Syuhada Tsunami Aceh 2004 dan Kisah Teladannya

Ilustrasi. (AP Photo/Bedu Saini, Serambi Indonesia)

dakwatuna.com – Saya ingin berbagi kisah teladan dua orang senior saya: alm. Sona Sagita dan alm. Tamsil Ridha. Mereka syahid dipeluk gelombang tsunami saat sedang menolong tetangga mereka di Banda Aceh pada tahun 2004.

Pertama, bang Sona Sagita, yaitu senior saya di SMA 3 Banda Aceh dan Fakultas Teknik Unsyiah. Beliau mantan ketua OSIS di SMA dan juga ketua BEM di fakultas. Sewaktu menjadi siswa SMA, beliau suka mengumpulkan kami adik-adik kelasnya untuk berdiskusi tentang Islam, visi misi hidup, dll. Beliau sangat disibukkan dengan kegiatan keislaman & sosial. Saat menjadi mahasiswa, beliau tetap komitmen dengan aktivitas dakwah & sosialnya. Sewaktu diumumkan terpilih sebagai ketua BEM, beliau terduduk lesu di pojokan kampus, seperti beban berat sedang disematkan di bahunya. Namun, hal itu tidak membuatnya mundur. Beliau tetap semangat dalam menjalankan amanah itu. Prestasi akademis beliau juga bagus (IPK di atas tiga). Beliau juga berkerja mengajar kursus komputer sembari kuliah. Ia selalu ramah jika berjumpa dengan siapa saja. Beliau pernah berpesan yang maknanya: ikhlas itu harus dijaga sepanjang hidup; walaupun kita beramal setahun yang lalu, namun niat ikhlas kita harus tetap dipertahankan sampai dengan sekarang dan di masa yang akan datang.

Kedua, bang Tamsil Ridha. Beliau senior saya di Fakultas Teknik Unsyiah dan Ketua Himpunan Mahasiswa (Teknik) Sipil (HMS). Beliau juga disibukkan dengan aktivitas dakwah dan sosial di kampus. Jika adzan tiba, sambil berjalan ke mushalla, beliau mengajak adik-adiknya shalat berjamaah. Prestasi akademiknya juga gemilang. Saya pernah meminjam laporan tugas kuliah almarhum (tentang pembangunan jalan raya); laporannya sangat runtut, detil, & mudah dipahami. Beliau juga suka menolong orang lain dan pemberani dalam membela kebenaran.

Pada saat gelombang tsunami datang, bang Sona sebenarnya sudah selamat berada di sebuah Masjid di desa Jeulingke Banda Aceh. Namun, beliau keluar dari Masjid tsb menolong tetangganya yang tersangkut debris tsunami. Saat itulah gelombang kedua tsunami datang menjemput beliau kepada kekasihnya, Allah SWT. Mengenai bang Tamsil, kabarnya saat itu beliau sedang membonceng tetangganya dengan vespanya untuk menyelamatkan diri dari kejaran gelombang tsunami; namun, arus tsunami menutup usianya dalam episode kebaikan tsb.

Demikian keteladanan mereka yang pernah saya amati. Semoga menjadi inspirasi bagi kita semua. Semoga kita akan terus bersemangat mengisi hari-hari kita dengan amal kebaikan hingga kembali kepada-Nya dalam keadaan husnul khatimah. Kabulkanlah Ya Allah.

26 Desember 2014 (10 tahun pasca musibah tsunami).

Konten Terkait
Disqus Comments Loading...