Pemberitaan ISIS dan Dampaknya Terhadap Dakwah (Studi di Kota Bandung, Jawa Barat)

Personil ISIS. (zamanpress)

Abstrak

dakwatuna.com – Kehadiran pemberitaan media massa sekitar peristiwa yang dominan di Timur Tengah cukup menghebohkan dunia oleh hadirnya gerakan Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) atau ‘Negara Islam Irak dan Suriah’ (NIIS), karena langkah mereka yang seakan melegalkan kekerasan dalam menempuh cita dan tujuannya. Terutama dalam kaitannya dengan proses hadirnya sistem khilafah di negara-negara Islam.

Tulisan ini membahas berbagai persoalan, yaitu: Apakah ajaran ISIS masih berada di dalam koridor pemahaman Islam yang sah, ataukah sudah keluar; Mengapa Barat begitu antusias untuk menghentikan ISIS; Peranan Media Massa dalam mendorong pembatasan masyarakat Muslim di Indonesia; dan dampak kehadiran ISIS terhadap masa depan dakwah Islam (di kota Bandung jawa Barat).

Studi dilakukan di Kota Bandung dengan mengobservasi kantung-kantung jemaah yang ditengarai berpaham ISIS atau komunitas yang diindikasikan sebagai berpaham syariah (khilafah). ISIS mengupayakan hadirnya pemerintahan Islam, melalui sistem khilafah. Namun tampak bahwa langkah mereka dalam melahirkan sistem khilafah tidak disetujui oleh mayoritas paham ulama Islam.

Media massa di Indonesia, terutama di kota-kota besar telah mambetot perhatian masyarakat untuk bersikap menolak ISIS. Sementara itu, kita meyakini bahwa khilafah merupakan ajaran yang asli (genuine) Islam. Dengan terhentinya sosialisasi konsep dan sistem khilafat menjadikan agenda dakwah di Bandung (perlu) mengubah strategi agar para dai tidak membahas masalah khilafah dan negara berdasarkan syariah, agar tidak diindikasikan sebagai bagian dari jaringan ISIS. Stagnasi materi dan agenda dakwah di dunia Islam – dari yang semula mengkampanyekan urgensi syariah dan khilafah menjadi yang lebih bersifat kebajikan umum — ini berimplikasi kepada hegemoni Barat yang semakin kentara dalam menguasai budaya, politik dan sumber-sumber daya alam di dunia Islam.

Kekuatan umat Islam yang anti-ISIS di negara-negara Islam dan Barat yang hegemonik membentuk satu aliansi strategik dalam menggempur ISIS di Timur Tengah. Pada saat yang hampir bersamaan kondisi Indonesia yang ditengarai oleh dominannya informasi melalui media massa turut mengerem perkembangan ISIS yang dipandang heterodoks di kalangan ulama Islam di Bandung. Akibatnya dakwah Islam yang mengkampanyekan urgensi sistem khilafah ikut terhambat. Padahal meski ada yang kurang senang terhadap sistem khilafah, namun masalah syariah merupakan suatu yang urgen bagi umat Islam, karena syariah bersifat abadi. Penolakan terhadap ISIS berakibat pada stagnannya agenda dakwah umat Islam di Kota Bandung, karena tema-tema dakwah yang mengarah kepada syariah relatif mengendur. Padahal sebelum ISIS mengguncang dunia Islam sekelompok umat Islam telah mengajarkan pentingnya syariah dan sistem khilafah.

PENDAHULUAN

Tahun 2010, Arab Spring pecah dengan diawali dari Tunisia dan mengubah situasi di Timur Tengah. Namun, di Suriah, diktator Bashar Al-Assad yang berasal dari kalangan Syiah (Nusairiyah) tidak berpikir akan mundur dari jabatannya. Perang saudara pun terjadi. Tentara Assad membunuh rakyat mereka sendiri. Semakin lama perang itu, semakin banyak kelompok-kelompok milisi asing bergabung dalam peperangan itu. Kebanyakan dari mereka datang karena alasan agama. Mereka bertujuan dapat mendirikan sebuah negara Islam di kawasan itu. Salah satu dari kelompok itu adalah ISI, yang sekarang menjadi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka sudah berperang di Irak selama beberapa tahun dan punya ribuan tentara yang terlatih baik dan fanatik.

