Topic
Home / Narasi Islam / Politik / Apakah Siyasi (Masih) Menjadi Pagar Dakwah?

Apakah Siyasi (Masih) Menjadi Pagar Dakwah?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: supriyadisugeng.tumblr.com)
Ilustrasi. (Foto: supriyadisugeng.tumblr.com)

dakwatuna.com – Islam merupakan agama yang kaffah dan syamil, artinya Islam merupakan agama yang menyeluruh dan paripurna. Segala ranah kehidupan telah diatur dengan apik dan detail oleh Islam. Begitupun juga ranah kehidupan sosial dan politik, yang mungkin bagi sebagian orang merupakan ranah ‘kotor’ yang hanya berisi orang-orang yang ‘kotor’ pula. Namun, bukan begitu adanya, jika kita, para muslim sejati mengetahui dengan benar bagaimana Islam juga mengatur keberadaan kita di sistem sosial dan politik. Yang dimaksud kita disini adalah Aktivis Dakwah Kampus (ADK). Di antara banyaknya mahasiswa yang menduduki bangku kuliah, terseleksi menjadi sekian kecil aktivis dakwah kampus. Dari sekian kecil aktivis dakwah kampus, terseleksi lagi kedalam lingkaran yang lebih kecil menjadi aktivis dakwah kampus sosial politik. Namun, di antara sekian kecil orang yang terseleksi dari sekian banyak mahasiswa, dengan kapasitasnya, seharusnya orang-orang tersebut bisa menjadi muslim yang mampu ‘bersiyasi’ di kampus dengan cantik. Namun, saat ini, mereka yang katanya sering dianggap pagar dakwah siyasi, justru tak lagi terlihat taringnya. Ada atau tidak adanya mereka ‘sepertinya’ sama saja, tak berpengaruh dan tak pula mewarnai dengan nilai-nilai Islam. Padahal pembentukan aktivis dakwah kampus sosial politik dibentuk dengan cita-cita agung dan mulia, yaitu menjadi pagar dakwah yang melindungi dari keburukan, menjadi tiang-tiang dakwah yang menopang dan menjulang tinggi, dan menjadi sosok-sosok yang mampu memperjuangkan kebaikan. Lantas, masihkah saat ini aktivis dakwah sosial politik penting? Apa yang menyebabkan kapasitas aktivis dakwah kampus sosial politik semakin mengalami penurunan? Jawabannya satu, yaitu pemahaman dasar yang tidak terinternalisasi. Sebagai orang yang tersadar akan masalah ini, masihkah kita diam setelah mengetahui masalahnya? Mari kita cari solusinya dan wujudkan bersama.

Untuk memahamkan dunia sosial politik berpondasikan Islam, tentu saja perlu tahap, subjek, dan objek. Tahapnya adalah proses kaderisasi siyasi (sosial politik), subjeknya adalah pengkader, dan objeknya adalah orang yang dikader. Oleh karena itu, perlu dibuat sebuah sistem bernama sistem kaderisasi siyasi di mana sistem tersebut bisa menjelaskan dan menjadi guideline kader dakwah dalam bertindak. Ini pula yang seharusnya kita lakukan di dunia kampus ketika ranah dakwah kita saat ini adalah dakwah kampus. Lantas, mengapa harus ada sistem kaderisasi siyasi dan kader siyasi di dakwah kampus? Kembali lagi, jawabannya adalah karena Islam mengajarkan umatnya agar tidak buta dengan satu ranah tertentu. Islam mengajarkan umatnya agar melihat kehidupan secara paripurna. Jika dakwah digambarkan sebagai rumah, maka siyasi adalah pagarnya, artinya siyasi mempunyai peran penting untuk mempersilahkanhal-hal baik yang boleh masuk ke rumah sehingga bisa memperindah rumah dan mencegah hal-hal buruk yang dapat merusak kondisi rumah. Pagar merupakan gerbang pertama yang harus dilewati, dikuasai , dan dijaga sehingga kita bisa lebih leluasa untuk menebarkan kebaikan yang berasal dari rumah dan menebarkan pesona rumah. Begitupun dengan dakwah, siyasi merupakan gerbang pertama yang harus dilewati, dikuasai , dan dijaga oleh kader siyasi sehingga kita bisa lebih leluasa untuk menebarkan kebaikan Islam dan menanamkan nilai-nilai Islam. Namun, perlu diingat, orang-orang yang menjadi kader dakwah haruslah orang-orang berani dan cerdas yang mampu membuat perubahan menjadi lebih baik. Lantas, bagaimana sistem kaderisasi siyasi yang efektif dan mampu menghasilkan perubahan di dakwah kampus?

