Topic
Home / Narasi Islam / Dakwah / Tetaplah Bersama Jamaah

Tetaplah Bersama Jamaah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (paksi.net)
Ilustrasi (paksi.net)

dakwatuna.com – “Yaa Bilal, arihna bi shalaah!”

Di suatu medan perang yang mencekam, saat semburat nadi menegang, saat asam laktat menambat hebat, menjadikan energi melemah yang bertambah payah, saat tubuh bersimbah darah di jalan dakwah dan genderang jihad fi sabilillah membedah, Muadzin pertama itu diseru oleh Sang Penghulu Para Syuhada, Rasulullah bersabda,

“Wahai Bilal, Istirahatkan kami dengan shalat!”

Shalat adalah ibadah yang membangkitkan jiwa, menjadi tiangnya agama, dan pilihan utama untuk mengistirahatkan diri kita saat beban begitu menggunung banyaknya.

Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah (Al Hadits). Maka tidak cukup aktifitas kita hanya terhenti di dalam masjid saja, pada liqoat pekanan kita, pada kajian tatsqif rutin kita, pada kajian tahsin dan tafsir kita. Tidak! Kita harus segera berbenah memperbaiki diri dan menyeru orang lain menuju cahaya Illahi.

Lantas, bagaimana aktifitas dakwah kita hari ini?

Sudahkah merasa lelah dan ingin berhenti?

Sudahkah merasa kecewa dan ingin mencari jamaah lainnya?

Jika hari ini kita belum merasakan lelah yang berpayah, Ust Cahyadi Takaryawan justru mengkhawatirkan itu bersebab karena kita belum melakukan apa-apa di dalam dakwah ini. Kok bisa-bisanya, dengan agenda dan urusan keummatan yang sebanyak ini belum menjadikan kita berlelah payah? Atau barangkali karena memang kita belum totalitas berdakwah, baru berkontribusi seadanya dengan energi sisa. Ya pantas saja.

Lelah adalah bagian yang tak terpisahkan dalam perjuangan, kenapa harus merasa kuat sedang nyatanya kita memang lemah tanpa bantuan dari-Nya. Kita hanya perlu untuk terus berjalan, Allah yang akan mencukupkan. Ketika ditanya kapankah kita istirahat? Wajar Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Istirahatnya kaum muslimin adalah saat kaki kanannya menginjak surga.”

Ust Rahmad Abdulllah membuat sebuah pengandaian,

“JIka dakwah adalah cinta, maka cinta akan meminta semuanya dari dirimu”

Ya, benar. Dakwah akan mencabut rasa kantuk dalam kelopak matamu, mengambil rasa lelah dalam tubuhmu, mengambil rasa kecewa dalam hatimu. Semenjak kita memutuskan untuk berafiliasi pada dakwah, maka kita sudah menyepakati semua konsekuensinya, termasuk bersiap untuk merasa kecewa.

Mengutip kalimatnya Ust Cahyadi Takaryawan,

“Dakwah dibangun dengan ikatan cinta. Gerbong dakwah melaju dengan berbagai proses dan dinamika, menuju harapan dan cita-cita yang telah dicanangkan. Dalam perjalanan inilah muncul friksi, muncul perbedaan pandangan, muncul gesekan satu dengan yang lain. Di antara orang-orang yang saling mencinta, akhirnya muncul perasaan kecewa. Muncul tuduhan, muncul praduga, muncul syak prasangka. Maka dalam kumpulan orang-orang yang atas dasar cinta saja masih bisa menimbulkan kekecewaan dan sederetan prasangka, lantas bagaimana dengan orang-orang yang berkumpulnya karena kecewa?”

Seolah kesadaran kita terbangunkan, bahwa keluar dari jamaah bukankah cara yang bijak. Saya selalu mencoba mencari tahu apa yang bisa dihasilkan dari kumpulan orang-orang yang sedang kecewa? Saya tidak menemukan itu, karena memang tidak ada! Mereka hanya sedang membuat barisan untuk menyerang jamaah, kemudian merasa benar dan ingin menunjukkan bahwa jamaah yang ditinggalkan nya memang salah.

Ikhwahfillah, kembalilah…

Jadikankah ikhlas sebagai panglimamu, jamaah sebagai kendaraanmu, totalitas sebagai bahan bakarmu. Dan jihad sebagai tujuan akhirmu. Apa sebenarnya tujuanmu selama ini? Begitu mudahnya antum berpaling dan meninggalkan jamaah yang sudah menjadikanmu menjadi sejauh ini. Kalaulah memang ada yang salah, kenapa tidak engkau perbaiki dari dalam saja? Ataukah antum sedang ingin masuk surga sendirian dan membiarkan kumpulan jamaah ini masuk ke neraka? Ataukah antum sudah mencoba memperbaiki namun tak jua kunjung ada hasil kemudian antum berputus asa dan memilih meninggalkan jamaah?

Ikhwah, ingatkah antum tentang wasiat Allah,

“Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. 12: 87)

Kita hanya perlu bersabar lebih lama lagi, berjamaah memang melelahkan. Pahamilah dinamika dan segala konsekuensinya. Jika ada yang futur dan keluar dari jamaah, sesungguhnya justru akan memperkuat dan mempersolid jamaah ini. Allah hendak menunjukkan mana dan siapa yang ikhlas dan dan tidak, mana yang pemersatu dan mana yang benalu. Eksistensi barisan sakit hati akan menggarap program kerja pertama mereka. Proyek pertama dan paling utama mereka adalah menyerang jamaah, memilih berseberangan dalam manhaj perjuangan, ini sangat melemahkan, namun disukai oleh musuh islam. Mari rapatkan barisan!

Ikhwahfillah yang masih terjaga dalam jamaah, bertahanlah!

Dengan kesabaran yang baik lagi, dengan kesabaran yang panjang lagi. Jika masih terpikir untuk kecewa dan ingin berhenti, periksa lagi hati. Kapan terakhir shalat jamaah lima waktu sehari? Kapan terakhir target tilawah harian terpenuhi? Kapan terakhir istirahat di dalam shalat malam menjadi destinasi? Kapan terakhir berdiri berlama lama di sepertiga malam yang akhir, kemudian bermunajat dengan segala hajat? Ayo berbenah lagi.

Istirahatkan hati yang sedang menganga terluka, obati perih yang menggores hati,

“Yaa Bilal, arihna bi shalaah!”

Mari rapatkan barisan jamaah kita lagi.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Single fighter yang ayah-able | Petani Muda Berdasi | Wirausahawan | Pusat Al-Qur'an Terpadu | Barkasmal Jogja

Lihat Juga

Istiqamah Hingga Akhir Hayat

Figure
Organization