Kelemahan Manusia

Ilustrasi. (prastPhotoWORK)

dakwatuna.com – Kala itu waktu sudah menunjukkan jam makan siang, saya pun segera bergegas dari tempat saya mengajar dan langsung mencari tempat makan, saya memilih restoran Aceh di kawasan kota Bandung, mie kuah udang menjadi pilihan.

Kuliner dan jalan-jalan memang salah satu kesukaan saya semenjak kuliah di Mesir, kebiasaan ini terbawa ketika saya melanjutkan S2 di Maroko, uang beasiswa/uang bulanan selalu saya sisihkan untuk merasakan aneka kuliner dari beragam negara, mulai dari makanan khas kawasan Asia Timur, Eropa, Timur Tengah, Asia Selatan, Asia tengggara dan kawasan Afrika. Makanan Cina adalah menu favorit saya karena rasanya lezat dan penyajiannya yang segar.

Sembari menyantap mie kuah udang, restoran tersebut menawarkan tontonan gratis, sambil menunggu pesanan, sayapun melihat acara sinetron yang kebetulan tentang percintaan anak remaja. Sekilas dalam pengamatan saya bahwa sinetron tersebut sebenarnya kurang menarik, terkesan hanya menawarkan gaya hidup, percintaan yang belum waktunya, para pelakonnya mengumbar aurat dan senang-senang ala remaja semata.

Dewasa ini memang banyak orang berbuat sesuatu atas nama kebebasan, ia bebas berpakaian, berkata hingga menyetel televisi, musik dengan suara kencang hingga mengganggu orang lain, ia berdalil televisi atau radio itu miliknya, hal ini sah-sah saja, akan tetapi jika sudah bersinggungan dengan masyarakat, mereka juga punya kebebasan yang sama, sehingga ada sebuah kaidah dari Ibnu Kholdun di dalam kitabnya “Al’Ibar, Fi Taariikhi Al A’rabi wa Al Barbar:

Hurriyyatu Al mar’i Mahdudatun bi Hurriyyati Ghairihi. Artinya : “Kebebasan seseorang bisa menjadi terbatas dengan adanya kebebasan orang lain”

Bebas belum tentu merdeka, akan tetapi merdeka sudah pasti bebas, maka jadilah orang merdeka yaitu orang yang mengerti arti kebebasan positif. Saat seseorang sendirian bisa saja ia merasa bebas serta bisa berbuat apa saja sesuai dengan kehendaknya, inilah yang diartikan kebebasan, namun jika sudah bergesekan dengan kebebasan orang lain, maka kebebasan itu menjadi terbatas.

Kebebasan seseorang hendaknya tidak mengganggu kebebasan orang lain, dalam bahasa sederhana yang mudah kita pahami adalah belajar untuk memahami toleransi, seseorang yang toleran adalah orang yang merdeka dan memerdekakan orang lain.

Jika seseorang mempunyai rasa malu, maka hidupnya akan memperhatikan batasan antara dirinya dan orang lain, jika ingin berbuat sesuatu maka ia akan melihat dampak yang akan menimpa dirinya dan juga orang lain. Rasa malu inilah yang menjadi rem seseorang dalam berperilaku dan bertutur kata.

Seyogyanya kaum hawa memiliki malu yang tebal, senantiasa memperhatikan aturan berbusana yang sopan/baik dan tidak pula memperlihatkan auratnya kepada sembarang orang.

Zaman boleh berganti dan boleh saja semakin maju, akan tetapi para perempuan tetap harus menunjukkan identitasnya sebagai seseorang yang mudah dikenal sebagai muslimah di era global.

Di kawasan Timur Tengah dan negara-negara Arab, perempuan muslim biasa dikenali dengan pakaiannya, maka untuk membedakan antara seorang muslimah dan yang bukan, paling tidak bisa dilihat dari caranya berpakaian.

Hal ini menjadi pola pandang tersendiri di kalangan masyarakat Arab kendati ada beberapa negara yang sepertinya kurang berlaku pandangan seperti ini seperti di Aljazair, Maroko, Tunisia, Lebanon karena pengaruh paham sekuler dan liberal yang mewarnai kawasan tersebut.

Di belahan bumi lain berbondong-bondong orang sibuk mencari kebenaran Islam dan meninggalkan keyakinan lama mereka, yang lelaki sibuk menghidupkan sunnah dan yang perempuan belajar untuk berbusana muslimah, tapi di sini kita masih saja sibuk membicarakan hegemoni barat dan mulai mengenyampingkan nilai-nilai keislaman, ibarat sebuah racun yang sudah bercampur dengan madu. kita sudah menelannya!

Jika kita perhatikan secara seksama, semakin hari semakin menipis saja rasa malu seseorang, semakin menipis malu seorang perempuan, maka seseorang hendaknya mempertimbangkan untuk menjadikannya pendamping hidup, karena ia akan letih dibuatnya, kecuali kalau ia memang tipe lelaki cuek yang tak peduli dengan kebaikan dunia akhIrat untuk istrinya.

