Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Anak / Funtahsin Ngaji Itu Asyik: Sebuah Usulan Tips Mengajar Alquran

Funtahsin Ngaji Itu Asyik: Sebuah Usulan Tips Mengajar Alquran

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Antusias anak-anak dalam mempelajari Al Quran - Foto: inhusatu.com
Antusias anak-anak dalam mempelajari Al Quran – Foto: inhusatu.com

dakwatuna.com – Alhamdulillah, segala puji bagi Ar Rahmaan, yang telah mengajarkan kita Alquran. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada suri tauladan kita, Distributor utama dan yang pertama Alquran dari kalangan manusia. Wa ba’du.

Syukur yang tak berbilang karena salah satunya kita menjumpai banyak dai-dai quran yang Allah SWT kirimkan kepada kita. Dengan Alquran itu kita mendapatkan petunjuk, rambu-rambu, penerang dalam gelap dan kisruhnya kehidupan, serta memiliki tolok ukur untuk membedakan mana yang salah mana yang benar. Sebanyak manfaat itu, sangat kita sadari bahwa sejatinya Allah SWT, Sang Maha Pemberi Petunjuk, hanya berkehendak agar hidup kita lebih mudah dijalani sesuai tujuan penciptaannya, sekali-kali tidak ada dalam kehendak Allah SWT, untuk mempersulit makhluk-Nya. Ialah sebuah nalar bahasa dari Alquran surat Al-Baqarah ayat 185.

Ditegaskan pula, bahwa Ar-Rahmaan sendiri yang berkomitmen mengajarkan “langsung” Alquran kepada manusia (QS 55:2). Bahkan Allah SWT bersumpah berulang-ulang demi menggaransi kemudahan dalam mempelajari Alquran, bagi yang mau mempelajarinya (QS 54: 17, 22, 32, 40). Namun demikian, sifat keluh kesah lagi kikir—bahkan untuk sekadar meluangkan waktu mengaji, apalagi bila aktivitas mengaji itu disandingkan dengan aktivitas yang mendatangkan harta kecuali orang yang shalat, lagi mendawamkan shalatnya (QS 70: 19-23).

Wajar bila dalam keseharian kita sering menjumpai keluhan objek dakwah quran kita, menyebut berbagai alasan untuk menutupi keengganannya terhadap Alquran. Ada yang bilang masih anak-anak “entar saja kalau sudah agak gedean”, yang udah agak gedean bilang “kok ngaji melulu kapan mainnya”, yang udah gede bilang “pengen sih mas, tapi.. waktunya, dananya, temannya mana?”, yang udah kelewat gede alias tua “sudah pikun dan gampang lupa mas, susah nangkapnya.” Berderet alasan itu wajib menjadi introspeksi bagi para dai quran untuk menyusun berbagai metode “mengakrabkan kembali” Alquran dengan umat, untuk meningkatkan keseriusan, mencurahkan hati dan pikiran—seperti sang tauladan saw—ummatii, ummatii, ummatii. Karena boleh jadi belum turunnya hidayah untuk tertarik berakrab diri umat dengan Alquran ada di sisi dai, kompetensinya yang belum mumpuni, keterbatasan cara mengajar atau metodenya yang kurang bisa diterima, atau konsistensi kehadiran yang dipertanyakan. Selebihnya tekad para pembelajar/santri yang menentukan di ranah syariat.

Funtahsin

Funtahsin adalah sebuah terobosan baru dalam upaya memasyarakatkan kembali membaca Alquran setiap hari sebagai bagian dari kebiasaan setiap umat Islam. Ianya bersifat ijtihadi—bisa benar dan boleh salah. Funtahsin tersusun dari dua kata serapan yakni FUN dari bahasa inggris yang berarti menyenangkan, menggembirakan atau kami terjemahkan sebagai asyik, sedangkan TAHSIN, berasal dari tahsinul qiroatul quran artinya memperbaiki atau membaguskan dalam membaca Alquran. Dengan demikian FUNTAHSIN adalah sebuah proses memperbaiki bacaan Alquran yang asyik. Maksud dari funtahsin (dibaca fantahsin-pen) sendiri adalah memberi tahu dan mengenalkan bahwa belajar membaca Alquran itu mudah dan menyenangkan. Karena itu FUNTAHSIN didefinisikan sebagai Ngaji Itu Asyik.

Tentu saja untuk bisa menghadirkan suasana yang asyik, enak dan materi bisa dipahami diperlukan pengkondisian yang berlaku dan disepakati serta bila perlu tuangkan dalam kontrak belajar sebagai berikut.

  1. Partisipasi Aktif

Agar proses Funtahsin Ngaji Itu Asyik optimal, diharapkan semua peserta terlibat secara aktif dalam setiap sesi FUNTAHSIN. Indikasi partisipasi aktif adalah apabila ditanya menjawab, apabila diminta melakukan sesuatu segera melaksanakannya. Misalnya yang diterapkan di Baitul Quran:

Ketika disapa “Sahabat Quran!” peserta menjawab “Siap Insya Allah”

Ketika disapa “FUNTAHSIN!” peserta menjawab “Ngaji Itu Asyik”

Dan sebagainya.

