Topic
Home / Narasi Islam / Politik / Ada Apa dengan Bangsa?

Ada Apa dengan Bangsa?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Bila kita sorot dari segi hakikat, bahwa pada dasarnya fitrah manusia condong untuk melakukan kebaikan, akan tetapi itu tidak bisa dijadikan suatu jaminan bahwa manusia akan memiliki akhlak yang luhur. Bila kita pandang dengan kaca mata yang berbeda, bahwa negara kesatuan republik Indonesia merupakan sebuah negara yang berlandaskan Pancasila, di mana manusia diajari bagaimana menjadi insan yang berbudi pekerti tinggi serta tahu diri, akan tetapi tindakan kriminalitas merajalela di bumi ibu pertiwi, persaingan antar elitpun semakin menjadi-jadi.

Lantas, di mana sebenarnya letak kesalahannya? Mungkinkah manusia zaman sekarang sudah lupa akan kodratnya sebagai manusia? Atau mungkin asas negara yang dibentuk oleh para pejuang terdahulu hanya tinggal coretan semata?

Dewasa ini, perkembangan negeri tercinta semakin hari semakin mengkhawatirkan, bagaimana tidak? Tantangan demi tantangan datang silih berganti, problematika tak henti-hentinya menghampiri, sehingga kita terjebak dalam krisis etika yang berkepanjangan.

Namun di saat kita telah terjebak dalam krisis seperti sekarang ini, haruskah kita mencari kambing hitam dan menyalahkan orang lain? Ataukah kita diam saja seolah-olah bukan bagian dari negeri ini?

Seiring dengan berputarnya rotasi bumi, berkembang pesatnya ilmu teknologi, dan semakin cerdasnya manusia di era globalisasi ini, telah membuka mata hati kita bahwa negeri Indonesia tercinta sedang mengalami keterpurukan yang begitu fenomenal, itu semua terjadi tidak lain dan tidak bukan melainkan karena kerusakan moral dan krisis etika anak bangsa yang semakin hari semakin meningkat, sehingga penyakit ini mewabah keseluruh elemen masyarakat, mulai dari masyarakat kecil yang suka mencari kambing hitam di setiap problematika yang terjadi, sampai kepada para pejabat tinggi yang terkadang tidak bisa dijadikan teladan dalam hidup ini, padahal mereka adalah orang-orang pilihan yang terpilih dari lapisan terbaik. Ini semua akan menjadi saksi bisu akan kelalaian dan kelemahan kita dalam membangun bangsa yang berbudaya tinggi.

Dan terlebih lagi kenyataan pahit yang terjadi akhir-akhir ini, di mana moral dan etika bukanlah lagi harga mati, akhlak bukanlah lagi sebagai penghias diri, sehingga nafsu dan keserakahan yang mengontrol dalam menghadapi padatnya permasalahan, rumitnya lika-liku mencapai solusi, dan khawatirnya akan muncul solusi palsu yang berlabel dengan bungkus kebenaran, sehingga solusi tersebut menjadi bom waktu yang akan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru setelahnya.

Fakta yang terjadi belakangan ini telah memudarkan cita-cita bangsa nan luhur, sebagaimana yang sering kita saksikan di media masa, di mana sebagian kelompok berusaha mencari celah untuk menjatuhkan sebagian yang lain, dan sebagian yang lain berusaha membeberkan aib saudara sebangsanya dengan maksud menunjukkan eksistensi diri, bukankah ini sebuah kelemahan dalam jati diri bangsa yang harus kita benahi, bukankah ini suatu pertanda bahwa bangsa berada di ambang kehancuran. Jangan mimpi menjadikan negara ini aman, daman, dan sejahtera serta berwibawa di mata international jika para pengelolanya masih asyik dengan saling menjatuhkan satu sama lain, begitu juga jika para pengelolanya hanya sibuk memperkaya diri di atas keterpurukan rakyat. Bukankah menyatukan barisan itu lebih indah, dan hanya orang-orang berjiwa ksatrialah yang mampu mengalah untuk memenangkan negeri.

Dalam menghadapi zaman era globalisasi yang sedang melanda Indonesia ini, kita sering kehilangan arah, pegangan, dan tujuan, bahkan Jati diri kita sebagai anak bangsa yang bermoral telah tercabut dibawa oleh arus peradaban dunia, kita tidak ubahnya seperti buih di lautan yang terombang ambing dibawa oleh gelombang, meskipun banyak tapi sayang tidak bisa berbuat apa-apa, dan pada akhirnya dih empaskan ke tepian pantai tanpa punya arti dan makna.

Di balik segala macam bentuk fenomena yang terjadi di bumi ibu pertiwi, apakah ini suatu pertanda telah lunturnya moral kita sebagai anak bangsa? Atau ini suatu pertanda telah tercabutnya asas Indonesia yang diperjuangkan oleh para pejuag kita dengan tetesan darah? Atau mungkin ini suatu pertanda telah hilangnya generasi bangsa yang bermoral tinggi?

Suatu negara yang hebat bukanlah diukur dari berapa banyak luas daerah yang dimiliki oleh negara tersebut, akan tetapi bagaimana rakyatnya bisa hidup berdampingan dengan rukun dan damai. Begitu juga suatu negara yang sehat bukan diukur dari seberapa banyak aset kekayaan yang ia miliki, akan tetapi bagaimana para petingginya dapat menjadi contoh teladan bagi bawahan dan rakyatnya.

Dalam situasi yang genting ini, maka kita tidak perlu mengkambing hitamkan orang lain, namun yang kita perlukan sekarang adalah menyusun langkah merapatkan barisan dan mengambil satu sikap bersama, mari kita perbaharui moral kita, mari kita benahi kembali etika kita, mari kira update cinta kita kepada tanah air ini, mari kita memandang setiap masalah dengan sikap dewasa dan jiwa bersih, tanpa indikasi dan tipu daya dari siapapun, karena ditangan kitalah dan hanya di tangan kita kejayaan bangsa bisa diraih, dan karena kita juwalah bangsa ini akan berakhir dengan sad ending. Jangan harap ada bangsa lain yang memajukan bangsamu kalau bukan kamu sendiri. Dan kemajuan bangsa hanya bisa diharapkan jika rasa kebencian dan persaing kotor telah kita buang jauh-jauh dari dalam diri, adat dan lingkungan kita. Dan itu tidak mudah, tapi justru di situlah nyawa bangsa ini dipertaruhkan.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Nama : Mursal M.Jafar Mahasiswa program studi "Islamic Studies", sedang menyelesaikan program strata 1 di negeri ratu Balqies, Republik Yaman. Mohon kiranya doa pembaca untuk kesuksesan studi penulis.

Lihat Juga

Kiat Bertahan Hidup

Figure
Organization