Semakin menipis kejujuran dan keimanan kaum lelaki, maka seorang perempuan hendaknya berpikir panjang untuk menjadikannya imam dalam kehidupan, karena sang perempuan hanya akan dibuat menderita, bukannya menjadikan ia sebagai ratu, tapi menjadi buruh.

Semakin menipis toleran dalam diri anda, maka sebaiknya anda pergi ke tempat yang jauh, lihatlah luasnya dunia, kenali aneka ragam budaya, bahasa dan pola hidup masyarakat di tempat lain. Jika anda sudah mengerti dan banyak berinteraksi dengan sesama, maka kembalilah niscaya anda akan menjadi seseorang yang berbudaya, bukan golongan fanatik dan merasa paling super.

Semakin menipis ilmu dan semakin sempit hati anda, maka sebaiknya jauhilah hiruk pikuk nuansa politik, hingar bingar suasana kota dan jauhilah pergaulan dengan orang-orang bodoh, bertemanlah dengan orang-orang berilmu nan berakhlak mulia serta gantilah dengan suasana yang sunyi, antara anda dan Tuhan, lalu komunikasikan keluhan anda selama ini, jangan-jangan selama ini anda hanya pandai curhat di dunia maya, media sosial, di hadapan makhluk, bukan kepada yang menciptakan makhluk.

Pengaruh lingkungan, tontonan dan budaya yang negatif mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan karakter seseorang, alhasil para perempuan semakin menipis malunya dengan kurang memperhatikan cara berpakaian baik bagi dirinya, tak peduli komentar orang lain, yang penting ia merasa nyaman dengan gaya hidupnya, sedangkan yang laki-laki semakin jauh dari kejujuran, tak sedikit yang ikut terseret ke dalam godaan perempuan dan ini adalah fitnah yang paling berat bagi kaum lelaki.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) perempuan. (Muttafaq ‘alaihi)

Sehebat dan sesukses apapun karir seorang perempuan, ia mempunyai kelemahan yang tiada lain kurang pandai dalam mengendalikan perasaannya, pada kebanyakan kasus, perempuan mudah   terbuai dengan tipu daya/rayuan manis para lelaki, maka hal yang membuat kaum hawa menderita sebenarnya bukanlah pada sulitnya ia menjalani kehidupan, melainkan karena ia salah memilih pendamping hidupnya.

Begitu sebaliknya, sehebat dan segagah apapun fisik seorang lelaki, ia tetap saja mempunyai kelemahan yang tiada lain kurang pandai mengendalikan syahwat duniawinya. Maka tak heran para raja/ kaisar hingga seorang Jenderal, ia mampu menguasai banyak wilayah kekuasaan dan disegani prajuritnya, akan tetapi ia bisa saja kalah dengan lemah lembut dan keelokan seorang perempuan bahkan harus takluk di bawah kekuasaan kaum perempuan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Setiap anak Adam senantiasa melakukan dosa, dan sebaik-baik para pendosa adalah mereka yang senantiasa bertaubat” (HR At-Tirmidzi dari hadits Anas radhiyallahu ‘anhu).

Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya, kalau seandainya kalian tidak berdosa maka Allah akan membinasakan kalian dan sungguh Allah akan mendatangkan suatu kaum yang berdosa lalu mereka beristighfar kepada Allah lalu Allah mengampuni mereka” (HR Muslim)

Allah Ta’ala hendak menjadikan manusia mulia, akan tetapi kebanyakan manusia berpaling dari-Nya dan lebih memilih kenikmatan dunia yang bersifat semu. Sejatinya manusia adalah makhluk yang lemah, terkadang seseorang berada dalam ketaatan, terkadang ia bermaksiat kepada Allah Ta’ala, terkadang ia berada dipuncak ketaatan dengan konsisten beramal kebajikan, terkadang ia lalai dalam mengingat-Nya dan tiada manusia yang terbebas dari dosa (maksum) kecuali Rasululullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

.Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS : Al Baqarah ayat 257)

Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui. (QS : Al Baqarah ayat 268)

Allah Ta’ala telah menciptakan anak cucu Adam dengan sifat lemah, oleh karena seseorang hendaknya pandai memilih dan memilah sarana/fasilitas yang dapat menjaga serta menguatkan keimanannya di manapun ia berada.

Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. (QS : An Nisaa ayat 28)

Di zaman sekarang memang tidak mudah mencari tontonan, lingkungan pergaulan, buku bacaan, hingga media yang mendidik, terkadang keburukan dan kebaikan tercampur menjadi satu dalam sebuah medium.

Jika seseorang kurang pandai menyeleksi hal positif, maka sudah pasti ia akan terjerumus ke dalam hal-hal negatif yang kelak bisa mengubah perilakunya. Kenapa demikian? Karena manusia memang diciptakan dengan sifat lemah, terkadang ia tak kuasa mengendalikan perasaan dan syahwatnya.

Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Bandung (UNISBA) & PIMRED di www.infoisco.com (kajian dunia Islam progresif)
Disqus Comments Loading...