Mereka telah menguasai Irak utara yang didominasi suku kurdi dan sangat berhasrat untuk mendirikan negara berdasarkan agama yang mereka kelola sendiri. Kedatangan mereka mengubah perang di Suriah ke situasi yang tidak pernah diduga orang sebelumnya. ISIS sangat brutal dan radikal sehingga kelompok itu segera terlibat peperangan dengan hampir semua faksi lainnya dalam kalangan anti rezim pemerintah Suriah. Mereka menyerang dan membunuh anggota kelompok lainnya termasuk kelompok mujahidin. Mereka mendirikan negara Islam dengan aturan yang sangat keras, sehingga Arab Saudi pun terkejut dan menarik dukungannya.

ISIS telah dituduh bertanggung jawab atas banyak pembantaian warga sipil dan jumlah tak terbilang pengeboman bunuh diri, penyanderaan wanita dan anak-anak, serta eksekusi dan pemenggalan terhadap para tahanan.

  • Rumusan Masalah

Tulisan ini membahas tentang Sejarah ISIS dan dinamikanya, Pemberitaan ISIS Di Jawa Barat dan Kota Bandung, dan Dampak Pemberitaan tentang ISIS terhadap dakwah di Jawa Barat.

 

PEMBAHASAN

  1. Sejarah ISIS dan Dinamikanya

Negara Islam Irak dan Syam (ISIS ) (Bahasa Arab:الدولة الاسلامية في العراق والشام al-Dawlah al-Islāmīyah fī al-ʻIrāq wa-al-Shām) juga dikenal sebagai Negara Islam (bahasa InggrisIslamic State (IS) bahasa Arab: الدولة الإسلامية ad-Dawlah al-ʾIslāmiyyah), dan Negara Islam Irak dan Levant (bahasa InggrisIslamic State of Iraq and the Levant (ISIL)) adalah sebuah negara dan kelompok militan jihad yang tidak diakui di Irak dan Suriah. Kelompok ini dalam bentuk aslinya terdiri dari dan didukung oleh berbagai kelompok seperti Dewan Syura Mujahidin dan Al-Qaeda di Irak (AQI)., termasuk kelompok Katbiyan Ansar Al-Tawhid wal Sunnah dan Jeish al-Taiifa al-Mansoura. ISIS mendeklarasikan berdirinya Negara Islam pada Ahad, 29 Juni 2014 (Muahammad, 2014: 32).

ISIS dikenal karena memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada Islam dan kekerasan brutal seperti bom bunuh diri, dan menjarah bank. Pemahaman tersebut menjadi ideologi ISIS, yang dipegang teguh dan diperjuangkan dalam oreiantasi kehidupan mereka. Pemberontak di Irak dan Suriah ini telah menewaskan ribuan orang. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan lebih dari 2.400 warga Irak yang mayoritas warga sipil tewas sepanjang Juni 2014. Jumlah korban tewas ini merupakan yang terburuk dari aksi kekerasan di Irak dalam beberapa tahun terakhir. Aksi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ini telah menyebabkan tak kurang dari 30.000 warga kota kecil di timur Suriah harus mengungsi.

Tokoh Sentral di Balik Militan ISIS adalah Abu Bakar al-Baghdadi. Di bawah kepemimpinannya, ISIS menyatakan diri untuk bergabung dengan Front Al-Nusra, kelompok yang menyatakan diri sebagai satu-satunya afiliasi Al-Qaidah di Suriah. ISIS memiliki hubungan dekat dengan Al-Qaedah hingga tahun 2014. Namun karena misi berbelok dari misi perjuangan nasional dengan menciptakan perang sektarian di Irak dan Suriah dan penggunaan aksi-aksi kekerasan, Al-Qaidah lalu tidak mengakui kelompok ini sebagai bagian darinya lagi. Abu Bakar al-Baghdadi bahkan bersumpah untuk memimpin penaklukan Roma.

 

  • Kebijakan AS dan Dinamika ISIS

Menteri Pertahanan Amerika Serikat menyebut kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sebagai sebuah kelompok yang terorganisir dan memiliki peralatan militer. Menurut Hagel, untuk membasmi ISIS diperlukan perang panjang. Ia mengatakan, ancaman kelompok teroris tersebut bukan sebuah ancaman jangka pendek, sebab ISIS sangat lebih terorganisir dari sekedar sebuah kelompok teroris. Kelompok ini, kata Hagel, didukung dan dipersenjatai dengan sangat baik, serta memiliki ideologi sendiri.

