Topic
Home / Pemuda / Mimbar Kampus / Ke Mana Mahasiswa Pergi??

Ke Mana Mahasiswa Pergi??

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

pesona mahasiswaSumpah Mahasiswa Indonesia
Kami, Mahasiswa Indonesia bersumpah!
Bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan
Kami, Mahasiswa Indonesia bersumpah!
Berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan
Kami, Mahasiswa Indonesia bersumpah!
Berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan

dakwatuna.com – Itulah sumpah mahasiswa yang selalu terngiang di telinga para mahasiswa baru, para manusia – manusia yang akan lahir menjadi “agen of change” dan “agen of control” yang selalu pro rakyat dan membela kebenaran serta keadilan. Para kader – kader baru bangsa dan peradaban intelektual, jiwa muda yang bisa memberikan dampak yang baik bagi almamaternya, bangsa dan negaranya.

Namun, kini mahasiswa yang menjadikan pilar rakyat telah hilang dan pergi entah ke mana rimbanya. Mahasiswa yang di dalamnya tersandang gelar “MAHA” kini hanya sebatas tulisan belaka. Tidak ada lagi suara – suara keadilan yang selalu membela rakyat ataupun meneriakkan suara untuk rakyat. Kebijakan – kebijakan yang dilontarkan oleh sang penguasa hanya ditelan bulat – bulat tanpa memperkirakan manis pahitnya bagi kehidupan rakyat kecil. Begitu banyaknya penyimpangan – penyimpangan yang terjadi akibat sifat kediktatoran sang penguasa yang boleh dikatakan melebihi zaman semasa orde baru dahulu. Kenaikan BBM, melemahnya rupiah, perang antar penegak hukum hingga keputusan mengenai hukuman mati, yang hanya dinikmati dari layar televisi layar datar yang semuanya jika ditimbang – timbang banyak yang menelantarkan rakyat. Pertanyaannya kini beralih, ke manakah mahasiswa pergi?

Mahasiswa yang dulu selalu menegakkan langkah, melantangkan suara, merapatkan barisan hanya untuk rakyat. Kini beralih fungsi hanya berdiam diri di kamar dan melihat kesengsaraan rakyat dari layar yang berukuran 14 inch. Jika di tanya kepada mahasiswa, “Mengapa tak turun ke jalan untuk meneriakkan keadilan untuk rakyat?” mereka pun sontak menjawab “Sekarang sudah gak jaman mahasiswa turun kejalan berteriak – teriak tanpa memberikan solusi yang jelas, bahkan hanya merepotkan petugas kepolisian karena jalan jadi macet karenanya, kini saatnya jadi mahasiswa yang cerdas dan menyuarakan keadilan dari tulisan – tulisan atau karya nyata bagi rakyat” dan alasan lainnya yang selalu saja dibuat begitu saja. Ke mana perginya mahasiswa? Kemana rasa idealisme-mu pergi? Sudah habiskah rasa keadilanmu untuk rakyat? Sumpah mahasiswamu yang selalu kamu teriakkan di awal masuk kuliah dulu akan di kemanakan?

Tulisan mana yang engkau banggakan wahai mahasiswa yang telah kehilangan idealisme sejati? Bangga dengan almamater yang melekat di badan? Yang selalu engkau pertontonkan di layar kaca saat menghadiri suatu acara di sebuah stasiun televisi swasta, yang bisanya hanya bertepuk tangan saja atau hanya loncat kanan dan loncat kiri di tengah – tengah pertunjukan sebuah hiburan. Itukah yang engkau banggakan?

Tak ada lagi mahasiswa yang layaknya seperti seekor elang yang siap menumbangkan macan yang sedang tidur di singgasana hebatnya, tak ada lagi mahasiswa yang berani menentang sang penguasa, takut akan sangsi hukum yang bakal di terimanya nanti, itu bukan mahasiswa.

Mahasiswa harus seperti pohon beringin yang mampu menentang arah angin, bukan seperti pohon bambu yang mengikuti arah angin berembus, bagaimanapun sakitnya kebenaran dan keadilan, tetaplah harus disuarakan dan di tegakkan karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan. SOE HOK GIE pernah berkata “lebih baik aku diasingkan dari pada menyerah pada kemunafikan”. Maka bergeraklah sesuai fungsinya dan perjuangkanlah hak – hak yang mestinya diperjuangkan, jangan jadi generasi yang terima apa adanya tanpa memikirkan konsekuensi kedepannya, bukan pula menjadi seperti binatang peliharaan yang ditarik ke kiri ikut ke kiri, ditarik ke kanan ikut pula ke kanan. Tapi jadilah mahasiswa yang betul – betul mengedepankan urusan rakyat daripada hanya berleha – leha menerima kebijakan dari sang penguasa. Mahasiswa yang murni sebagai “agen of change” dan “agen of control”.

Hidup mahasiswa…..!!!

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Lihat Juga

Bentuk-Bentuk Penyimpangan di Jalan Dakwah (Bagian ke-3: Persoalan Jamaah dan Komitmen (Iltizam))

Figure
Organization