Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Memaknai Pengkaderaan Sebagai Jantungnya Organisasi

Memaknai Pengkaderaan Sebagai Jantungnya Organisasi

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Dalam sebuah organisasi baik organisasi laba atau nirlaba, seperti organisasi kemahasiswaaan, organisasi politik, organisasi buruh, organisasi keagamaan maupun organisasi perusahaan termasuk organisasi non sipil (kepolisian dan militer), kaderisasi menjadi hal yang sangat penting bagi eksistensi dan kelanjutan organisasi.

Pengkaderan adalah jantungnya organisasi, dimana baik buruknya dan langgengnya oragnisasi kita, sangat  tergantung dari seberapa serius kita melaksanakan pengkaderan. Dapat dilihat di sekitar kita, ketika dalam suatu organisasi pengurus tidak serius dalam melaksanakan pengkaderan secara sistematis, berjenjang, berkelanjutan dan masif, organisasinya akan mati secara  perlahan-lahan. Hal tersebut disebabkan minimnya jumlah kader dan minimnya kualitas kader.

Secara umum, setidaknya ada 4 organisasi dengan kualitas terbaik dalam pengkaderan di Indonesia, yakni :  Militer/ kepolisian, perusahaan-perusahaan  multi nasional (Jepang, dll), organisasi kemahasiswaaan dan organisasi berbasis keagamaan/ideologi.

Bagi sebuah organisasi, selain dituntut mempunyai orientasi dan visi yang kuat,  maka pengkaderan adalah sarana bagaimana visi dan orientasi organisasi bisa dipahami dan dijalankan oleh para kader dan pengurusnya..

Pengkaderan Di Organisasi Militer

Di organisasi militer kita melihat budaya yang kuat dalam hal kedisiplinan, kekompakkan, ketangguhan yang merupakan buah dari proses pengkaderan yang sistematis dan berjenjang. Untuk mencapai posisi puncak organisasi harus melewati berbagai pelatihan dan persyaratan yang panjang dan ketat, yang merupakan bagian dari proses dan sistem pengkaderan yang dibangun. Ada Secaba, Secapa dan juga Lemhanas. Pengkaderannya dimulai dari konsep yang baik dan kemudian dilanjutkan dengan rekrutmen yang jelas dan ketat dan dalam budaya disiplin organisasi yang kuat.

Merumuskan Pengkaderan Di Organisasi Perjuangan

Pengkaderan di tiap organisasi tentunya berbeda arah dan orientasi pengkaderanya tergantung dari visi dan misi organisasi. Bagi organisasi perjuangan seperti organisasi mahasiswa, serikat buruh, partai politik, ormas keagamaan maka dimensi dan semangat perjuangan menjadi salah satu yang harus dirumuskan terlebih dahulu.

Nilai Dasar Perjuangan

Perumusan Nilai dasar perjuangan atau falsafah dasar perjuangan yang merupakan penjabaran dari arah dan orientasi perjuangan organisasi perlu dirumuskan secara sistematis. Nilai dasar perjuangan atau falsafah perjuangan bukan hanya berisi tentang nilai-nilai luhur yang akan dibangun namun juga berisi tentang  bagaiamana solusi dan tawaran konsep  atas permasalahan yang ada baik dalam hal keadilan, kesejahteraan dan kedamaian.

Secara umum Nilai dasar perjuangan berisi tentang :
1. Spiritualitas
2. Solidaritas
3. Persatuan
4. Kerakyatan & Permusyawaratan
5. Keadilan dan kesejahteraan sosial

Karenanya, pengkaderan bukan hanya berisi tentang outbond dan kerjasama tim, namun yang esensial adalah :

1. Mengubah paradigma berpikir (hakekat kebenaran, hakekat pengetahuan, hakekat  kehidupan dan konsep diri

2. Memperkuat intelektualitas (wawasan keilmuan tentang masyarakat,  negara, ekonomi, keadilan, kesejahteraan, dll)

3. Memperkuat karakter, mental dan spiritualitas (keberanian, kematangan jiwa dan dan ruhiyah)

4. Memperkuat jasad/kesehatan.

5. Memperkuat managerial (bicara strategi taktis dan strategis organisasi)

Target Jangka Panjang Pengkaderan

Pengkaderan bukan hanya untuk melahirkan kualitas individu yang tangguh. Namun juga mampu membentuk tatanan baru atau generasi baru dalam masyarakat yang jauh lebih baik dari potret masyarakat kini.