Sebagaimana sistem kaderisasi pada lembaga dakwah kampus, kader siyasi juga membutuhkan sebuah sistem kaderisasi yang berjenjang dan lebih mengutamakan kerja lapangan daripada materi belaka. Kenapa kerja lapangan lebih diutamakan? Karena karakter perekayasa perubahan tidak akan terbentuk dengan materi di ruangan yang mengandalkan papan tulis dan infokus, mereka perlu dilatih dan dimatangkan seiring dengan perjuangan dakwah siyasi yang mereka tempuh.

Profil kader siyasi yang diharapkan setidaknya ada empat profil utama yang dituntut untuk ada pada diri kader siyasi, yakni :

  1. Pemahaman Fiqh Siyasah
  2. Keteladanan Sosial
  3. Kapasitas Intrapersonal
  4. Dinamis dan Mampu Membaca Situasi

Jika boleh disederhanakan, maka setidaknya ada 2 profil utama kader siyasi, yaitu pemahaman agama dan dakwah yang kompeten, dan penguasaan rekayasa sosial yang dinamis. Keseluruhannya perlu dimiliki oleh kader siyasi agar ia mampu menjalankan amanah dakwahnya dengan baik dan bijak di lingkungan kemahasiswaan. Kita tentu sangat menghindari kondisi dimana seorang kader siyasi tidak menguasai keseluruhan aspek profil ini karena akan berdampak sangat fatal dalam pengelolaan dakwah kampus ke depannya.

Kapasitas Islam dan Dakwah yang harus dimiliki oleh kader siyasi adalah sebagai berikut :

  1. Aqidah yang Kokoh
  2. Pemahaman Islam yang Luas
  3. Ibadah yang Lurus dan Benar
  4. Keteladanan Akhlak yang Mulia
  5. Penguasaan terhadap Sejarah Islam dan Strategi Dakwah Islam
  6. Karakter seorang Pemimpin Islam yang Adil
  7. Pemahaman Strategi Dakwah dan Dakwah Siyasi
  8. Penguasaan Manhaj Haroki (Pedoman Pergerakan)
  9. Pemahaman terhadap Konsep Peradaban dalam Islam
  10. Penguasaan strategi perubahan sosial
  11. Pengusaan mengolah isu dan opini konstruktif
  12. Penguasaan kemampuan orasi, negosiasi, lobi, dan komunikasi persuasi
  13. Penguasaan konten kajian isu nasional dan internasional
  14. Kapasitas membaca dan menulis yang baik
  15. Kemampuan untuk memobilisasi massa dan gagasan
  16. Kemampuan memimpin forum dan berbicara di depan publik secara meyakinkan
  17. Kemampuan berdebat, berdialektika dan berdiskusi dengan isu-isu yang ada
  18. Kapasitas dalam memimpin komunitas heterogen

Bila kita melihat tentang profil atau aspek kompetensi yang diperlukan oleh kader siyasi, maka akan terlihat bahwa kaderisasi mandiri yang lebih berbasiskan tempaan di lapangan lebih akan dibutuhkan dalam membentuk karakter di atas. Materi saja tidak cukup, kader perlu membiasakan dirinya dalam belajar dan menuntut ilmu secara mandiri.

Dimulai dari akhir, begitulah konsep dalam kaderisasi, profil atau output apa yang ingin dilahirkan dari proses kaderisasi yang ada akan memudahkan pengelola kaderisasi siyasi dalam membangun kader siyasi yang berkualitas. Dari profil ini pulalah para kader dapat melihat sejauh mana dirinya sudah cukup layak menjadi kader siyasi yang di amanahkan di lingkungan dakwah yang heterogen.

Dari penjelasan di atas, harapannya, kader siyasi bisa kembali membaik kapasitas keislaman dan siyasinya sehingga kita benar-benar kembali yakin bahwa dakwah siyasi adalah pagar dakwah dan akan selalu menjadi pagar dakwah. Dengan begitu, Islam bisa semakin berjaya di bumi kampus-kampus di Indonesia.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa FKM UI.

Lihat Juga

Rusia: Turki Maju sejak Erdogan Memimpin

Figure
Organization