  1. HP Silent

Demi kesuksesan Funtahsin Ngaji Itu Asyik, di mana hampir semua tingkatan usia telah menggunakan media komunikasi, maka perlu pula dikondisikan. Dimohon semua santri untuk menonaktifkan atau memformat “diam/silent” alat komunikasinya. Bila perlu disepakati sangsi bagi yang melanggar ketentuan ini. Misalnya bagi yang kedapatan HPnya berbunyi di tengah acara maka membayar denda Rp.1000,- (seribu rupiah) kepada semua hadirin yang mendengar). Setuju?!

  1. Positif Thinking

Untuk dapat menerima semua materi pembelajaran Alquran, terlebih dengan metode Funtahsin Ngaji Itu Asyik, peserta diharapkan senantiasa berpikir positif—dalam bahasa agama kita menyebutnya ikhlas. Peserta perlu dimohon dengan sangat untuk tidak terpancing menghakimi sebelum acara selesai, menjauhkan dari segala prasangka buruk terhadap pelatihan yang diselenggarakan, bahwa boleh jadi penyampainya hanya orang biasa, anak kemaren sore, dulu sudah pernah, saya juga sudah tahu, ilmu ustadz masih di bawah saya kayaknya, dengan segala hormat harus disisihkan dulu. Ingat, Allah memberikan sesuatu sesuai prasangka hamba-Nya. Oleh karena itu, ibarat sebuah gelas yang penuh berisi air maka untuk mengisinya kembali haruslah dikosongkan/dikurangi muatannya terlebih dahulu. Marilah kita kosongkan gelas “pikiran” dan “lapangkan hati” untuk menerima FUNTAHSIN ngaji itu asyik.

  1. Keep Smiling

Smiling atau tersenyum adalah bagian yang sangat penting dalam FUNTAHSIN. Kita bisa dikatakan menikmati atau “enjoy” dalam melakukan sesuatu bila gembira terhadap suatu hal. Salah satu ekspresi kegembiraan itu adalah tersenyum atau smiling. Bahkan Rasulullah saw, berpesan “Senyummu di hadapan saudaramu bernilai shadaqah”.

Perlu diketahui bahwa senyum FUNTAHSIN bukanlah senyum biasa. FUNTAHSINErs menyebutnya sebagai senyum 225 (dua dua lima). Maksudnya adalah tarik bibir dua senti ke kanan, dua senti ke kiri tahan selama lima detik. (silahkan dipraktikkan. Luarbiasanya, senyum 225 ini terinspirasi dari surat 2 ayat 25 (QS AL Baqarah (2): 25).

Oleh karena itu, Hadirkan pada diri kita masing masing perasaan yang bahagia dengan tanda kita dapat tersenyum tulus, ingatlah Firman Allah dalam Surat Al Baqarah (2): 25

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di dalamnya (kenikmatan di surga itu adalah kenikmatan yang serba lengkap, baik jasmani maupun rohani).”

Karena itu tersenyumlah. Nikmati pembelajaran Alquran sampai selesai. Sebisa mungkin bila peserta datang dalam kondisi kusut masai mereka mengaji dalam ceria dan pulang menyisa senyum bahagia. Naudzubillah bila sebaliknya.

  1. Fokus

Sekiranya kita sudah memiliki rasa gembira/ senang silahkan semua untuk fokus dan konsentrasi pada kegiatan ini, seperti halnya kita membidik/ memanah suatu sasaran, kita harus benar-benar fokus.

Atau jika kita perhatikan pesawat terbang yang akan lepas landas, bagaimana kondisinya..?

Pesawat terbang akan dapat lepas landas jika dapat mengerahkan potensinya pada jarak 4 km dengan kecepatan 350 km/jam tidak boleh tidak (100%).

Nah, kami merangkumnya dalam akronim bahasa jawa IMAGINER: Ilate Muni, Awage Gerak, Ikhlas Nampane, Enak Rasane. Berbekal kelima pengkondisian itu guru bisa mulai mengajarkan Alquran, dengan funtahsin ngaji itu asyik.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Alumni S1 Antropologi UNPAD yang memilih mengaplikasikan ilmunya di dunia dakwah, pernah bekerja selama 5 tahun sebagai manajer BMT di Jogja, kini berbisnis konveksi menjadi maisyahnya, Mendirikan Baitul Quran Jogja pada 2010 bersama Ustadz Akhid Nur Setyawan atas bimbingan Ustadz Yudi Imana,S.Pdi, sebuah lembaga dakwah quran yang memilih �ngopeni� post-tpa-tpq generation: Generasi pasca tpa/tpq, dengan ikon funtahsin: ngaji itu asyik.

Lihat Juga

Perlunya Belajar Tafsir Al-Qur’an Bagi Setiap Muslim

Figure
Organization