Pengkaderan Di Organisasi Mahasiswa

Di organisasi mahasiswa seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), juga tidak jauh berbeda sistem pengkaderan yang djbangun. Sehingga para  alumni dari HMI dalam beberapa dekade, selalu masuk dan terlibat dalam kepemimpinan nasional dan di daerah yang menandakan kualitas kepemimpinannya. Namun sayangnya kualitas tersebut cenderung mengalami penurunan bersamaan dengan dibekukannya Lembaga Pengelola Latihan (LPL) sebelum dibentuknya BPL yang baru pada periode kepengurusan ke tiga saat ini (2014).

Di HMI, untuk menjadi anggota harus mengikuti basic training ( th 1990an lamanya 5 hari). Kemudian untuk menjadi pengurus cabang sudah harus pernah menjadi pengurus di tingkat kampus dan pernah  mengikuti  intermediate training (sekitar 5 hari hingga seminggu). Untuk menjadi ketua umum, selain pernah menjadi pengurus cabang, pengurus PB juga sudah pernah mengikuti Advance Training. Sedangkan Untuk menjadi narasumber  mereka harus pernah mengikuti training instruktur dan serangkaian pengalaman organisasi HMI.

Berbagai pelatihan tersebut di kelola secara rapi oleh suatu Badan yakni Badan Pengelola Latihan dan dilengkapi dengan kurikilum dan panduan yang jelas, baik panduan tentang panduan materi training atau pelaksanaan training. Dalam setiap pelaksanan training diangkat yang namanya Master of Training yang merupakan anggota BPL dengan  kapasitas memadai agar mampu menjaga kualitas pelaksanan training.

Dalam rangka menjaga eksistensi organisasi, maka setiap komisariat  HMI (kepengurusan di tingkat kampus) diwajibkan mengadakan basic training dua kali dalam satu semester (Sesuai Pedoman Perkaderan) yang dilanjutkan dengan follow up-nya, dan seterusnya sesuai dengan jenjang pelatihan. Jika pengurus komisariat tidak mengadakan pelatihan basic training, mereka bersiap mendapatkan sangsi organisasi. Sehingga secara rutin hampir seluruh komisariat akan melaksanakan pengkaderan secara serius.

Hanya saja terdapat beberapa hal yang perlu dicatat. HMI mulai kesulitan menjaga tradisi intelektualnya dan spirit keislamannya, sehingga banyak terjadi pergulatan konflik politik di internal organisasi. Menyebabkan organisasi kesulitan  dalam mewujudkan  masyarakat baru Indonesia adil makmur yang di Ridhoi Allah SWT

Pengkaderan Di Serikat Pekerja

Rekruitmen keanggotaan Serikat Pekerja tidaklah berbasis perkaderan, sehingga menimbulkan masalah dalam segi kualitas. Dalam hal pelatihan dan pengembangan organisasi hanya diikuti oleh segelintir pengurus saja. Sehingga tumpuhan organisasi berada pada kualitas dan keinerja pengurus. Perubahan positif akan terjadi jika idealisme dan kinerja pengurus dapat berjalan lurus serta mendapat dukungan dari angota. Namun jika pengurus dan pimpinannya tidak amanah dan individualistik atau bahkan menciptakan suasana “kultus individu”, maka rusaklah organisasi seperti organisasi serikat pekerja kebanyakan.

Pergerakan serikat pekerja masih banyak didorong karena adanya permasalahan terutama dalam hal upah, jika dianggap tidak bermasalah maka serikat pun berdiam diri. Oleh karenanya sudah saatnya perlu di rekonstruksi ulang pengkaderan di gerakan buruh yg disesuaikan dengan karakter dan visi misi organisasi.

