Topic
Home / Berita / Opini / Raja Salman dan Masa Depan Ikhwanul Muslimin

Raja Salman dan Masa Depan Ikhwanul Muslimin

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud
Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud

dakwatuna.com – Tentu masa depan hanya Allah yang Mahatahu. Harapan terbaik adalah yang disandarkan kepada Allah semata. Hanya saja, jika Allah menghendaki kebaikan, maka Allah akan memilih manusia-manusia yang menjadi khalifahnya. Tidak ada salahnya kita berharap perubahan signifikan terhadap Raja baru Saudi Arabia. Kendati saat ini, tak satupun penguasa, melainkan harus mendapat restu dari Amerika dan Inggris.

Namun perubahan yang memunculkan harapan baru, sangat terasa. Terutama kebijakan Raja Saudi tentang hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin, gerakan Islam terorganisir dan terbesar di dunia. Banyak yang memprediksi, Saudi akan lebih berpihak kepada Ikhwan. Alasannya ada dua:

  1. Biangkerok kebijakan Saudi yang sangat membenci Ikhwan, telah disingkirkan Raja Salman hanya dalam 2 jam setelah Raja Abdullah diumumkan wafat. 6 Titah Raja dikeluarkan dan 30 titah raja selanjutnya diterbitkan hanya dalam waktu kurang dari 7 hari setelah dibaiat menjadi raja.
  2. Raja baru Saudi lebih mengakomodasi lembaga-lembaga keIslaman dibanding Raja Abdullah yang lebih mengakomodasi lembaga-lembaga sekuler dan liberal. Raja Salman diprediksi akan lebih mengapresiasi peran dan sumbangsih Ikhwan yang diakui sejak lama turut menggairahkan dunia pendidikan di Saudi Arabia.

Peran Raja Salman yang ditunggu-tunggu adalah, kebijakan luar negeri Saudi Arabia, khususnya terhadap negara-negara anti-Ikhwan, misalnya Mesir, Emirates Arab, Kuwait. Kedekatan Raja Salman dengan Presiden Turki, Erdogan berikut Emir Qatar, menjadi sinyal penting perubahan KSA yang di masa Raja Abdullah disebut-sebut membentuk poros koalisi setan yang dekat dengan Yahudi Israel. Membenci Ikhwan tapi membiarkan Syiah menguasai halaman depan dan dapur Saudi Arabia.

Indikasi terkuat, Aljazeera kembali “galak” dan berani menyerang Jenderal kudeta As-Sisi dengan lontaran berita yang lebih garang dibanding sebelumnya. Kembalinya Qatar menjadi pendukung IM, terindikasi kuat berkah dari meninggalnya Raja Abdullah yang beberapa bulan lalu “menjewer” Qatar dengan ancaman-ancaman menakutkan: penarikan Dubes, penutupan jalan darat Saudi-Qatar, bahkan pemutusan keanggotaan Kerjasama Teluk.

Pantas saja belum apa-apa Raja Salman sudah diserang ormas-ormas atau orpol tertentu. Salah satunya yang paling nyaring adalah pendapat Amir HT, sikap Emir Dubai, media kudeta Mesir yang sangat negatif soal Raja Salman. Kita hanya bisa berdoa, semoga Allah mengaruniakan taufik dan hidayahnya untuk raja-raja dan para pemimpin dunia Islam. Allaahumma qad ballaghtu, fasyhad. (usb/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Alumni Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir.

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization