapa modernnya zaman menawarkan segala kecanggihan, maka sungguh kita tidak bisa menolak datangnya kematian dengan kecanggihan itu.

Memang tidak ada yang sempurna, tapi sudah banyak kok orang yang berjuang menuju jalan kesempurnaan, meski dengan tertatih dan merangkan. Mengapa mereka mau? Karena mereka rindu perjumpaan indah dengan Tuhan mereka, mereka harap bertemu syurga dan ridho Tuhan mereka. lalu bagaimana kita? Masih mau dibutakan janji busuknya dunia?

Ayolah! Apalagi yang ditunggu, waktu terus berputar. Ia tak menunggu kita siap untuk menutup aurat. Ia tak menanti kita untuk kuat menjalankan kewajiban, maka sampai kapan kita terus menyiksa diri kita? Selalu terbuai dengan kehidupan dunia, kadang lupa shalat. Terlena dengan janji manis dunia, malah tak ingat sedekah. Sibuk mengejar harta dunia, bahkan mengumpulkannya dengan cara yang tak dianjurkan. Sibuk menebar cinta, bahkan mengatasnamakan cinta untuk semua kelakuan keji. Memangnya apa yang ditunggu?

Mahasiswi Psikologi Unand. Ingin menjadi penulis inspiratif. Saat ini sedang menggarap satu buku nonfiksi bergenre psikologi, dan 2 novel.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...