Mengejar Kebahagiaan yang Abadi

Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Ketenaran seperti apakah yang dicari Mush’ab bin Umair? Pemuda tampan mempesona, bergelimang harta, bergelar bangsawan, bersandang anak kesayangan. Namun, begitu ringan tak menyesal ia ketika kehilangan nikmat itu demi Islam. Melaluilah tokoh Khazraj, Sa’ad bin Mu’adz, merasakan bahagianya bersyahadah

Jabatan seperti apakah yang dicari Ali bin Abi Thalib? Saat kekhalifahan diberikan, saat itu jua jumlah batu ganjalan di perutnya bertambah demi menahan lapar. Padahal, harta yang ia wakafkan hingga wafat berjumlah hingga 4.000 Dinar (Rp 8 Milyar).

Kekayaan seperti apakah yang dicari Ibnu Abbas? Ketika hartanya sejumlah 900.000 dinar (Rp 1,8 Triliun) ia investasikan pada bankir Muslim yang mengalami kebangkrutan hingga tak mampu membayarnya kembali. Namun, ia merelakannya tanpa mengejar pembayaran karena yakin bahwa siapa yang menolong hamba-Nya maka Allah pun akan menolongnya.

Keuntungan seperti apakah yang dicari Utsman bin Affan? Ketika terjadi paceklik di Madinah, saat itu juga kafilah dagangnya datang dari Syam dengan unta berjumlah 1.000 yg membawa bahan makanan melimpah. Para pedagang dan tengkulak pun berlomba ingin membelinya sampai keuntungan 5 dirham. Namun Utsman menolak dan mengatakan “Siapakah yg mampu memberi keuntungan lebih bahkan hingga 10 dirham?” Allah jawabnya. Maka dengan mudah ia sedekahkan semua dagangannya untuk seluruh penduduk Madinah.

Cinta seperti apa yang dicari Salman al Farisi? Ketika lamarannya pada gadis yang ia inginkan ternyata ditolak dan gadis tersebut meminta karibnya, Abu Darda’, yang menjadi suaminya. Seketika itu jua Salman lapang dan memberikan seserahan yang dibawanya untuk Abu Darda’.

Istri seperti apakah yang dicari Hanzalah? Saat malam pertamanya, jihad berkumandang. Ia pun bersegera menuju medan. Kesyahidannya mengundang malaikat memandikan jasadnya.

Ilmu seperti apakah yang dicari Abu Hurairah? Hijrah dari Tihamah menuju Madinah tanpa bekal kekayaan. Rela meninggalkan rumah ibunya demi ilmu. Empat tahun ia habiskan khusus bersama Rasul serta menjadi ahli suffah dengan predikat kemiskinan. Luar biasanya di sepanjang zaman, Abu Hurairah mampu berprestasi sebagai perawi terbaik.

Dan Agama seperti apakah yang dicari Abu Sofyan? Ketika ia merasa menyesali keterlambatannya memeluk Islam dan merasa iri pada assabiqun al awwalun, maka ia nasihati anaknya Umayyah untuk mengejar ketertinggalannya dalam berislam.

Beruntungnya mereka yang telah menemukan makna dan meraih kebahagiaan abadi. Kebahagiaan yang tak semu, Kebahagiaan yang melampaui arena dunia menuju akhirat yang abadi.

 

Konten Terkait
Disqus Comments Loading...