Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Masyarakat yang Berbudaya

Masyarakat yang Berbudaya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (arabworld.nl)
Ilustrasi. (arabworld.nl)

dakwatuna.com – Salah satu pilar penting yang menjadi faktor majunya sebuah peradaban ialah kebudayaan. Itulah yang menjawab, mengapa 3 peradaban tertua didunia seperti Mesopotamia kuno, Mesir kuno, dan India kuno dapat menjadi 3 peradaban besar yang selalu diceritakan dalam pelajaran-pelajaran sejarah di sekolah. Begitu juga dengan lahirnya peradaban Cina kuno, Yunani kuno, hingga Romawi kuno; ketiganya juga masih tergolong peradaban tua, yang kisah-kisah kemahsyurannya masih banyak kita dengar hingga saat ini.

Semua peradaban tersebut dapat dipelajari hingga saat ini, berkat peninggalan dalam bentuk tulisan maupun peninggalan arsitektural. Dan kita dapat mengukur tingkat kemajuan sebuah peradaban dari warisan peninggalannya. Bahkan seringkali kita dikejutkan, dengan kemajuan sebuah peradaban yang sudah melampaui zamannya. Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan antara kondisi zaman secara umum dengan wacana pemikiran apa yang tumbuh subur dalam entitas peradaban tersebut. Jika sebuah peradaban mengalami lompatan pemikiran, maka dapat dipastikan peradaban tersebut sudah melampaui zamannya.

Itulah alasan mendasar mengapa setiap peradaban memiliki warisan budaya tersendiri. Jika peradaban Mesir kuno, kita menemukan warisan tulisan hieroglyph, bangunan Piramida, Sphinx, Obelisk, hingga ilmu perbintangan. Maka peradaban Mesopotamia yang memiliki keragaman bangsa; mewariskan tulisan paku, bangunan ziggurat, undang-undang Hamurabi, seni patung manusia bersayap dan berkepala garuda, hingga ilmu astronomi. Dan terakhir peradaban India kuno yang mewarisi kebudayaan Hindu-Budha, yang memiliki pengaruh sangat besar hingga kehidupan modern saat ini.

Jika peradaban kuno mewariskan banyak kebudayaan yang mempengaruhi konstelasi kehidupan umat manusia saat ini. Maka kita juga bisa menemukan warisan kebudayaan dari peradaban Islam. Islam yang lahir ke dunia 1500 tahun yang lalu, telah mengubah kebudayaan manusia, agar menjadi manusia yang lebih beradab. Karena peradaban Islam tidak hanya menawarkan kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk basis moral individu agar menjadi manusia yang berakhlaqul karimah, sebagai modal dasar penciptaan manusia menuju ‘manusia yang lebih beradab’.

Islam yang menjadi ajaran paripurna, telah memasuki segala lini kehidupan umat manusia dari buaian hingga keliang lahat. Itulah mengapa Islam bukan hanya perkara teologi dan keimanan, tapi juga Islam memberikan solusi bagi konflik sosial, politik, dan, ekonomi umat manusia. Konsep silaturahim, musyawarah mufakat, ajaran berdagang, hingga pernikahan; hanyalah bagian kecil dari solusi islam meredam konflik ekonomi, sosial, dan politik umat manusia. Sehingga banyak dari ajaran Islam, yang tidak hanya diberlakukan kepada umatnya, melainkan untuk seluruh umat manusia.

Islam pun sukses membuktikkan, bahwa masa Rasulullah berdakwah 23 tahun, tidak ada pendiskriminasian terhadap golongan minoritas. Bahkan keragaman yang ada, telah membentuk masyarakat yang harmonis, berilmu pengetahuan, dan lebih beradab. Sehingga peradaban Islam membuktikkan, bahwa kekhawatiran orang akan segala bentuk diskriminasi terhadap golongan minoritas, tidak pernah rasul ajarkan!

Mencitakan masyarakat yang berbudaya, sudah peradaban Islam contohkan pada masa kepemimpinan Rasulullah dan beberapa zaman setelahnya. Segala bentuk kedinamisan ilmu pengetahuan, tidak mengubah esensi Islam agar membentuk masyarakat yang berbudaya. Budaya bukan sekadar seni, budaya bukan sekadar keindahan, budaya bukan pula sekadar ilmu pengetahuan. Tapi budaya juga melingkupi basis moral yang membuktikkan tingkat keberadaban setiap individu dalam sebuah entitas peradaban.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta.

Lihat Juga

Turki: Barat Mulai Kehilangan Toleransi

Figure
Organization