Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Membangun Itqan

Membangun Itqan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: bernaaltay.com)
Ilustrasi. (Foto: bernaaltay.com)

dakwatuna.com – Beberapa hari yang lalu saat sedang melaksanakan kegiatan belajar di kelas, kami mendiskusikan satu tema tentang “Profesional”. Apakah makna dari profesional?

Ada satu kawan saya mengungkapkan Profesional itu seperti Liga indonesia dengan liga inggris. Ketika membayangkan keduanya, mungkin anda juga sudah bisa menebak maksudnya. Di Liga Inggris misalnya, sebelum pertandingan mereka memeriksa dan menentukan beberapa standar mutu seperti tinggi rumput, kelembaban rumput, kamera di setiap sudut, penjagaan, dan kesehatan pemain dengan standar kualitas terbaik. Paling jelas adalah ketika jadwal liga inggris sudah ditentukan waktu bermain, selalu tepat waktu. Jika waktunya pukul 21.00 maka tidak ada alasan untuk ditunda. Bagaimana dengan liga Indonesia? Jadwal pukul sekian, telatnya lebih.

Di dalam agama kita, disampaikan makna profesional disandingkan dengan kata itqan yang bermakna sungguh-sungguh. Kata “sungguh” menunjukan serius, tekun, dan baik. lawan katanya tidak sungguh-sungguh, yang bermakna tidak serius, tidak tekun, dan tidak baik.

Jika seperti itu, saya melihatnya bahwa profesional itu seperti sebuah pertarungan. Jika tidak serius maka ia akan kalah. Saya melihat profesional itu seperti permainan. Jika tidak serius maka ia akan kalah juga. Saya melihat profesional itu seperti bisnis. Jika tidak bekerja dengan baik, maka akan rugi bahkan bangkrut.

Yusuf Qardawi dalam sebuah pidatonya pernah mengungkapkan, kita (Arab) memiliki kekayaan minyak melimpah, namun pendapatannya tidak lebih besar dari spanyol. Bukan Jerman, Itali, dan Prancis. Hanya Spanyol!. Kita (Negara Islam) menaiki kapal dan pesawat, namun itu bukan milik kita. Kita hanya menikmati barang ekspor saja.

Yusuf Qardawi pun mengajak dan menghimbau muslim untuk bekerja dengan serius, profesional, Itqan. Sehingga tidak tertinggal dari segi ekonomi, tekhnologi dan pendidikan.

Mengapa Amerika mampu menjadi negara adidaya?
Mengapa zionis saat ini seolah menguasai dunia?

Di samping keburukan mereka, ada satu hal yang membedakan yaitu mereka bekerja dengan profesional, bekerja dengan serius, tekun, dan baik. Inilah yang saya sebut profesional. Ia seperti pertarungan, seperti permainan, dan seperti bisnis.

Profesional bagi zionis “Jangan biarkan umat muslim maju”
Profesional bagi Amerika “jangan biarkan negara lain di atas kita”
Profesional bagi China “Jangan biarkan kita kehilangan pelanggan produk kita”
Profesional bagi Australia “Jangan biarkan sapi tidak dari kita”
Profesional bagi korea “Jangan biarkan gelar boyband diambil negara lain”
Profesional bagi korea selatan “Jangan biarkan tekhnologi Handphone disandang negara lain”
Profesional bagi jepang “Jangan biarkan gelar penghasil motor, mobil dan sejenisnya diambil negara lain”

Inilah profesional, ia adalah sikap. Inilah mengapa sandingan profesional adalah kata itqan (sungguh-sungguh). Karena jika tidak sungguh-sungguh kita akan kalah, kita tidak akan maju, dan kita hanya akan selalu diperbudak negeri rakus di luar sana.

Mengapa dahulu Muhammad, SAW mampu membawa Islam menguasa dunia? Jawabannya karena beliau bekerja dengan profesional, dengan sungguh-sungguh. Karena taruhannya adalah Kekalahan, dan kekalahan dekat dengan kehancuran.

Mari kita mulai melakukan segala sesuatu dengan profesional yaitu sungguh-sungguh.

Semoga bermanfaat tulisan ini pun menjadi pengingat bagi saya khususnya. Wallahua’lam.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir di Bandung 21 September. Anak ke empat dari enam bersaudara; Amal, Ma�ruf, Hodam wijaya, Gigin Ginanjar, Wiguna Syukur Ilahi. Inilah keenam lelaki yang selalu disebut-sebut dalam doa orang tua itu. Doa kesuksesan untuk masa depan. Mereka adalah anak sejarah yang akan menggoreskan tinta di lembaran sejarah peradaban sebari penguak dinding sejarah. Semoga menjadi pemimpin di negeri sarat nestapa ini. Lahir dari pasangan Solihat dan Adeng. Setelah menyelesaikan studi S1 program studi perbankan syariah, STEI SEBI, Depok. Kini aktivitas melanjutkan studi di STIS Nurul Fikri, Lembang jurusan siyasah syariah. Mulai mencoba menulis setelah lulus dari SMA, meskipun saya tidak tahu apa yang saya tulis. Beberapa karyanya diantaranya adalah Buku Belajar merawat indonesia, serial kepemimpinan alternatif (Bersama beastudi etos DD), Buku Talk Less Do More (SEBI Publishing), Paper Model agricultural Banking, Paper Peran LPZ dalam pengembangan ekonomi umat di Indonesia, Buku Catatan sang surya (Bersama Komunitas MOZAIK Sastra)

Lihat Juga

Gelar Munas, MIFTA Bertekad Lahirkan 200 Teknopreneur dan 2000 Profesional TI Hingga Tahun 2022

Figure
Organization