Peristiwa-peristiwa selama beberapa bulan terakhir di Irak menunjukkan bahwa kekuatan finansial dan persenjataan ISIS melebihi kemampuan yang dimiliki oleh kelompok-kelompok lainnya. Militan ISIS hingga sekarang masih menguasai sebagian wilayah penting di Suriah dan Irak, dan mengklaim telah membentuk sebuah pemerintahan. Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin dalam waktu singkat kelompok teroris tersebut berubah menjadi sebuah kekuatan yang menakutkan dan mampu mengancam kota-kota penting Irak dan bahkan memenggal kepala seorang wartawan AS di depan kamera?

Cerita tentang ISIS kembali ke masa tiga tahun lalu ketika Barat berusaha menggulingkan pemerintahan sah Presiden Suriah Bashar al-Assad dengan memanfaatkan kebangkitan rakyat di dunia Arab. Untuk mencapai tujuan tersebut, Barat memberikan dukungan politik, keuangan dan senjata kepada setiap kelompok yang memerangi pemerintah Damaskus. Pada awalnya, Barat tidak menganggap penting tentang tindakan dan perilaku kelompok-kelompok anti-Assad yang berusaha mencapai ambisi mereka dengan cara-cara terburuk dan mengerikan. Oleh karena itu, publikasi video seorang militan yang memakan jantung tentara Suriah, video pemenggalan kepala warga sipil dan kejahatan-kejahatan mengerikan lainnya tidak dianggap penting oleh Barat, bahkan tewasnya seorang tentara Inggris yang baru kembali dari Afghanistan di jalan kota London di tangan seorang ektrimis, tidak mempengaruhi cara pandang Barat tentang bahaya munculnya teroris generasi baru.

Pada 13 Oktober 2006, kelompok ini mengumumkan pembentukan Negara Islam Irak, yang mengklaim otoritas atas kegubernuran Irak di Baghdad, Anbar, Diyala, Kirkuk,Salah al-DinNinawa, dan bagian dari Babil. Setelah 2013 ekspansi kelompok ke Suriah dan pengumuman Negara Islam Irak dan Levant, jumlah wilâyah-provinsi-yang diakui meningkat menjadi 16. Selain tujuh wilâyah Irak, divisi Suriah, sebagian besar berbaring sepanjang batas provinsi yang ada, yaitu Al Barakah, Al Kheir, Al Raqqah, Al Badiya, Halab, Idlib, Hama, Damaskus dan Latakia.

Kekuasaan ISIS berada di Kegubernuran Ar-Raqqah Di Suriah. Pemimpin utama ISIS diketahui telah mengunjungi ibukota provinsi tersebut, Raqqah. Berbagai bukti menunjukkan bahwa sebelum mendeklarasikan namanya, ISIS telah memperoleh dukungan politik, finansial dan senjata dari AS, Barat dan sekutunya di Timur Tengah untuk menggulingkan pemerintah Suriah. Tanpa dukungan finansial dari sejumlah negara sekutu AS di kawasan, ISIS tidak akan mampu memenuhi biaya besar dalam perang dengan militer Suriah. Kelompok teroris tersebut juga tidak akan mampu merekrut ribuan ekstrimis dari seluruh dunia. Sebenarnya, jika AS mengendalikan dan mencegah ISIS supaya tidak menguasai kota Mosul di Irak yang notabennya adalah warga suni, maka kelompok teororis itu tidak akan memiliki peralatan militer modern seperti saat ini, bahkan hingga beberapa pekan setelah militan ISIS menguasai kota tersebut, AS belum memberikan respon efektif untuk mencegah kemajuan kelompok teroris itu. Tak diragukan lagi, kesempatan emas tersebut digunakan ISIS sebaik mungkin untuk memperluas operasinya hingga dekat kota Arbil, Kirkuk dan Baghdad.

  1. Tujuan Dibentuknya ISIS

Dari awal sampai pada pembentukan negara Islam murni telah menjadi salah satu tujuan utama dari ISIS. Menurut wartawan Sarah Birke, salah satu “perbedaan yang signifikan” antara Front Al-Nusra dan ISIS adalah bahwa ISIS “cenderung lebih fokus pada membangun pemerintahan sendiri di wilayah yang ditaklukkan”. Sementara kedua kelompok berbagi ambisi untuk membangun sebuah negara Islam, ISIS dengan “jauh lebih kejam melakukan serangan sektarian dan memaksakan hukum syariah secara segera”. ISIS akhirnya mencapai tujuannya pada tanggal 29 Juni 2014, ketika itu dihapus “Irak dan Levant” dari namanya, dengan mulai menyebut dirinya sebagai Negara Islam, dan menyatakan wilayah okupasi di Irak dan Suriah sebagai kekhalifahan baru.

