Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Daya Tahan Islam Terhadap Perubahan Zaman

Daya Tahan Islam Terhadap Perubahan Zaman

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Di dalam Islam, kita mengenal istilah dinullah dan ghairu dinullah. Dinullah ialah agama yang diturunkan langsung oleh Allah melalui rasul-Nya. Sedangkan ghairu dinullah ialah agama yang direkayasa sendiri oleh manusia. Di dalam dinullah kita falimiar dengan 3 agama samawi. Yaitu agama Yahudi, Nasrani, dan Islam. Semuanya berakar pada satu ‘ayah’, yaitu nabi Ibrahim. Sehingga dalam kajian filsafat, nabi Ibrahim sering disebut sebagai bapak monoteisme.

Agama yahudi dibawa oleh nabi Musa, dengan Taurat sebagai kitab sucinya. Agama Nasrani dibawa oleh nabi Isa, dengan Injil sebagai kitab sucinya. Terakhir agama Islam dibawa oleh nabi Muhammad, dan Alquran sebagai kitab sucinya. Ketiganya merupakan dinullah, atau agama samawi. Jika nabi Isa dan nabi Musa diutus hanya untuk kaumnya. Maka nabi Muhammad diturunkan untuk seluruh umat manusia. Rahmatan lil Alamin. Melintasi skala ruang dan waktu, bahkan sesudah nabi Muhammad wafat sekalipun. Inilah yang membedakan pengikut manusia dan pengikut nabi. Jika nabi wafat, maka pengikutnya akan terus bertambah. Sedangkan manusia wafat, maka pengikutnya akan hilang.

Ghairu dinullah saat ini sudah banyak sekali bertebaran di muka bumi. Dan motifnya pun bermacam-macam. Ada agama yang merupakan turunan dari agama samawi, ada agama yang merupakan perpecahan dari agama samawi, dan adapula agama yang murni hasil dari rekayasa manusia. Walaupun pada pengimpelementasiannya, banyak dari ajaran ghairu dinullah yang mengambil hikmah dari ajaran samawi. Sehingga saat ini, ada 5 ghairu dinullah yang terbesar, yang tersebar di muka bumi; ada agama Hindu yang memiliki pemeluk hingga 800 juta jiwa, ada agama Budha yang memiliki pemeluk sebanyak 600 juta jiwa, ada Kong Hu Chu yang memiliki pemeluk sebanyak 150 juta jiwa, ada Sikhisme yang memiliki pemeluk sebanyak 25 juta jiwa, hingga Zoroaster yang memiliki pemeluk hingga 4 juta jiwa.

Memang masih menjadi perdebatan akan kemurnian yahudi dan nasrani saat ini, jika dibandingkan dengan ajaran aslinya. Sehingga di dalam internal agama Yahudi dan Nasrani pun, terdapat banyak keragaman. Begitu pula dengan keragaman dalam Islam. Dan keragaman/perbedaan tersebut terkadang mencapai tataran ‘aqidah’ para pemeluknya. Sehingga dalam kajian teologi pun, mempelajari agama samawi merupakan kajian yang sangat rumit dan kompleks. Menurut data statistik, pemeluk nasrani saat ini mencapai angka 2,1 miliar jiwa. Pemeluk agama Yahudi mencapai 15 juta jiwa. Dan agama Islam menduduki peringkat 2, dengan jumlah pemeluk 1,9 miliar jiwa.

Tapi coba kita amati keindahan Islam dalam fakta pertumbuhannya. Ketika nabi Muhammad saw wafat, menurut sebuah riwayat, pemeluk Islam mencapai angka 100.000 jiwa. Sedangkan jumlah umat manusia di bumi saat itu mencapai angka 100 juta jiwa. Saat ini pemeluk Islam mencapai angka 1,9 miliar, dari 7 miliar jiwa. Bayangkan berapa rasionya. Dari 100.000/100.000.000 jiwa menjadi 1,9 miliar/ 7 miliar jiwa. Sungguh lompatan yang hebat, dalam perhitungan pertumbuhan agama di bumi ini.

Islam memiliki daya tahan yang luar biasa terhadap perubahan zaman. Karena fenomena saat ini, terlalu banyak agama yang muncul kemudian menghilang begitu saja. Memang saat ini nasrani menduduki peringkat satu, dengan jumlah pemeluk agama terbanyak. Tapi janganlah lupa, siapa pemeran utama yang memainkan peran fundamental tersebut. Menurut Michael H. Hart dalam bukunya ‘100 orang paling berpengaruh di dunia’, beliau meletakkan nabi Muhammad sebagai orang paling berpengaruh di dunia; karena peran pertumbuhan itu dipikul oleh nabi Muhammad seorang. Berbeda dengan agama Nasrani yang dipikul oleh 2 orang, yaitu nabi Isa dan St. Paul.

Fakta lainnya adalah angka 2,1 miliar pemeluk nasrani, itu terdiri dari berbagai sekte dan aliran. Terlebih lagi rasio lompatan pertumbuhannya. Lompatan pertumbuhan nasrani, tidak sebesar lompatan pertumbuhan Islam. Nasrani muncul terlebih dulu, sebelum Islam datang. Begitu pula dengan kehadiran nabi Isa, yang lebih dahulu datang sebelum kedatangan nabi Muhammad. Karena boleh jadi saat ini Nasrani menjadi unggul secara kuantitas, tapi jangan heran jika suatu waktu Islam akan mengungguli jumlah nasrani, karena jumlah lompatannya yang jauh dan massif.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta.

Lihat Juga

Anggota DPR AS: Trump Picu Kebencian pada Islam di Amerika

Figure
Organization