Topic
Home / Pemuda / Essay / Kamu Kepo Deh!

Kamu Kepo Deh!

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Kepo, suatu kata yang lagi naik daun belakangan ini, kurang lebih satu atau dua tahun inilah sebelum kata cabe-cabean, miapah, ciyus. Dsb.

Kata yang bisa membuat anak kecil terlihat kurang ajar di depan orang yang lebih tua. Contohnya aja, ketika dulu saya pernah mengajar di TK, bertanya pada siswa “apa kabar sayaang?” dan dijawab “ih ibu kepo deh”. Ada lagi ketika bertanya pada siswa kelas 2 SD, “hei, kamu sekolah di mana?” dan terjawab lagi “ih kakak kepo deh”. Marah? Jelas, tapi untuk apa? Mereka pun tak mengerti apa yang mereka katakan, jadi? Hmmm.

Kepo pula yang menjadikan seseorang yang sedikit dewasa terlihat menjadi kekanak-kanakan ketika ada yang bertanya, “gimana hasil rapat hari ini” jawaban sudah bisa ditebak “kepo”. Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang tetap berujung pada satu jawaban “kepo”.

Kepo itu apa siiihhh? Batasan kepo apa siiihhh? Pada siapa saja kah kepo boleh diucapkan??

Sebenarnya saya merasa tulisan ini tidak penting, apa pentingnya coba saya ikut-ikut arus merepotkan dan meributkan “kepo”. Tapi kemudian pikir saya berubah ketika semakin lama, semakin hari kepo semakin menyakiti saya sebagai lawan bicara. Lebay yah? Haha :D

Jadi sebenarnya kepo adalah Knowing Every Particular Object, ah saya yakin semua sudah tau arti kata kepo, tapi kira-kira tau gak yaa kapan dan pada siapa saja kepo itu pantas diucapkan??

Bagi saya, jika kamu merasa sudah dewasa seharusnya tahu betul kapan dan pada saat apa kepo itu layak untuk diucapkan, jangan sampai seseorang jadi malas dan hilang kepedulian hanya karena takut dianggap “kepo”. Jika sudah dewasa, harusnya kamu juga sudah sadar mana batas “kepo” dengan “kepodulian” (maksa). Jawablah mana pertanyaan-pertanyaan kepodulian dengan baik, dan tanggapilah dengan baik juga pertanyaan-pertanyaan yang keponya nyata. Misal, kalau ada yang bertanya “gimana keadaannya??” ya masa kita jawab “kepo deeeh”. Jadi mana dong yang termasuk pertanyaan kepo? Yaa kalau kamu sudah dewasa saya yakin sudah bisa membedakan. Saya kasih contoh pertanyaan yang keKEPOannya terlihat nyata, begini: “eh, sudah proses dengan ikhwan lagi belum?” nah itu tuh kepo. (ini kepo atau curhat sih).

Yaaa gak penting kan nanya sama orang sudah taaruf lagi apa belum, lah emang taaruf itu untuk diberitakan? Enggak kaaan?? Oke fokus-fokus bahas kepo, taarufnya skip dulu.

Hati-hatilah terhadap penggunaan kata-kata yang terdengar tidak sopan dan kurang ajar, bukan hanya menyakiti lawan bicara, tetapi juga bisa menjadi contoh bagi anak-anak di sekitar kita. Lihat saja, berapa banyak anak-anak yang dengan kepolosan menjawab pertanyaan orang tuanya dengan jawaban “ih kepo deeehh”. Bahkan ada yang sangat menyakitkan ketika seorang ibu mengajak anaknya makan “nak makan yuk” jawaban anaknya meski bukan kepo, tapi dengan jawaban yang sejenis dengan itu “kalo aku gak makan masalah buat lo?” pingsan!!

Nah, karena anak-anak adalah peniru terbaik, maka kita punya peran sangat besar dalam membentuk sifat kekurangajaran dan ketidaksopanan mereka. Perbaiki dari sekarang, kurangi dan hilangkan betul kata-kata yang memang tidak pantas untuk diucapkan sebelum generasi-generasi sekarang hilang kepedulian pada lingkungan sekitarnya.

Mari berkaca pada teladan yang kesopanannya diakui oleh orang yang mencintainya maupun yang membencinya, siapakah dia? Siapa lagi kalau bukan Rasulullah. Rasulullah sebagai sumber ilmu gak pernah tuh jawab pertanyaan-pertanyaan sahabat dengan jawaban sekenanya, beliau selalu jawab dengan jawaban yang paling manis. Misalnya saja, ketika ada sahabat yang bertanya “siapakah orang yang pantas aku hormati?” Rasulullah langsung menjawab “ibumu”, sahabat nanya lagi “lalu siapa ya Rasulullah?” Rasulullah tetap mau menjawab “ibumu”, sahabat masih nanya juga “lalu siapa lagi?” tetap Rasulullah jawab dengan jawaban yang benar “ibumu”, bahkan ketika sahabat mengajukan pertanyaan yang sama untuk keempat kalinya, Rasulullah gak menjawab “antum kepo deh, nanya mulu” tapi Rasulullah menjawab “kemudian ayahmu”.

Alhamdulillah, kita punya contoh terbaik sepanjang masa, bahkan untuk masalah “kepo” saja beliau bisa kita jadikan rujukan. Kita banyak mendapatkan ilmu, berjalan menuju jalan cahaya karena Rasulullah mau menjawab segala permasalahan-permasalahan yang ditanyakan oleh para sahabat. Semakin jelas lah bahwa kita betul-betul jauh dari pribadi beliau, karena setiap orang bertanya selalu, dan selalu, jawabnya “kepo deeehhh”.

Yuk ah, tinggalkan kata-kata tidak bermanfaat. Bayangkan sudah berapa banyak ilmu yang tidak kita sebar dan kita batasi hanya karena kita mengucap kata-kata yang membuat orang malas untuk bertanya. “ih kamu kepooo deeehhh”

Perbaiki diri, perbaiki hati, revisi kata, revisi tulisan dan sebarkanlah ilmu.

Sekian.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Muslimah lulusan BK UNJ yang kini sedang mengisi hari untuk dunia pendidikan. Mengajar adalah kehidupan. Hidup adalah untuk menyampaikan kebenaran, yaitu dengan mengajar

Lihat Juga

Sembuhkan Amnesia dengan Al-Aqsha Awareness Week-nya SMART 171

Figure
Organization