Pada tanggal 4 Juli 2014, Persatuan Ulama Muslim Se-Dunia (IUMS), yang dipimpin oleh Syaikh Yusuf Qaradhawi, mengeluarkan pernyataan bahwa deklarasi khilafah yang dilakukan ISIS untuk wilayah di Irak dan Suriah tidak sah secara syariah Islam. Di dalam negeri MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan MIUMI (Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia) dengan tegas menolak klaim sepihak dari ISIS dalam khilafah sebagaimana disampaikan Fahmi Salim, MA selaku Wakil Sekretaris Litbang MUI Pusat dan Ketua MUMI Provinsi DKI Jakarta.

Pada pertengahan 2014, kelompok ini merilis sebuah video berjudul “The End of Sykes-Picot” berbahasa Inggris kebangsaan Chili bernama Abu Safiya. Video ini mengumumkan niatan kelompok ini untuk menghilangkan semua perbatasan modern antara negara-negara Islam Timur Tengah, khususnya mengacu pada perbatasan yang ditetapkan oleh Perjanjian Sykes-Picot selama Perang Dunia I.

  1. Pemberitaan ISIS di Jawa Barat dan Bandung

Menguatnya eksistensi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) memberikan stimulasi jejaring dan paham radikal untuk memperkuat basisnya di banyak negara. Di Indonesia, hal ini ditandai dengan dilakukannya deklarasi pendirian ISIS Indonesia di Solo, Bima dan sejumlah wilayah di Indonesia lainnya. “Hal yang menarik, pendirian ISIS menjadi titik temu sejumlah figur dan organisasi berpaham radikal yang setelah tewasnya Dr. azhari dan Noordin M. Top dan kemudian Usamah bin Laden, tercerai berai dan cenderung tiarap,” jelas ketua pusat studi politik dan keamanan Universitas Padjajaran, Muradi, kepada Republika, Sabtu (2/8).

Bahkan tidak sedikit figur atau kelompok yang sebelumnya berseberangan dengan jejaring Jemaah Islamiyah (JI) ikut bergabung untuk berjihad ke Timur Tengah. Hal ini menurutnya berdampak terhadap perkembangan paham radikal di Indonesia. Fenomena tersebut tidak boleh dianggap remeh oleh pemerintah, karena akan menjadi ancaman serius bagi keragaman dan kebhinekaan Indonesia. Pendekatan kekerasan yang terlegitimasi agama sebagaimana dipraktikkan oleh ISIS di Timur Tengah bisa saja diterapkan disini. Muradi mengimbau pemerintah perlu tegas untuk membatasi perkembangan organisasi radikal tersebut di Indonesia.

Berkaca pada hal tersebut, pemerintah perlu mengintegrasikan instansi terkait guna merespon dan membatasi ruang gerak ISIS di Indonesia. Pemerintah perlu mendorong BNPT dan Densus 88 AT untuk memformulasikan program Kontra Radikal dan Deradikalisasi secar efektif dengan instansi terkait. Program kontra radikal dan deradikalisi bisa dilakukan dengan mengidentifikasikan perseorangan atau kelompok dengan tujuan timur tengah yang diduga akan bergabung dengan ISIS dan saat bersamaan memetakan perseorangan dan kelompok yang masuk ke Indonesia yang diduga berasal dari Irak dan Suriah. Hal ini juga harus melibatkan instansi diluar BNPT dan Polri, misalnya TNI, BIN, Kemlu, Imigrasi dan sebagainya. “Sedikit saja pemerintah lengah dan lambat dalam merespon hal tersebut, maka ancaman aksi teror dan kekerasan atas nama agama dan ancaman atas keberagaman Indonesia bukan sekedar wacana,” imbuhnya

  • Tentang ISIS Di Jawa Barat – Bandung

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat meminta masyarakat Jawa Barat untuk tidak resah dengan perekrutan Islamic state irak and Syria (ISIS) di Jawa Barat. Karena, MUI menilai masalah ISIS sebagai hal yang kecil. “Bagi MUI masalah ISIS tersebut merupakan hal kecil, apa lagi negara baik presiden sudah berbicara mengenai itu,” ujar Ketua MUI Jabar, KH Hafidz Utsman, kepada wartawan Rabu (6/8).

