Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Kelapangan Dada

Kelapangan Dada

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (rabadadip592.blogspot.com)
Ilustrasi. (rabadadip592.blogspot.com)

dakwatuna.com – Lapang dada, bukanlah frasa sederhana yang mudah untuk dilakukan dalam kehidupan keseharian. Karena dada yang lapang, tidak bisa lahir dari hati yang penuh iri dan dendam. Sehingga kesucian hati, ialah syarat mutlak bagi insan yang ingin membuka lebar ruang di dalam hatinya.

Capaian tertinggi bagi insan yang memiliki kelapangan dada, ialah sikap memaafkan dan rendah diri. Dan inilah puncak hikmah dari ilmu pengetahuan, yang tidak mudah dicapai oleh sembarang orang. Seperti sabda rasulullah saw :

‘Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.’ (H.R. Abu Daud)

Sepenggal hikmah kelapangan dada, dapat kita pelajari dari kisah nabi Musa as yang Allah perintahkan untuk mendatangi fir’aun:

‘Pergilah kamu (Musa dan Harun as) kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.’ (Q.S. Thaha:43-44)

Para ulama menggambarkan nabi Musa as ketika itu dalam situasi yang menyeramkan. Ada sebuah panggung besar, yang dikelilingi oleh binatang buas, dan prajurit-prajurit bersenjata. Dan di panggung itulah Fir’aun berada. Situasinya adalah, bagaimana seorang Musa harus memberi peringatan kepada Fir’aun, sekalipun kondisinya penuh tekanan. Bahkan tekanan tersebut sangat mengguncang jiwa. Dan tugas Allah kepada nabi musa ialah; Risalah kenabian harus tetap disampaikan, tanpa menghilangkan pesan keyakinan di dalamnya. Jadi pesan keyakinan harus kuat terhujam dibenak fir’aun. Sedangkan tutur kata harus lemah lembut, sebesar apapun tekanan yang akan nabi Musa dapat!

Sungguh, nabi Musa memberi kita ilmu kepemimpinan dan kelapangan dada sekaligus. Sehingga dalam kondisi penuh tekanan seperti itu, nabi Musa berdoa :

‘Ya allah lapangkan dadaku, permudah urusanku, hilangkan kekeluan pada lidahku, agar mereka mengerti apa yang aku ucapkan.’ (Q.S. Thaha 25-28)

Kelapangan dada, ialah bab penting dalam proses pembentukan kepribadian menuju kearifan. Karena seringkali kearifan itu menuntut kita untuk mengalah. Mengalah dalam sebuah permasalahan kecil, agar kita tetap berfokus pada tujuan yang lebih besar. Mengalah dalam perjuangan hal-hal yang bersifat pencapaian pribadi, untuk kemaslahatan umat yang lebih besar. Hingga tingkatan yang paling tinggi; yaitu mengalah pada kenikmatan dunia yang fana, untuk mendapat kenikmatan akhirat yang hakiki kelak.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta.

Lihat Juga

Kuatkan Barisan, Raih Kemenangan

Figure
Organization