Kisah Indahnya Menghafal Alquran

Ilustrasi. (habibiezone.wordpress.com)

Imam Yugo Santoso. (pksjateng.or.id)

dakwatuna.com – Betapa mulianya orang-orang yang mampu mempelajari, menghafal serta mengamalkan kitab suci umat Islam, Alquran. Seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW yang menerima Alquran sebagai wahyu di masa kenabiannya, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya.

Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya” (HR. Al-Bukhari 4639).

Sudah semestinya kita sebagai umat muslim turut mengamalkan hal yang sangat dianjurkan oleh teladan kita. Tak mudah bagi kita untuk mempelajari dan menghafal Alquran yang terdiri dari 30 Juz, 114 Surat. Tapi bukan berarti hal itu merupakan satu ketidakmungkinan untuk diamalkan. Tak sedikit orang-orang yang hidup di zaman ini mampu mempelajari dan menghafal Alquran dengan baik. Tak hanya para pemuda, bahkan orang tua yang telah lanjut usia dan balita pun mereka mampu mempelajari dan menghafal jika memiliki tekad dan kemauan yang kuat dalam dirinya. Terbukti, mempelajari dan menghafal Alquran bukanlah satu hal yang mustahil.

Imam Yoga, lelaki berusia 29 tahun yang saat ini memiliki seorang istri dan seorang anak merupakan salah satu orang yang memiliki tekad dan kemauan untuk mempelajari serta menghafalkan Alquran. Kesibukannya sebagai seorang aktivis dakwah, seorang suami yang harus mencari nafkah dan sebagai seorang ayah, tidak membuatnya merasa kesulitan untuk menghafalkan Alquran diusianya yang semakin matang.

Dengan mempelajari Alquran hidup akan jadi lebih mudah dan terarah, karena Alquran merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia di dunia. Keagungannya pun sanggup mengagungkan orang-orang yang bersedia menyerahkan hidupnya untuk mempelajari, menghafal dan mengamalkan Alquran. Imam Yoga adalah contoh nyata yang dapat kita teladani sebagai seorang yang menyerahkan hidupnya untuk Alquran, sehingga ia mendapatkan keagungan dan kemuliaan dari kitab yang dipelajarinya itu.

Selasa malam 3 Maret 2015 tepatnya di salah satu kecamatan di kota Semarang Jawa Tengah, seperti biasanya Imam Yoga melaksanakan agenda rutin mingguan yang diwajibkan bagi setiap kader Al Akh. Dengan penuh semangat ia siap menjalani seluruh rangkaian kegiatan yang sudah biasa dilakukan setiap minggunya. Dimulai dari pembukaan dengan membaca tilawah, menyetorkan hafalan masing-masing selama sepekan dan penyampaian materi-materi yang membangkitkan semangat berislam oleh seorang ustadz. Rangkaian kegiatan tersebut merupakan rutinitas yang selalu dijalani oleh setiap kader setiap pekannya termasuk Imam Yoga.

Hari itu terasa biasa saja, tak ada hal apapun yang dirasa berbeda oleh semua yang hadir. Setelah pembacaan tilawah dan setoran hafalan, ustadz pun menyampaikan materi seperti biasanya. Semua mendengar dan memperhatikan yang disampaikan ustadz hingga akhirnya Imam Yoga terlihat lelah dan tertidur dalam duduknya. Semua menganggap hal itu wajar dengan berkhusnudzon kalau saat itu ia tengah kelelahan akibat kesibukannya sebagai aktivis. Tak ada satupun yang mecoba membangunkannya hingga seluruh rangkaian acara pada malam itu selesai.

Salah satu temannya mencoba membangunkan karena kegiatan malam itu sudah berakhir agar ia segera pulang untuk beristirahat dirumah. Saat itu lah semua orang yang hadir tersentak melihat tubuh yang tertidur itu terkulai lemah tak sadarkan diri. Tak perlu pikir panjang Imam Yoga pun segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis. Sesampainya di rumah sakit, kembali mereka dikejutkan oleh vonis dokter yang mengatakan bahwa Imam Yoga telah wafat sebelum tubuhnya sampai di rumah sakit.

Sungguh indah ketika seorang penghafal Alquran mengakhiri tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Imam Yoga menghembuskan nafas terakhirnya setelah ia menghafalkan Alquran dan disaat ia berkumpul dengan orang-orang yang sholeh dalam sebuah majelis. Bukan hanya dikelilingi orang-orang sholeh, bahkan ia berpulang ditengah-tengah kumpulan para malaikat yang turut hadir dalam setiap majelis ilmu.

Kematian adalah satu hal yang pasti dialami oleh setiap makhluk-Nya yang bernyawa. Tak ada satu pun makhluk yang mampu mengetahui kapan saatnya ajal menjemput. Dan ketika waktunya tlah tiba, seluruh alam semesta tak kan mampu mengelaknya. Seperti yang disampaikan oleh sang istri setelah mengetahui kepergian sang suami, ia berkata “Jika itu sudah takdirnya, saya tidak bias menolaknya.” Semoga Allah menerima seluruh amal ibada beliau, melapangkan kuburnya dan menempatkannya di tempat terbaik disisi Allah SWT.

Sesungguhnya Alquran ini memberikan hidayah kepada (jalan) yang lebih lurus” (Al-Isra: 9)

Melalui kisah ini kita dapat memetik pelajaran yang sangat berharga, bahwa Alquran adalah kitab suci yang harus kita pelajari dan kita amalkan sepanjang usia kita. Karena Allah telah menyampaikan melalui Firman-Nya tersebut di atas, Alquran memberkan hidayah kepada jalan yang lebih lurus. (usb/dakwatuna)

Konten ini telah dimodifikasi pada 20/03/15 | 14:25 14:25

Kelahiran Majalengka, beberapa tahun lalu. Saat ini sedang menikmati setiap kegiatan di Yayasan Ihya Ul Ummah, Kota Bambu Jakarta Barat.�
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...