Menurut Hafidz, sejauh ini pihaknya belum mendapat informasi tentang perkembangan ISIS di Jawa Barat. Namun, hal tersebut tidak perlu di besar-besarkan terlebih ISIS sendiri merupakan organisasi kecil. “Itu kan yang ribut hanya di Timur Tengah cuman di kita di blow up beritanya. Jadi besar. Media juga harus membantu ketenangan,” katanya. Menurut Hafidz, hal tersebut tidak perlu diperbesar. Apalagi, selama ini informasi yang diperoleh mengenai ISIS masih sangat simpang siur. Seperti halnya, tentang penjualan minyak. “Coba logika di media yang katanya dia menjual hasil minyak 30M dolar, kenapa hanya cerita menjual saja, yang beli siapa,” katanta. ISIS, kata dia, cuma kelompok kecil kenapa di Indonesia menjadi besar. ISIS tidak perlu dikhawatirkan karena potensi berkembang di Jawa Barat sangat minim. Apalagi, masyarakat Jawa Barat sendiri sudah cerdas dalam memilih suatu organisasi. “Potensinya tidak ada, bayangkan dulu saja zaman Abdul Naser membuat Republik Arab persatuan itu sulit, bagaimana nasibnya, Kan tidak berujung. Akhirnya tinggal di Mesir,” katanya. Begitu juga, kata dia, Sadam Husein mengikat nasionalisme Arab, ternyata ujungnya adalah sosialisme

Pemkab Bandung Barat mensinyalir setidaknya ada enam kecamatan di Bandung Barat yang diduga telah disusupi oleh paham kelompok ISIS (Iraq Syria Of Islamic State). Hal tersebut, berdasarkan laporan dari jajaran Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), Tono Nurpomo mengatakan, untuk memantau pergerakan mereka, pihaknya terus berkoordinasi dengan TNI/Polri dan Kejaksaan serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar pergerakan ISIS dapat diantisipasi. “Di enam kecamatan ini ada yang mirip-mirip ISIS hanya belum melakukan deklarasi. Soal jumlah anggotanya pun belum bisa kita sebutkan karena ini masih indikasi,” kata Tono kepada wartawan, Kamis (14/8).

Laporan tentang keberadaan ISIS, pihaknya akan memfasilitasi elemen masyarakat. Sejauh ini, kata dia, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan seluruh camat agar malaporkan jika terbukti muncul kelompok ISIS. Ditanya soal apakah ada pengawasan khusus di sejumlah perbatasan Kab Bandung Barat, Tono menuturkan, untuk diperbatasan pihaknya sudah menyiapkan pemantauan khusus. “Wilayah perbatasan pun akan kami pantau. Karena tidak menutup kemungkinan mereka masuk dari daerah lain,” ujarnya. (Jibi/Bisnis-Jabar.com)

  1. Dakwah Islam dan Pemberitaan ISIS

Terorisme dan Media Massa

Banyak berita sekitar tindakan kekerasan yang menarik untuk diliput oleh media massa. Media massa menjadi suatu perantara dalam menyebarluaskan berbagai berita yang dipandang bernilai jual. Instink Jurnalis atau awak media sangat peka ketika melihat suatu berita yang layak untuk dimuat. Cukup posisitf penyebaran informasi radikalisme dan terorisme melalui media massa. Seperti tergambar teori agenda setting yang memposisikan media massa sebagai pembentuk opini dan memberikan arah pemahaman dalam masyarakat.

Media massa sangat strategis dalam menyebarluaskan informasi, tak terkecuali berita tentang radikalisme dan terorisme. Karena nilai berita yang sensasional dan kontroversial menjadi menarik untuk dijual oleh media massa. Sudah biasa menjadi suatu dari pemerintah dan pimpinan sipil untuk menanggulangi masalah ini dengan baik.

Dengan demikian maraknya pemberitaan tentang maraknya aksi terorisme sangat kuat dilakukan oleh aktivis garis keras yang menginginkan Islam dilaksanakan secara kaffah (paripurna). Padahal kemampuan masyarakat untuk menerapkan Islam sangat berbeda-beda dengan yang dikehendaki oleh ajaran Islam yang kaffah tersebut. Berita seputar terjadi pembubaran ISIS di kota Bandung menjadi menarik. Berkaitan apakah kondisi tersebut benar atau rekayasa. Karena di satu sisi dinyatakan bahwa di kota Bandung tidak ada ISIS, namun pemimpinnya menyatakan ISIS dibubarkan. Terjadi ironi dalam hal ini. Penggeledahan dan perburuan jemaah ISIS di mana-mana disuarakan oleh kaum Muslimin melalui baligo dan spanduk yang ada di pinggir jalan di kota Bandung, dan kota-kota besar lainnya di Jawa Barat secara simultan. Manusia Indonesia setiap hari diterpa puluhan berita baru, bahkan bisa jadi ratusan berita yang ada. Informasi menjadikan orang semakin sadar akan berbagai kenyataan yang ada. Tidak ada masyarakat yang lepas dari berita yang muncul setiap hari.

