Topic
Home / Narasi Islam / Sejarah / Fakta Penting Tentang Berakhirnya Islam di Andalusia

Fakta Penting Tentang Berakhirnya Islam di Andalusia

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Andalusia - Ilustrasi
Andalusia – Ilustrasi

dakwatuna.com – Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” (Q.S Al-A’raf: 176)

Ada catatan emas sejarah sekaligus kelamnya di semenanjung itu, semenanjung Iberia namanya, di selatan benua Eropa. Selama 8 abad lamanya kaum muslimin menghadiahkan peradaban besar nan memukau di dunia barat, justru ketika Eropa berada dalam gelap gulita inkuisisi, begitu kerasnya otak pendeta tak mau menerima pengetahun ilmiah, dan penyakit menular disebabkan kotornya cara hidup mereka.

Di kota Kordoba misalkan, di masa 711 sampai 1492 Masehi, ia menjelma menjadi kota seribu cahaya, Megacity yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum, jalan-jalan aspal, lampu kota yang menambah kesan megah, jembatan-jembatan cantik, dan bangunan yang sedap dinikmati aura kegagahannya. Ada 5 juta penduduknya, mewakili banyak peradaban, belajar, bekerja, berkarya dan bertukar pikiran.

Penguasanya bersemangat menimba ilmu, menghadirkan ulama, kaum intelektual dan mengumpulkan naskah-naskah ilmiah yang penting, dijadikan khazanah peradaban yang kelak akan dipersembahkan kepada generasi setelah mereka. Saat kemegahan itu terbentang di hadapan dunia, ia menyita perhatian masyarakat dunia. Hingga pemuda pemudi eropa, Arab Afrika bahkan cina berbondong-bondong melakukan studi di sana.

Begitulah peradaban Islam memimpin dunia, kala itu.

Namun di tulisan ini, kita ingin bertanya satu hal sederhana; Mengapa hari ini Islam seakan-akan tidak pernah ada di Spanyol? Mengapa hari ini sedikit sekali penduduk Spanyol yang muslim? Itulah yang banyak dipertanyakan dan dicari akar masalahnya hingga hari ini. Dan berikut sekelumit alasan sebab-sebab di antara ratusan faktor mengapa peradaban Islam di Andalusia (Spanyol hari ini) hilang bak ditelan kelam.

Ziryab; Sang Penyanyi yang Melenakan Umat

Disebutkan dalam salah satu majelisnya, DR. Raghib As-Sirjani, seorang Sejarwan Islam terkemuka menanyakan kepada hadirin dalam pembahasan sejarah Islam di Spanyol tentang sebuah nama; Ziryab. “Apakah kalian tau siapa itu Ziryab?”, Tanya DR. Raghib kepada hadirin. Lalu kemudian beliau sebutkan bahwa Ziryab adalah salah satu “faktor besar yang menyebabkan kejatuhan peradaban Islam di Spanyol.”

Siapakah Ziryab? Dia adalah seorang penyanyi Baghdad yang besar di sana. Bersama Gurunya, Ibrahim Al-Maushili yang juga guru besar musik, Ziryab dididik menjadi seorang pemusik yang menyanyikan lagu-lagu melenakan di hadapan khalifah di masa itu. Nyanyian yang ia dendangkan semakin hari membuatnya terkenal, sehingga sang Guru, Ibrahim Al-Maushili iri padanya.

Ibrahim Al-Maushili kemudian membuat sebuah rencana dan tekanan kepada Ziryab agar ia pergi dari Baghdad dan tidak lagi menyaingi popularitas gurunya. Berbagai hal ia lakukan sehingga Ziryab putus asa. Ziryab akhirnya melihat keadaan kaum muslimin dari ujung barat sampai ujung timur dan menimbang-nimbang kemana ia akan berpindah. Maka pilihannya jatuh di Andalusia. Sebuah wilayah kaya yang akan menghasilkan banyak uang untuk dirinya.

Akhirnya Ziryab berangkat dari Baghdad menuju Andalusia, berbekal alat musiknya dan pengetahuan tentang hikayat serta syair-syair puitis, ia yakin akan mendapatkan nama besar di Andalusia. Inilah awal-awal masa melenakan bagi Umat Islam.

Sampai di sana, saat itu Negeri Andalusia tak tahu menahu apa itu nyanyian. Ketika Ziryab datang ke sana, Masyarakat takjub padanya dan menyambutnya dengan semarak. Akhirnya sampailah ia di hadapan Khalifah, menyanyikan lagu-lagu terbaiknya, mendatangi pertemuan masyarakat dan bersyair dengan kelihaiannya. Ia keluarkan apa yang ia dapat dari gurunya untuk mendapat popularitas di Andalusia.

Tak hanya nyanyian, Ziryab mulai memasuki babak baru, yaitu mengajarkan not-not nada kepada generasi muda muslimin, hingga menjauhkan mereka dari pelajaran Quran dan ilmu-ilmu agama. Bahkan, ”dia juga mulai mengajarkan seni mode, pakaian musim panas musim dingin musim semi dan musim gugur, bahkan ada model pakaian khusus untuk setiap moment yang bersifat khusus maupun umum”, kata DR. Raghib As-Sirjani dalam ceramah sejarahnya.

Naas, Masyarakat Andalusia semenjak kedatangan Ziryab telah mengganti tradisi keilmuannya dengan budaya syair dan nyanyian. Jumlah penyanyi semakin banyak di Andalusia. Setelah itu, menyebar pula tarian yang pada mulanya hanya di kalangan kaum pria tapi kemudian berpindah kepada kalangan wanita.

