Sebuah Tadzkirah, Untuk Saudaraku se-Aqidah, Satu Ilah

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Kita adalah kader dakwah. Apapun wajihahnya selagi tujuannya adalah untuk menegakkan kalimatullah, kita adalah penggerak dakwah.

Kader dakwah yang sudah bertahun-tahun mengaji, diberi taujihat ruhiy, dan dinasihati dengan segala kalimat kalimat penyejuk hati.

Kita menjadi tahu, mana kebaikan mana keburukan. Kita menjadi tahu, mana yang Allah larang, mana yang Allah perintahkan. Amalan kecilkah itu, ataupun amalan besar.

Tetapi, sifat manusiawi kerapkali mengalahkan akal sehat.

Tahu bahwa suudzon adalah salah satu perbuatan dosa, tetapi karena tidak peduli kanan kiri, seolah kita menghalalkan perbuatan suudzon itu sendiri.

Kita tahu, berkata baik adalah perbuatan baik. Kita tahu, ihtirom terhadap sesama, tua atau muda adalah perbuatan terpuji, kita tahu menjaga ukhuwah islamiyah adalah kewajiban dr illahi robbi, tetapi kerap kali, hanya karena kegengsian, atau kedengkian hati yang nyaris tak disadari membuat kita terlena dalam buaian kesombongan, Allahu Rabbi…

Sombong adalah, menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.

Berkacalah.

Merendahkan orang lain bisa melalui berbagai sikap. Tak perlu kita sebutkan yang terpenting adalah, bagaimana kita terus menerus mentazkiyyah nafs ini. Mensucikan jiwa ini. Agar hati tak sekeras karang di lautan. Agar prasangka tak selalu diwarnai keegoisan. Agar tutur kata yang keluar dari lisan tak setajam sayatan pedang…

Kamaa tadinu tudaan…

Sebagaimana kamu bersikap, seperti itu pula orang akan menyikapimu. Tugas kita adalah ibadah, ibadah, ibadah. Tugas kita hanyalah menjadi manfaat sebermanfaat manfaatnya. Tugas kita hanyalah menebar dan menabur kebaikan di mana mana.

Besar kecil amalan, baik buruk perbuatan, adalah Allah penentu segala.

Wallahu’alam.

Mahasiswi LIPIA Jakarta | Garuda Keadilan | Gkreatip | KAMMI
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...