Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Keindahan Cinta Dalam Hidup

Keindahan Cinta Dalam Hidup

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Love, cinta...dakwatuna.com – Sering sekali kita mendengar kata cinta, baik dari sebuah tulisan atau pengungkapan seseorang. Cinta hanya dikatakan dengan bahasa. Padahal, makna cinta tidak hanya dalam penyusunan kata-kata atau penyampaiannya yang romantis.

Cinta adalah suatu makna yang dalam. Tidak bisa ‘hanya’ untuk dikatakan, tetapi dimaknai dengan sepenuh hati. Cinta tidak mudah untuk sekadar mengatakan ‘iya’, ‘tidak’, atau ‘belum’ dan ‘sudah’. Tuhan memberikan sebuah ruang dalam tubuh manusia, di mana ruang itu tidak berdimensi. Ruang itu lebih hidup, bahkan lebih hidup dari mata kita yang diberkahi untuk melihat. Ruang yang diberi ruh di dalamnya. Ruang yang mampu menerima segala kondisi apapun. Ruang yang begitu kecil, tetapi mampu menahan hal terberat pun dalam kehidupan manusia. Ya.. ruang itu yang kita sebut Hati.

Mencintai merupakan salah satu kondisi yang memasuki ruang hati dengan cara yang tidak biasa. Mengapa tidak biasa? Karena cinta punya jalannya sendiri untuk memasuki ruang hati. Ia masuk kala mata kita tertutup atau terbuka. Kala kita tersenyum atau menangis. Bahkan, cinta masuk kala diri kita sedang tidak apa-apa atau tidak dalam keadaan apa-apa. Ia bisa masuk seperti sebuah transmisi listrik yang membawa elektron masuk ke dalamnya. Tiba-tiba saja ia sudah berada di dalamnya. Sekadar singgah untuk menyapa atau menetap lama.

Cinta seharusnya dibangun dengan rasa ikhlas. Keikhlasan ketika hati membuka diri untuk menerima orang lain dengan kondisi apapun. Banyak orang yang mengatakan bahwa mencintai itu mampu memberi dan menerima. Namun, cinta pada dasarnya tidak sekedar ikhlas dalam memberi maupun menerima. Cinta lebih kepada tanggung jawab. Ketika seseorang menyadari tentang tanggung jawabnya sebagai pencinta, maka secara otomatis ia tahu apa yang harus ia beri dan tahu apa yang harus ia terima.

Cinta mengalir dari kemurnian. Kemurnian tentang rasa dan fitrah. Ketika ia masuk melalui lorong menuju hati, maka cinta masih bercahaya kemurnian. Tatkala sudah sampai ke hati, maka cinta dapat berubah menjadi tetap murni atau terkontaminasi. Hakikat hati adalah untuk dua tempat, yakni fujur (lemah) dan takwa (kuat). Manakala hati penuh dalam takwa, maka cinta terpelihara dalam kemurnian. Tatkla hati berada dalam fujur, maka mungkin cinta menjadi keruh. Ia terkontaminasi akan nafsu manusia.

Cinta Tuhan

Tuhan adalah Dzat yang berkuasa atas segala sesuatu, meliputi langit, bumi, dan segala isinya. Begitu juga Tuhan berkuasa atas diri manusia. Adakah kita merasa bahwasanya kita hanyalah seorang hamba?

Hakikat manusia kembali pada Tuhannya. Hati yang begitu rentan, maka seharusnya kita kembalikan kepada-Nya. Ia yang membolak-balikkan hati, maka kepada-Nya jua kita kembali. Begitu pula kepada cinta: kembalikan kepada-Nya dalam ketakwaan menyeluruh. Manakala sakit tercipta karena sebuah cinta, hati yang takwa tidak akan merasakannya, karena ia menyemaikan cinta di dalam hatinya bersamaan dengan menghadirkan Pemilik Cinta.

