Topic
Home / Berita / Opini / Bergairah Menjadi Aktivis Tarbiyah

Bergairah Menjadi Aktivis Tarbiyah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (muslim365.com)
Ilustrasi. (muslim365.com)

dakwatuna.com – Tak terbayangkan, betapa duka Baginda nan mulia, Nabi Muhammad saw. saat mengetahui 100 juta lebih bangsa Arab menderita wabah tak bisa baca tulis Alquran. Pun betapa baginda Nabi terluka saat 62% umatnya di seluruh dunia, tak lagi suka membaca.

Karena semua itu, tak aneh bila banyak wanita yang bangga mengumbar aurat dari dada hingga paha. Lantas mereka caci-maki wanita yang berjilbab rapi. Tak perlu aneh bila masyarakat mencela pria yang memuliakan lebih dari satu wanita yang menjadi istrinya, tapi menganggap keren pria yang hobi gonta-ganti wanita yang bukan istrinya.

Realitas yang memerlukan aksi nyata untuk merubahnya. Tidak sekedar retorika atau ceramah di toa-toa. Tak ada cara lain untuk mengubahnya, kecuali dengan gerakan tarbiyah. Membina jiwa-jiwa Muslim agar kembali mencintai agamanya.

Di titik ini, aktif dalam gerakan tarbiyah tidak bisa hanya sekadar gagah-gagahan. Pun tak bisa alakadarnya. Sebab jika dibiarkan larut, umat Islam akan terus berada dalam fakta berikut:

  1. Umat yang membenci keimanan.

Suka atau tidak suka, fakta berbicara realita. Umat Islam membenci iman yang telah diraih turun temurun. Jangan salahkan mereka. Tapi salahkan diri kita. Sudah berapa orang yang kita “sentuh” relung kalbunya, agar kembali menjadi mukmin full charge dengan keimanannya.

Inti tarbiyah adalah mengajak umat kembali beriman kepada Allah Taala. Tidak lagi membenci ajaran iman. Namun sekali lagi, kini umat Islam terombang-ambing dalam Takhayul Bidah Khurafat, lalu kesesatan Syiah-Ahmadiyah, plus kesesatan agama penyembah patung dan berhala. Gerakan kekufuran satu sama lain saling bahu membahu, mengalahkan gerakan keimanan yang kini makin kelabu.

  1. Umat Islam menghinakan syariatnya.

Bayangkan, syariat halal-haram sudah tidak lagi menjadi acuan. Kebanyakan berpikir kenyang, puas, suka, enak, nyaman. Di sisi lain, fatwa-fatwa ulama tidak menyentuh esensi kehidupan mendasar yang menjadi problematika umat. Pun, banyak para pejuang syariat hanya sekedar membakar api dalam sekam, menyalah-nyalahkan, mengkafirkan, tanpa memberikan solusi nyata di dunia realita.

Gerakan tarbiyah harus mengambil peran solutif kosntruktif, bukan pembual yang pasif destruktif. Mengambil alih semua lapangan kehidupan. Lalu menjadi suri teladan bagi setiap perubahan, demi tercapainya dunia bersyariah tidak sekedar di muktamar ratapan belaka. Gerakan tarbiyah harus memulai kembali menjadi leader dalam penerapan syariat secara simultan dan universal.

  1. Umat Islam didera futur tekad dan spirit jihad.

Apa tindakan nyata saat umat Islam dijajah kemiskinan, kebodohan, perbudakan, dan asset kekayaan diambil alih asing-aseng? Kebanyakan kita hanya meratapi ketiadaan khilafah, tapi di sisi lain enggan menempuh jihad lisan, jihad maqaal, jihad hal, jihad maal, jihad qital. Layakkah khilafah itu tegak dengan meminta militer yang disebut kafir untuk membantu? Ataukah khalifah akan turun dengan sendirinya di tempat persembunyiaanya? Andaikan begitu, Rasul tidak perlu berhijrah, tidak perlu menaklukkan pasar Yahudi, tidak perlu memerangi kaum Musyrik, tidak perlu mengusir Yahudi dari Madinah.

Futur dalam tekad dan spirit jihad ini, harus menjadi fokus gerakan tarbiyah. Sekaligus menjadi ujian sebenarnya. Sebab jika perjalanan yang ditempuh hanya singkat dan menyenangkan, semua akan berebut masuk ke gerbong tarbiyah. Namun pada faktanya, perjalanan tarbiyah itu panjang dan melelahkan. Jika hanya sekedar capaian kursi dewan atau jabatan di eksekutif, pasti banyak yang mau menjadi batu bata mencapainya. Namun gerakan tarbiyah mengajarkan lebih dari itu semuanya, yaitu pengorbanan jiwa raga dan hart benda fii sabilillah.

Gerakan tarbiyah di Mesir telah mencontohkan, andaikan hanya kehidupan nyaman yang ingin dicapai, mereka tak perlu memenuhi penjara-penjar Fir’aun saat ini. Mereka menolak setiap tawaran jabatan atau kenikmatan hidup, karena yang mereka rindukan adalah kemuliaan: baik di saat hidup maupun kemuliaan di saat wafat. Itulah sejatinya tarbiyah! Tarbiyah yang bergairan dan bergairah dalam tarbiyah! Jika anda tanya bagaimana tarbiyah saya? Jawabannya: berjuang memberi manfaat jika pun hanya berperan sebagai sampahnya tarbiyah! (usb/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Alumni Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir.

Lihat Juga

Istiqamah Hingga Akhir Hayat

Figure
Organization