Kegiatan  Dan Pola Pengkaderan

Berbicara pengkaderan maka bukan hanya bicara rekrutmen anggota tapi juga bicara tentang upgrading kader dan pengurus  secara sistematis, berjenjang dan masif.

Di luar organisasi militer dan mahasiswa, dan organisasi keagamaan/ berbasis ideologi,  pengkaderan tidak dilakukan secara sistematis, berjenjang  dan masif,  sehingga secara kualitas kader dan pimpinannya tidak mempunyai kompetensi yang memadai. Pengkaderan masih dilakukan dengan tidak serius dengan cara-cara tradsional. Karenanya, ketika kita sadar dan memahami bahwa pengkaderan adalah jantungnya organisasi, maka suka tidak suka, pengkaderan harus dilakukan dengan baik dengan  menjaga kuantitas dan kualitas dari pengkaderan.

Kuantitas pelatihan,  sebagai sarana rekrutmen anggota perlu diperhatikan agar anggota atau kader terus bertambah, hal ini bisa dilakukan dengan cara mewajibkan struktur organisasi terendah melakukan pelatihan kepemimpinan dasar setahun sekali. Kalau tidak dilakukan maka, segera beri peringatan yang keras.

Sedangkan untuk menjaga kualitas pengkaderan, maka penguatan dan pemahaman para  pengurus di level terendah wajib diberikan program  upgrading, termasuk membentuk tim pengelola pelatihan/pengkaderan  yang kuat  hingga struktur terendah di organisasi. Konsep dan panduan pengkaderan juga harus dibuat dengan jelas dan senantiasa di evaluasi secara periodik agar terjaga kualitasnya, termasuk menjaga kualitas para instruktur pelatihan.

Urgensi Keteladanan Dalam Pengkaderan

Selain melalui pelatihan formal, keteladanan merupakan kunci utama dari perkaderan. Sebagaimana perkaderan merupakan serangkaian proses pembentukan individu. Maka senior merupakan role model dari serangkaian idealisme yang ditanamkan dalam training. Menjadi teladan yang baik sesuai apa yang telah ditanam dalam pedoman perkaderan merupakan bukti kesuksesan perkaderan sebelumnya.

Dalam ilmu sosiologi dikenal istilah proses imitasi dalam pembelajaran. Imitasi atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model.  Keteladanan akan mengaktifkan syaraf auditori, visual, dan kinestik dalam sebuah experience yang mempermudah pemahaman dan pemerograman dalam otak kader. Konsistensi keteladanan para senior akan membentuk lingkungan yang baik sebagai benteng utama perkaderan.

Keteladanan Rasulullah

Selain kualitas konsepsi Islam yang sudah lengkap (baik dalam tataran praksis seperti shalat, puasa, zakat, Haji), maka Keteladanan pribadi yang kuat dari Rasulullah  menjadi kata kunci Rasulullah dalam membina para sahabatnya yang sangat luar biasa. Dan sebaliknya salah satu kegagalan dalam pengkaderan adalah ketika para pimpinan organisasi dan para instruktur tidak memberikan keteladanan yang baik pada para anggotanya.

Penutup
Ayo kita benahi organisasi yang kita cintai, dengan menata pengkaderannya. Karena pengkaderan adalah jantungnya organisasi, maka umur organisasi kita tergantung dari kualitas pengkaderannya.

Maka tidak ada kata lain agar kita serius untuk lakukan pengkaderan di semua level organisasi dengan tumpuan utama di level terendah struktur organisasi.

Buat panduan dan tim pengkaderan yg kuat agar pelatihan bisa berjalan dengan baik, tidak ada kebingungan bagi pengurus di level terendah dalam melaksanakan pengkaderan tersebut, dan direview secara periodik.

Jika di militer menitik beratkan pada  penguatan kekompakan,  kedisiplinan dan loyalitas terhadap bangsa, dan jika di HMI menitikberatkan pada  tradisi intelektualitasnya,

Maka model pengkaderan seperti apa yang akan kita bangun di organisasi kita?

Semoga Bermanfaat.

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Sekretaris Jendral Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)

Lihat Juga

Membangun Bangsa Mulai dari Keluarga.

Figure
Organization