Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Adab dalam Mendengar

Adab dalam Mendengar

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Sesuatu yang paling sulit untuk dijaga adalah lisan. Seringkali kita menyakiti perasaan orang tanpa kita sadari dengan lisan kita. Kita diberi satu lisan dan dua telinga oleh Allah agar kita lebih banyak mendengar dan berbicara secukupnya. Akan tetapi, kebanyakan dari kita masih banyak berbicara dan masih sulit untuk benar-benar mendengarkan orang lain. Padahal ketika kita mendengarkan, kita bisa jadi akan mendapatkan suatu ilmu yang belum kita ketahui. Atau yang lebih sering terjadi adalah kita seolah-olah mendengarkan, tetapi pikiran kita tidak sepenuhnya ada di situ.

Adabul istima’ atau adab dalam mendengar sebenarnya telah memberikan arahan kepada kita tentang bagaimana seharusnya kita bersikap saat kita mendengarkan orang lain. Beberapa adab dalam mendengarkan yaitu:

  1. Diam dan mendengarkan orang yang berbicara sehingga ucapannya tidak bercampur baur sehingga apa yang ia ucapkan dapat dipahami.
    Hal yang seringkali terjadi saat ini adalah yang bercerita berbicara dan yang mendengarkan juga ikut berbicara. Ini membuat pendengar menjadi tidak menangkap apa yang disampaikan oleh orang tersebut.
  2. Tidak memenggal ucapan orang lain karena tergesa-gesa/ingin menguasai forum.
    Kebanyakan dari kita tidak sabar untuk menyampaikan pendapat kita ketika orang lain sedang bercerita. Sebaiknya, kita mendengarkan apa yang orang tersebut ingin sampaikan hingga selesai, barulah kita sampaikan apa pendapat kita mengenai hal yang ia ceritakan.
  3. Menghadapkan wajah ke orang yang diajak bicara.
    Walaupun kita tidak tertarik dengan apa yang orang lain sedang ceritakan, sebagai pendengar yang baik, kita sepatutnya mendengarkan apa yang ingin mereka sampaikan karena bisa jadi ada hikmah yang dapat kita ambil dari apa yang ia sampaikan. Bisa jadi dengan kita mendengarkan saudara kita berbicara, amal tersebut dihitung sebagai amal sha
  4. Tidak menampakkan sikap berbeda kepada saudara kita meskipun kita lebih mengetahui.
    Ekspresi seringkali tidak dapat kita kendalikan. Misalnya saja ketika kita tidak sependapat dengan saudara kita, akan muncul ekspresi tidak menyenangkan baik itu kita sadari atau tidak. Sebenarnya ekspresi tidak menyenangkan yang kita tampakkan bisa jadi menyakiti perasaan saudara kita tersebut. Bila memang kita sudah lebih mengetahui dan kita mengetahui bahwa hal yang ia sampaikan salah, tunggulah hingga ia selesai menyampaikan pendapatnya dengan ekspresi yang biasa saja. Setelah itu, barulah sampaikan apa pendapai kita kepadanya dengan kata-kata yang baik dan tidak menyakiti hatinya pula.
  5. Tidak menampakkan kepada para hadirin bahwa kita lebih berilmu daripada yang lainnya.
    Dalam suatu forum, bisa jadi orang yang datang berasal dari latar belakang yang berbeda, baik dari keilmuan ataupun pemahaman. Bisa jadi kita adalah orang yang paling paham akan suatu hal, tapi kita tidak perlu menunjukkan bahwa kitalah yang paling paham tentang masalah tersebut karena bisa jadi kita akan mendapat banyak ilmu ketika kita mendengarkan berbagai pandangan dari orang-orang yang hadir.

Mendengarkan bisa jadi merupakan hal yang sederhana. Akan tetapi, ketika kita mendengarkan sesuatu dengan bersungguh-sungguh dan menangkap hikmahnya dengan hati, akan ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Peserta PPSDMS Nurul Fikri Regional III Yogyakarta.

Lihat Juga

Kemuliaan Wanita, Sang Pengukir Peradaban

Figure
Organization