Seringkali kegiatan aksi teroris itu dikaitkan dengan jaringan Poso, Ambon, Maluku dan seorang tokoh kharismatik, Abubakar Ba’asir. Tokoh sepeuh ini sejak jaman Orde Baru menjadi incaran regim waktu itu. Namun beliau dapat masuk ke Malaysia dengan aman dan berdakwah di sana selama belasan tahun. Setelah Regim Orde Baru tumbang Khiththahnya adalah Sampai sejauh mana kebenaran berita tersebut, masih diperlukan pembuktian. Namun opini masyarakat seolah digiring bahwa perilaku kelompok teroris itu dimulai dengan pandangan dunia (weltanschaung)-nya yang berbeda dengan paham masyarakat umum. Pandangan-dunia terbentuk dari aspek keyakinan, pemikiran dan tindakan. Ketiganya merupakan suatu yang menyatu jalin menjalin dalam satu integritas yang utuh. Aspek-aspek tersebut membawa kepada lokus pemahaman dan tindakan yang berbeda dengan apa yang sudah ada selama ini. Paham arusbesar (mainstream) seringkali dipersalahkan oleh para aktivis ini, dan mereka bersiteguh untuk menyatakan bahwa kegiatan dakwah harus mengarah kepada revolusi dalam artian aqidah, struktur sosial dan pranata pemerintahan.

Paham tersebut menjadi suatu identitas yang tidak bisa dielakkan dalam kehidupan. Sebenarnya di berbagai belahan dunia juga telah banyak aksi terorisme, seperti Irlandia, dan Meksiko. Namun untuk Indonesia, kasus ini mulai menggelayut di tataran praktis sejak 1981, ketika “kelompok Imran” di Masjid Istiqamah Citarum Bandung, mulai ‘menggebrak’ cakrawala kesadaran bangsa Indonesia. Kelompok Imran memulai debutnya dari proses perkaderan di masjid Istiqamah Bandung. Mereka tidak tanggung-tanggung membajak pesawat Woyla di Bangkok. Kemudian terjadi di beberapa daerah, seperti pengeboman candi Borobudur (1983), jauh sebelum Thaliban mengebom patung Budha di Pakistan. Setelah peristiwa itu susul menyusul peristiwa kekerasan yang mengatasnamakan doktrin agama. Ajaran Agama Islam, khususnya tentang jihad, ditafsirkan sebagai landasan aksi kelompok ini. Gerakan ini muncul karena beberapa faktor yaitu ideolgis maupun kondisi perekonomian. Pada ideologi karena mereka merasa bahwa paham keagamaan yang telah ada selama ini menjadi faktor keterpurukan bangsa ini. Sebagian karena pemahaman mereka yang cenderung mem-by pass paham yang sudah ada, namun pada sisi lain juga karena faktor sosial ekonomi yang menjadikan mereka radikal. Dalam artian ketidakadilan menjadi faktor pemicu yang membawa kepada terbentuknya sikap radikal tersebut.

Kedamaian Islam dan Stigma Kekerasan

Islam adalah agama dakwah yang menyebarluaskan ajarannya dengan cara yang damai. Namun kedamaian itu seringkali direcoki oleh adanya tindakan kekerasan dari sekemlompok pihak. Seperti yang terjadi di Irak, Pakistan, dan Afghanistan. Tindakan kekerasan itu tidak lahir dengan sendirinya tetapi karena didorong oleh adanya faktor atau faktor-faktor pencetusnya, yaitu berbagai kendala yang terkait dengan aspirasi yang tidak terselurkan atau karena perbedaan ideologi yang berkembang yang kadang kala sulit untuk dijembatani. Ketika aspirasi mengalami jalan buntu dan tidak mampu ditemukan solusinya, maka kekuatan egoisme tersebut yang menjadikan mereka bertengkar. Cari lagi untuk Persoalan kehidupan seiringkali tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak, namun diperlukan adanya suatu sikap keterbukaan untuk saling berkomunikasi dengan berbagai belahan dunia Islam yang lainnya. Kemudian umat Islam diminta untuk menyusun suatu strategi tentang negara yang adil dan makmur yang diridhai Allah swt.

