Topic
Home / Berita / Opini / Murabbi Cinta

Murabbi Cinta

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: footage.shutterstock.com)
Ilustrasi. (Foto: footage.shutterstock.com)

dakwatuna.com – “Afwan. Ana ada sedikit oleh-oleh. Ini ada uang, tolong dibagikan ke setiap anggota. Masing-masing 100.000 rupiah. Silahkan yang tidak terlalu membutuhkan, diberikan ke ikhwah yang lebih membutuhkan!”

Sontak saya terdiam. Rasa-rasanya nuansa tarbawi di era awal-awal tarbiyah kembali hadir. Sang Murabbi mengeluarkan uang dari kocek sendiri, setelah sebelumnya mengevaluai kondisi maisyah dan Aisyah (istilah untuk kondisi ekonomi dan keluarga) di grup pengajian.

Bagi saya, perilaku sang Murabbi menjadi jawaban bahwa tarbiyah itu bisa melakukan apa saja dan apa saja bisa dilakukan melalui tarbiyah. Perilaku yang menjadi jawaban atas tuduhan dan kritikan, bahwa tarbiyah saat ini sudah terkontaminasi isu-isu politik, kepentingan Pilkada, aktif hanya untuk Pileg. Tarbiyah kering ilmu dan ruhiyah.

Ya. Halaqah cinta terenda indah tidak sekedar balutan kata-kata, namun terimplementasi dalam aksi nyata. Ternyata melakukannya mudah, murah, dan tentu saja mubah. Asal ada kemauan, kemampuan turut serta. Saya merasa, sang Murabbi juga secara ekonomi tergolong biasa. Namun apa yang dilakukannya, cukup menghentak rona-rona jiwa yang telah tershibghah hubbuddunya.

Berlama-lama dalam tarbiyah model halaqah cinta, rasa-rasanya segar, bugar, dan tegar dalam sabar. Larut malam tak terasa. Kantuk berlalu tak suka menyapa. Membicarakan politik ataupun intruksi struktural, disikapi dengan lapang dada dan kebesaran jiwa.

Lain halnya jika sang Murabbi hanya berperan sebagai punggawa. Berbicara dengan bahasa jumawa, lalu bersikap seolah-olah hanya dirinya yang mulia. Maka yang terjadi, sang murabbi hanya ahli beretorika, mengevaluasi aksi dengan erosi jiwa. Ujung-ujungnya mudah ditebak, jiwa-jiwa yang tershibghah tsiqah pun mulai muntaber (mundur tanpa berita).

Sepatutnya siapapun yang memiliki peran sebagai Murabbi, maka jadilah murabbi cinta. Karena mentarbiyah orang dengan cinta, mengubah tsiqoh menjadi energi amal tiada tara. Kaidah tarbiyah mengatakan, Innal ‘athaa thariiqul hubbi. Al-‘athaa yuqaddimuhul ‘abdu wal hubbu yuqaddimuhur Rabbu. Memberi adalah jalan cinta. Memberi diberikan hamba. Sedang cinta diberikan Rabb. Tugas agen-agen dakwah adalah memberi, biarkan cinta Allah yang menganugerahi.

Semoga Allah mengarunikan umur panjang kepada para Murabbi cinta. Menjadikan mereka soko guru peradaban, demi menjadikan Indonesia sepenggal Firdaus. Adapun Murabbi jumawa, perannya akan sirna ditelan masa. (usb/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Alumni Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization