Topic
Home / Narasi Islam / Wanita / Hijabku, Alarm Terbaikku

Hijabku, Alarm Terbaikku

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Kala itu, aku masih mengenakan seragam putih abu-abu ketika memutuskan untuk berhijab. Sebuah keputusan sakral menurutku. Betapa tidak, ketika remaja putri seusia aku lainnya sedang gencar menata style pakaian dan rambut mereka saat itu, aku malah memutuskan untuk berhijab. Aku lihat ke sekeliling, arrggh ternyata jumlah siswi berhijab di kelasku bisa dihitung dengan jari. Terlebih beberapa teman dekatku (geng-red) semuanya tidak berhijab. Aku minder!

Lama sekali aku berada dalam kegalauan ke-berhijabanku. Tak jarang aku menghabiskan waktu hanya sekadar untuk merenungi, “Mengapa aku harus berjilbab saat ini? Mengapa tidak esok? Mengapa tidak ketika aku telah menjadi orang baik , baru aku memutuskan berhijab?” dan beribu alasan lainnya berseliweran dalam lamunanku.

Sampai pada suatu hari, guru agama-ku yang sangat ekspresif ketika bercerita menyampaikan bahwasanya hijab itu laksana alarm. Ketika kita hendak melalaikan perintah-Nya, maka hijab kita berbunyi seketika itu pula. “Malu dong, berhijab masa gak shalat! Malu dong, berhijab masa shalat di akhir waktu”, dan sebagainya.

“Jangan menunggu termotivasi, baru berhijab. Tapi, berhijablah maka engkau akan termotivasi”

Ya, jangan menunggu kita menjadi orang dengan beribu kriteria kebaikan menempel pada diri kita terlebih dahulu, baru kita memutuskan berhijab. Salah besar. Berhijablah terlebih dahulu, maka engkau akan termotivasi untuk menjadi lebih baik. Maka hijabmu akan berfungsi sebagai alarm pencegah kemaksiatan. Ketahuilah kawan, indikator manusia baik itu relatif di mata manusia, tidak berpenghujung kriterianya. Maka, berhijablah… kita sama-sama berusaha menjadi manusia baik, wanita shalehah yang tak lain adalah perhiasan dunia. Jangan menunggu esok kawan, tak ada seorangpun yang mengetahui kapan ajal kita akan menjemput. Bisa saja esok hari, atau bahkan 1 jam ke depan, bisa saja. Oleh karena itu, bersegeralah berhijab kawan, naudzubillah kita menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan belum menutup aurat.

Beberapa bulan kemudian, semua teman dekatku alhamdulillah telah berhijab. Rasanya sungguh bahagia melihat mereka telah menutup aurat. Inilah perjalanan spiritual teristimewaku, Rabb menyadarkanku melalui orang-orang terdekatku. Bahwa hijab ini bukanlah pilihan melainkan sebuah kewajiban. Melalui hijab ini, aku memiliki alarm terbaik di dunia dan akhirat. Pengingat di kala aku hampir melakukan kemaksiatan, dan pengingat di kala aku lalai dalam menjalankan perintah-Nya. Dan para hijabers bukanlah kumpulan wanita shalihah, melainkan kumpulan wanita yang berusaha menjadi muslimah sejati, sesungguhnya dan seutuhnya. Semakin hari, aku pun semakin bangga dengan hijab yang aku kenakan.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi UNJ

Lihat Juga

(Video) Perempuan Palestina Diseret, Dipukul, Ditarik Jilbabnya Hingga Lepas

Figure
Organization