Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / La Taias for Ikhwan: Muslim Kuat, Itu Aku!

La Taias for Ikhwan: Muslim Kuat, Itu Aku!

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Cover buku "La Taias for Ikhwan: Muslim Kuat, Itu Aku!"
Cover buku “La Taias for Ikhwan: Muslim Kuat, Itu Aku!”

Judul Buku: La Taias for Ikhwan: Muslim Kuat, Itu Aku!
Penulis: Honey Miftahuljannah dan Abu Zharfan
Penerbit: Penerbit Kalil, Imprint PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, April 2014
Tebal: 196 halaman
ISBN: 978-602-03-0415-1
Harga: Rp.48.000,00.

Obat Penguat Iman Bagi Para Ikhwan

dakwatuna.com – Hidup adalah perjuangan, maka wajar apabila manusia mengalami kelelahan, kesedihan, ataupun kegelisahan dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. Kerap kali beban berat menghampiri, dan itu sangat manusiawi. Beban berat dapat dirasakan oleh siapa saja, termasuk kaum muslim.

Kaum muslim laki-laki atau ikhwan adalah keturunan Adam yang menjadi khalifah di muka bumi. Ia diciptakan Allah untuk menjadi seorang pemimpin, pembimbing bagi istri, dan penjemput rezeki untuk orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Ikhwan itu istimewa. Di pundaknya dibebankan berbagai kewajiban berat, namun dia juga dianugerahi kekuatan untuk memikulnya.

Ikhwan itu luar biasa, ia berbeda dengan lelaki pada umumnya. Apabila berbagai ujian menyapa dan cobaan menimpa, ia selalu bersandar kepada Allah SWT. Seperti ketika cobaan menghadang saat hati terlena oleh kesenangan dunia, maka seorang ikhwan akan tersadar, bukankah ia seharusnya menjadi seorang khalifah (pemimpin) di muka bumi dan menebar kebaikan atas nama Allah? (hal. 135).

Ikhwan bahkan selalu berbaik sangka kepada Allah atas segala cobaan yang dijalaninya. “Sebab, mungkin saja itu salah satu bukti cinta-Nya agar ia tak pernah berhenti mengucapkan kalimat zikir hanya untuk-Nya” (hal. 128).

Ketika dia dihadapkan pada cinta kepada lawan jenis, ada Allah sebagai penenang hatinya. Sebuah kisah tentang kesederhanaan sebuah pernikahan yang dilakukan oleh putra Umar bin Khatab, dapat dijadikan pembanding untuk para ikhwan di zaman sekarang. Bahwa untuk menikah, tak perlu begitu banyak kriteria yang harus ditetapkan oleh seorang ikhwan demi kesempurnaan calon pendamping. Ada baiknya seorang ikhwan hanya melihat akhlak indah seorang gadis karena kecintaannya kepada Allah untuk dijadikan calon pendamping (hal. 99).

Atau bagaimana jika Allah belum mengizinkan seorang ikhwan untuk menikah, maka dia seharusnya bisa berbaik sangka kepada Allah, bahwa Allah telah mempunyai skenario yang lebih indah untuknya. Pasti ada hikmah di balik tertundanya niat untuk melaksanakan setengah din-Nya (hal. 68-75).

Ketika dia harus berdakwah untuk lingkungan sekitarnya, dia tak takut meski kadang mendapat caci maki atau bahkan bogem mentah (hal. 39). Seorang ikhwan akan berpikir, “Apakah dia berhak mengumbar kemarahan luar biasa ketika niat baik dibalas dengan sebuah pukulan? Haruskah kita melakukan hal yang sama buruknya dengan dalih ingin mengingatkan?” (hal. 63). Islam adalah agama rahmatan lil aalamin, maka berdakwah pun seharusnya tidak dengan kekerasan.

Ikhwan mempunyai pegangan yang kuat dalam hidupnya, yaitu Alquran dan As-Sunnah. Dia pun mempunyai sosok idola, yaitu Rasulullah Muhammad SAW untuk dijadikan contoh dalam setiap gerak langkahnya. Ketika ikhwan dilanda kesedihan, ia bisa mengingat kisah sosok-sosok muslim pilihan sebagai pengokoh jiwanya. Seperti meneladani kisah hidup para pemimpin Islam revolusioner semacam Umar bin Abdul Aziz atau Harun ar-Rasyid yang kaya namun hidupnya tetap sederhana (hal. 168-175). Atau mengambil contoh dari kehidupan para khalifah sesudah Nabi (khulafaur rasyidin). Mereka adalah sosok-sosk teladan yang akan menguatkan iman ketika ikhwan sedang dalam kelemahan iman.

Menjadi seorang ikhwan jangan banyak mengeluh (hal. 177), ketika cobaan melanda, ingatlah kisah-kisah para Nabi, sahabat, orang-orang mukmin terdahulu atau di sekitar kita. Mengadulah hanya kepada Allah. Jangan jadikan beban status yang menempel padanya, yaitu sebagai seorang imam.

Buku ini berisi 22 kisah inspiratif dari para ikhwan yang terjadi di dalam keseharian kita, juga kisah-kisah dari zaman dahulu dari para Nabi, sahabat Nabi, dan orang-orang shalih. Membaca buku ini dapat meringankan beban ikhwan yang tengah dilanda kegelisahan hidup, kegalauan, dan mencerahkan kembali pemikiran, dengan bercermin pada kisah-kisah di dalamnya. Agar ikhwan senantiasa memiliki iman yang kuat, dan menjadi muslim yang kaffah.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Penulis lepas, ibu rumah tangga. Alumni S1 (Syari'ah) Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Lihat Juga

Imigran Muslim, Akankah Mengubah Wajah Barat di Masa Depan?

Figure
Organization