Topic
Home / Narasi Islam / Wanita / Cindelara…

Cindelara…

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Cindelara adalah modifikasi dari cerita Cinderella. Siapa yang tak kenal dongeng Cinderella. Perempuan yang “cukup bahagia” masa kecilnya pastilah tak asing dengan kisah ini. Kisah seorang putri lemah lembut dan baik hati yang diuji oleh ibu tiri dan juga saudara tirinya yang kejam. Langsung ke inti ceritanya saja, Cinderella yang sabar dan baik hati ini pada akhirnya menemukan cinta sejatinya dengan sederhana. Sepatu kacanya tanpa sengaja terlepas ketika ia harus bergegas meninggalkan istana di saat pesta. Dan sang pangeran yang jatuh hati kepadanya, berusaha menemukan sang pemilik sepatu kaca itu. Pada akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali. Pangeran berhasil menemukan Cinderella, lalu mereka menikah dan hidup bahagia selamanya…

Dalam dongeng, kisah seorang putri selalu istimewa, selalu berakhir bahagia. Bagaimana dengan di dunia nyata? Seiring perkembangan zaman, di dunia nyata kisah Cinderella ini telah mengalami modifikasi. Ada begitu banyak putri di dunia ini, tapi sayangnya mereka tak menyadari bahwa dirinya adalah “seorang putri”. Ada berapa banyak putri di dunia ini yang akhir jalan ceritanya bukanlah kebahagiaan melainkan kesedihan dan penyesalan. Maka inilah yang disebut kisah cinde”lara”.

Jika Cinderella tanpa sengaja kehilangan sepatu kaca setelah menemui pangeran, maka cindelara agak berbeda ceritanya. Ia menemui seorang yang dianggap “pangeran” tetapi yang terlepas dan hilang bukanlah sepatu kaca melainkan perasaan atau bahkan yang lebih parah, kehormatan!! Cindelara ini terlalu rapuh, terlalu mudah goyah. Ketika ia menemukan sosok yang gagah, menawan, dan terlihat seperti pangeran, maka dengan mudahnya ia memberikan segenap perasaannya, beberapa cindelara bahkan rela memberikan kehormatannya.

Seorang cindelara menjalin hubungan dengan pangerannya, tentu saja ini hubungan yang ilegal. Sang pangeran senantiasa menghujaninya dengan janji setia, dan tentu saja ini janji yang maya. Bagaimanapun Cindelara adalah seorang wanita, yang menaruh perasaan di atas logika. Ucapan dan janji-janji tak logis, tetap saja terdengar manis, maka semakin menggebu-gebu perasaannya kepada sang pangeran, semakin sempurna lah bagian hatinya ia serahkan. Dan bagaimanapun juga pangeran palsu ini adalah seorang lelaki, dalam setiap keputusan dan langkahnya logika yang mendominasi. Ketika ia bosan, bukankah ia bebas mencampakkan? Toh hubungan itu ilegal. Tak jelas statusnya, tak jelas apa yang harus dipertahankan. Dalam perjalanan cinta itupun ia tak pernah memaksa, cindelara itu sendiri yang menyerahkan segenap hatinya secara suka rela.

Lagi-lagi, ini adalah modifikasi dari cerita Cinderella. Jika dalam cerita Cinderella, sang pangeran berusaha mencari pemilik sepatu kaca dan mengembalikannya, maka dalam kisah cindelara, perasaan, hati, atau bahkan kehormatannya hilang begitu saja. Tak ada pangeran yang berusaha mengembalikan itu kepadanya.

Di dunia ini ada banyak putri, tapi tak menyadari bahwa dirinya adalah seorang putri. Ikhlas saja membuat dirinya tersakiti. Seharusnya, seorang putri selalu terjaga, jangankan tersakiti bahkan untuk memandang dan menyentuhnya saja tak semua orang bisa. Di dalam Islam pun wanita begitu dimuliakan, tapi pada kenyataannya ada banyak wanita yang tak memuliakan dirinya sendiri.

Namun sejatinya, kisah cindelara ini tidak akan terjadi jika seorang putri ini mampu bertahan dalam penjagaannya, menahan pandangan, dan tetap berada di dalam batasan-batasan yang telah Allah berikan. Yang terjaga…. akan lebih berharga.

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.

Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.

Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.

Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Q.S An Nuur ayat 31)

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Lihat Juga

Tak Seindah Kisah Cinderella

Figure
Organization