Topic
Home / Berita / Opini / Efek dan Dampak Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Efek dan Dampak Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Masyarakat Ekonomi Asean 2015 - (foto: tubasmedia.com)
Masyarakat Ekonomi Asean 2015 – (foto: tubasmedia.com)

dakwatuna.com – Pada awal tahun 2015 ini Indonesia bersama dengan sembilan negara ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). Serta modal untuk meningkatkan kemakmuran dan daya saing kawasan sebagaimana tercantum dalam Visi ASEAN 2020 yang tercetus dalam KTT ke-2 ASEAN tahun 1997.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang sebelumnya telah disebut dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area) pada tahun 1992. MEA akan menjadikan kawasan Asia Tenggara ini seperti sebuah negara besar. Penduduk di kawasan ASEAN akan mempunyai kebebasan untuk melanglang buana, masuk ke satu negara dan keluar dari negara lain di kawasan ASEAN tanpa membutuhkan paspor. Mereka mempunyai kebebasan dan kemudahan untuk memilih lokasi pekerjaan yang dianggap memberi keuntungan dan kepuasan. Peusahaan juga bebas memilih lokasi pabrik dan kantor perusahaan di kawasan negara-negara ASEAN.

Menurut Staf Direktorat Kerja Sama ASEAN Kementerian Perdagangan, Astari Wirastuti, saat ini Indonesia tengah berada pada arus perdagangan global yang mau tidak mau harus bisa bersaing dengan asing. Untuk itu, pihaknya mengimbau agar para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) harus bersiap diri untuk bersaing dengan produk asing. Pemerintah Indonesia sendiri juga tidak ingin dikatakan tidak siap menghadapi MEA. Keputusan Presiden Nomor 37 tahun 2014 dan instruksi Presiden nomor 6 tahun 2014 dikeluarkan SBY dalam upaya untuk meningkatkan daya saing nasional dan kesiapan dalam menghadapi pelaksanaan. Lalu sebenarnya apa dampak dari penerapan MEA bagi keluarga serta generasi muslim di Indonesia?

Saat MEA diberlakukan, perpindahan penduduk tenaga kerja akan meningkat. Ketika tenaga profesional dan terampil asing menyerbu Indonesia, maka satu satunya peluang kerja bagi masyarakat Indonesia kebanyakan adalah menjadi tenaga kasar di negeri sendiri atau di negara-negara tetangga yang lebih makmur.

Dengan semakin sulitnya kondisi ekonomi dalam negeri, tidak aneh jika kaum wanita lebih memilih untuk ikut menjadi tulang punggung keluarga. Padahal ketika seorang ibu ikut bekerja bahkan ke luar negeri maka otomatis anak-anak tidak atau kurang mendapatkan perhatian dan pendidikan yang memadai di dalam rumah. Padahal seharusnya keluarga menjadi tempat bersandarnya anak. Dengan kesibukan ayah dan ibu dalam mencari nafkah membuat anak kehilangan kasih sayang yang tidak jarang justru memicu anak untuk melakukan perilaku-perilaku maksiat seperti memakai narkoba, minum minuman keras, serta seks bebas.

Itulah satu dari sekian masalah yang akan terjadi ketika masyarakat ASEAN terbentuk sepintas seolah menjanjikan perbaikan kehidupan masyarakat, padahal tidak sama sekali. Dari sisi keluarga, nampaknya MEA akan semakin menghancurkan generasi penerus bangsa karena semakin lemahnya kontrol orang tua terhadap anak-anak. (usb/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 1.00 out of 5)
Loading...
Pelajar, SMAIT INSANTAMA.

Lihat Juga

Seminar Nasional Kemasjidan, Masjid di Era Milenial

Figure
Organization