Puncaknya, adalah ketika Ziryab memalingkan majelis-majelis ilmu yang diisi para Ulama, menyeret masyarakat untuk lebih mencintai hikayat palsu tentang raja-raja dan lagu-lagu mendayu yang semakin hari semakin tak jelas maknanya. Itulah mengapa DR. Raghib As-Sirjani menyebut Ziryab sebagai “salah satu alasan besar kejatuhan peradaban Islam di Andalusia.”

Adakah Dampak Ziryab Bagi Negeri Muslim Lainnya?

Sejarah mencatat, pengaruh Ziryab dengan lagu-lagunya menyebar di saentero Andalusia, lalu menjadi gelombang melenakan yang terdengar sampai Aljazair, Maroko dan Tunisia. Hari ini, masyarakat di sana lebih mengenal Ziryab daripada Khalifah Abdurrahman Ad-Dakhil yang melegenda atau Abdurrahman Al-Ausath yang mencintai ilmu pengetahuan.

Masyarakat Tunisia, Aljazair dan Maroko juga Spanyol lebih familiar dengan Ziryab daripada mengenal panglima islam yang menorehkan sejarah hebat. Tidak hanya itu, biografinya juga telah diajarkan di sana sebagai salah seorang tokoh pencerahan dan kebangkitan. Ia dipuji karena perlawanannya terhadap kejumudan dan perjuangannya untuk seni. Itulah Ziryab, dengan lagunya, ia melenakan, menjauhkan umat Islam dari Alquran, dan jatuhlah Andalusia sebab ulahnya.

Mengapa Hari Ini Islam Seakan Tak Pernah Ada Di Spanyol?

Hari ini, jumlah kaum muslimin yang tinggal di Spanyol tidak lebih dari 100 ribu orang, terlalu sedikit untuk komunitas muslim dibanding negeri-negeri lainnya di dataran Eropa. Bahkan di sebuah kota di Amerika Serikat saja, bisa ada lebih dari 100 ribu muslim. Mengapa demikian? Seseorang bertanya kepada DR. Raghib Sirjani, kemudian beliau mengulas demikian;

Sesungguhnya penjajahan 2 Kerajaan Kristen -Aragon dan Castillia- atas peradaban Islam di Spanyol adalah penjajahan yang sangat intensif. Berbagai lini diarahkan untuk menjatuhkan peradaban Islam di Andalusia (Spanyol dan Portugal). Mesir pernah dijajah 70 tahun oleh Inggris, Aljazair, Libya, Tunisia juga pernah dijajah berbelas tahun oleh kekuatan Imperialisme, namun mengapa hari ini mereka masih dalam keislaman mereka?

Jawabannya: Karena penjajahan di Spanyol diselesaikan secara menyeluruh oleh tentara, oleh kekejaman dan dengan pemaksaan. Hingga terjadilah di Spanyol saat akhir keruntuhannya di tahun 1492 M, orang-orang Islam memilih menjadi nasrani karena terancam dengan pembunuhan yang keji. Sedangkan dalam imperialisme ala Barat, mereka menjajah tak sepenuhnya dengan militer, mereka juga menggunakan politik kerjasama dan masih menggunakan jalur diplomasi.

Kedua, penjajahan atas peradaban Islam di Spanyol adalah “penjajahan yang membuat lupa”. Mengapa? Karena umat Islam Spanyol yang lari dan hijrah ke Maroko dan Tunisia pasca serangan pasukan Kristen lebih memilik untuk melupakan peristiwa itu tanpa ada keinginan untuk memperjuangkannya. Saat itu keadaan mental masyarakat muslim Andalusia dalam keadaan kritis, disebabkan jauhnya mereka dari Alquran dan sunnah. Hingga akhirnya mereka lebih memilih melupakan Andalusia, daripada merebutnya kembali.

Alquran Kunci Kemenangan

“Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” Begitulah yang Allah firmankan dalam Alquran surat Al-A’raf ayat 176. Ketika kita berbicara keruntuhan Islam di Spanyol, kita bukan ingin ikut meratap untuk mengenang masa-masa kesedihan. Justru di situlah Allah ingatkan kita untuk mengambil pelajaran. Apa sebab kekalahan? Mengapa kalah? Dan apa hal yang harus dilakukan untuk mengembalikan kekalahan menjadi kemenangan?

Sebab kekalahan dalam kisah sedih Andalusia, adalah jauhnya Umat Islam pada Alquran, hadist dan ilmu agama, sehingga menciptakan generasi rapuh yang terlena dengan lagu-lagu. Mengapa mereka kalah? Bagaimana tidak? Jika Umat ini lebih memilih para Penyanyi sebagai tempat mendengar dan meninggalkan Ulama yang berkewajiban menjaga aqidah umat, itulah tanda runtuhnya peradaban.

Dan apa hal yang harus dilakukan untuk mengembalikan kekalahan menjadi kemenangan? Alquran. Bukankah dengan Alquran, Allah meninggikan derajat suatu kaum dan menghinakan derajat kaum yang lain? Umat Islam akan berdiri tegak jika Quran ada sebagai aturan hidup, diamalkan dan dikaji, juga menjadi sumber ilham. Jika tidak? Ketahuilah musuh akan tertawa dan bersiap melumat kita.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir | Alumni SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Magelang | Alumni Ponpes Husnul Khotimah Kuningan

Lihat Juga

Anggota DPR AS: Trump Picu Kebencian pada Islam di Amerika

Figure
Organization