Indonesia adalah negara yang majemuk, baik secara kultural, religi, maupun etnis. Indonesia merupakan untaian zamrud di khatulistiwa yang berupaya untuk menjembatani berbagai keanekaragaman yang lahir dari dinamika sejarahnya. Islam di Indonesia diakui memiliki corak tersendiri yang berupaya untuk diketengahkan dengan cara yang elok. Sejarah Islam di Indonesia memiliki karakter yang toleran dan tepasalira (teposliro). Alih-alih kitab sucinya sama dengan umat Islam yang lain, Islam di Indonesia mentolerir adanya pahaman yang berbeda dengan pusat Islam, tanah suci. Kondisi ini menjadi perbedaan corak Islam secara kultural. Namun ia tetap bersatu sejauh ia dapat menjalankan agama secara sinkron dan simultan. Sesungguhnya ajaran agama dan pemeluknya menghendaki suatu ajaran yang berkeadaban. Dalam artian bahwa masyarakat ingin hidup damai. Agama apapun yang dianut oleh masyarakat hal itu menjadi suatu keharusan untuk hidup berdampingan secara damai.

Dicermati bahwa dakwah Islam kelompok tertentu di Indonesia, dalam hal ini adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) wilayah Jawa Barat yang selama ini gencar untuk memasyarakatkan sistem khilafah melalui dakwah mereka dalam kehidupan masyarakat yang paling banyak mendapatkan dampak dari pemberitaan ISIS untuk wilayah Indonesia. Karena mereka terhambat oleh banyaknya reaksi sosial yang menyatakan diri menolak ISIS di Jawa Barat umumnya dan Bandung khususnya. Ali Moeslim, Juru bicara HTI di Jawa Barat, mengemukakan bahwa gencarnya penolakan terhadap sistem kekhilafahan dan negara Islam sebagaimana yang disuarakan oleh kelompok masyarakat dapat berdampak secara langsung terhadap agenda kerja HTI. Karena HTI selama ini yang paling banyak yang mengkampanyekan tentang sistem khilafah di dunia Islam. Pada saat yang sama juga menolak sistem demokrasi yang dianut oleh banyak negara Muslim, termasuk Indonesia. Dengan terjadinya penolakan terhadap negara Islam, berarti pula sistem khilafah juga ditolak, termasuk tema yang banyak disosialisasikan oleh HTI.

HTI merupakan kelompok Muslim yang berupaya untuk menegaskan adanya sistem khilafah di bumi Indonesia, kemudian bersambung dengan HT yang ada di negara-negara lain. Sehingga secara strategis diharapkan kedepannya dapat terwujud suatu sistem kekhilafahannya di negara-negara Islam di seluruh Indonesa. Maksudnya dengan adanya isu ISIS ini dilihat oleh masyarakat bahwa komunitas menolak apa yang diagendakan oleh HTI. Masyarakat menjadi sadar bahwa kalau mereka mendukung HTI, yang ideoleoginya adalah kembali ke konservatisme, dalam bentuk negara Islam untuk seluruh negeri Islam di seluruh dunia maka berarti masyarakat memihak kepada paham yang disemaikan ISIS tersebut. Karena harus tunduk kepada satu sistem kekhilafahan. Sedangkan bangsa Indonesia sendiri telah memiliki satu ideologi yaitu Pancasila dan negara Indonesia merupakan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di sinilah letak ujian bagi HTI. Kelompok HTI harus berjuang ekstra keras untuk meyakinkan masyarakat bahwa apa yang mereka perjuangkan tidak sama dengan ideologi perjuangan ISIS. Karena ISIS berjuang hanya untuk negara Irak dan Suriah semata.

Di samping itu, kalaulah para penolak ISIS itu menolak sistem khilafah maka dia tidak berarti harus menolak syariah. Karena khilafah hanya salah satu aspek dari syariah. Sedangkan dakwah Islam menyerukan kepada syariah (hukum-hukum agama) secara keseluruhan. Orang boleh tidak memihak kepada khilafah namun dia tidak boleh menolak syariah. Karena syariah merupakan hukum yang abadi yang dijamin otentitasnya oleh Allah SWT. Penolakan terhadap syariah akan menjadikan seseorang keluar dari Islam secara hukum.

PENUTUP

ISIS adalah suatu organisasi yang mengatasnamakan Islam dan berupaya untuk memperjuangkan negara islam, dengan metode radikal, fundamental. Tetapi disamping itu juga ada negara yang berperan aktif dalam berkembangnya ISIS yaitu AS.

ISIS menjadi topik yang sangat menarik sejalan dengan banyaknya pemberitaan Indonesia dan khususnya di Jawa Barat. Sehingga ia direspons ssecara beragama oleh lapisan masyarakat. Sebagian menerima namun sebagiaan lainnya menolak. Mereka yang menerima karena banyak masyarakat Indonesia yang terlalu mudah untuk menerima suatu pemahaman baru tanpa adanya pemikiran yang mendalam, namun lebih dilandasi oleh sikap emosional atau pertimbangan ideolgi yang sudah ada pada kelompok Muslim yang radikal. Seringkali Muslim di Bandung mengikuti suatu ajaran tanpa disertai dengan maksud dan tujuannya yang jelas. Namun sejalan dengan itu banyak pula penentangan yang dilakukan oleh organisasi di Indonesia tentang berkembangnya ISIS.

Pemberitaan ISIS yang gencar dapat membawa dampak yang besar terhadap dakwah Islam di Jawa Barat, dan khususnya di Bandung. Islam merupakan agama yang damai. Meski masyarakat menolak ISIS dan negara Islam, namun masyarakat Muslim tetap harus menjalankan syariah Islam dalam berbagai dimensi kehidupan yang dilakukan dengan cara yang damai dan modern. Karena paham moderat akan dijadikan rujukan kaum Muslimin di Bandung Jawa Barat.

Daftar Pustaka

Agastya, M. ABM. (2013). Arab Spring Badai Revolusi Timur Tengah yang Penuh Darah. Yogyakarta: Ircisod.

Muhammad, Reno. (2014). ISIS Kebiadaban Konspirasi Global. Bandung: Noura Books (kelompok Mizan).

Qomar, Mujamil. (2012). Fajar Baru Islam Indonesia? Kajian Komprehensif atas Arah Sejarah dan Dinamika Intelektual Islam Nusantara. Bandung: Mizan

Van Bruinessen, Martin (ed.). (2014). Conservative Turn Islam Indonesia dalam Ancaman. Bandung: Mizan

Whetemore, E.J. (1989). Mediamerica Mediaworld. Form, Content and Consequence of Mass Communication. 5th edition. Belmont California: Wadsworth Publishing.

Internet:

  1. http://id.wikipedia.org/wiki/Negara_Islam_Irak_dan_Syam
  2. http://indonesian.irib.ir/editorial/fokus/item/84210-kebijakan-as-dan-prosesperkembanganisis
  3. http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/08/02/n9ohi8-anggota-isis-di-indonesia-diperkirakan-1000-orang
  4. http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional/14/08/06/n9vn2d-mui-jabar-kecil-kemungkinan-isis-berkembang-di-jabar
  5. http://www.kabar24.com/nasional/read/20140814/65/226645/kasus-isis-merebak-6-kecamatan-di-bandung-terindikasi-disusupi-isis

NB :

Makalah ini disampaikan pada sesi pararel di hadapan para dosen dan peneliti di acara Konferensi Kajian Komunikasi, Budaya dan Media (Conference on Communication, Culture and media studies). Pada hari Kamis /11 Desember 2014, bertempat di Gedung Rektorat Kampus terpadu Universitas Islam Indonesia, jln Kaliurang, KM 14,5, Besi, Sleman, Yogyakarta.

Tim Pemakalah “PEMBERITAAN ISIS DAN DAMPAKNYA TERHADAP DAKWAH ISLAM (STUDI DI KOTA BANDUNG JAWA BARAT)” :

– Dr. H. Bambang S. Ma’arif, Drs, M.Si (Dekan Fakultas Dakwah Universitas Islam Bandung/UNISBA) basmar_ali@yahoo.com

– Hj. Nia Kurniati Syam, Dra, M.Si (Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Bandung/ UNISBA) nia_syamday@yahoo.com

– H. Guntara Nugraha Adiana Poetra, Lc, M.A (Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Bandung/UNISBA & Pimpinan Redaksi kajian dunia Islam progresif www.infoisco.com) a_poetra2@yahoo.com

 

Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Bandung (UNISBA) & PIMRED di www.infoisco.com (kajian dunia Islam progresif)
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...