Aduhai, cinta oh cinta. Satu katamu seakan membakar raga. Seperti tubuh bagaikan lilin yang dibakar api cinta. Meleleh dalam waktu yang lama. Melenakan pencinta hingga habis masa roh berada dalam raga. Namun cinta bisa saja seperti doa yang diucap lalu mengalir dibawa malaikat ke langit. Memberi harapan atas segala keputusasaan. Memberi kekuatan di saat tubuh pencinta lemah tiada daya. Karena doa selalu ditujukan pada Tuhan yang menjadi tempat bergantung. Cinta adalah doa atau doa adalah cinta, maka hal itu sama saja.

Cinta yang utama adalah cinta-Nya. Tuhan tidak punya tanggung jawab terhadap manusia, tetapi ia tetap mencintai hamba-hamba-Nya. Bagaimana tidak? Tuhan memberi segala hal untuk hamba-Nya, tetapi Ia tidak pernah menuntut untuk menerima apapun dari hamba-Nya. Sedangkan manusia yang mengaku cinta pada Tuhan, mereka terlalu banyak menuntut penerimaan daripada memberikan sesuatu untuk-Nya. Bagaimana bisa dikatakan cinta? Sebagai hamba yang mengaku cinta pada-Nya, seharusnya kita tahu tanggung jawab kita sebagai hamba.

Cinta Orang Tua

Cinta orang tua adalah cinta yang mengalir begitu adanya. Tanpa tuntutan dan hanya terbentuk karena tanggung jawab. Tanggung jawab atas nama titipan Sang Maha Cinta. Seharusnya, dari merekalah kita belajar makna cinta yang sebenarnya. Hakikat cinta mereka, tidak lain adalah membangun, menopang, memberi perlindungan, dan mengantarkan impian serta cita-cita. Cinta mereka adalah masa depan yang tidak berujung untuk anaknya. Cinta mereka adalah doa yang selalu mereka selipkan di setiap tarikan nafas. Seakan cinta adalah bagian dari nafas. Cinta mereka adalah segalanya, meliputi semesta.

Cinta Sepasang Insan

Cinta jangan kita bingkai dengan nafsu. Cinta yang murni adalah dua insan yang masing-masing menjadi subyek. Sedangkan cinta berselimut nafsu adalah ketika salah satu subyek menjadi obyek. Orang yang mencinta dengan dasar tanggung jawab, manakala keduanya menjadi subyek, yaitu saling menerima dalam hal apapun, hingga keikhlasan menerima dan memberi terhimpun. Namun, manakala salah satu subyek menjadi obyek, maka ketidakpuasan menjelma dalam sisi cinta. Memaksakan apa yang bukan menjadi haknya, yaitu posesif atau egois dan merasa saling memiliki. Hingga akhirnya, cinta menumbuhkan rasa sakit, manakala tak sampai memiliki.

Cinta laki-laki dan wanita adalah begitu naif untuk menggambarkannya. Karena cinta ini hanya akan terwujud manakala seorang laki-laki mengajukan diri kepada ayah sang putri untuk maju di hadapan kadi (penghulu). Menjabat tangan ayah sang putri lalu mengikrarkan kalimat suci. Maka itulah cinta yang sesungguhnya, yaitu di saat akad terucap dan langit berguncang hebat. Seakan tanggung jawab cinta seorang ayah berpindah tangan kepada tanggung jawab cinta seorang suami. Itulah sebenar-benarnya cinta yang sudah ditakdirkan Tuhan kepada sepasang insan manusia.

Cinta adalah keindahan yang dianugerahkan Tuhan pada manusia. Dengan cinta, kita dapat menebar segala kebaikan. Hanya saja, terkadang manusia lupa bagaimana meletakkan cinta pada tempatnya. Ketika tiga cinta ini mampu kita terapkan dalam hidup, maka keindahan cinta dapat kita raih. Ingatlah bahwa kita belajar cinta bukan dari orang lain, melainkan dari diri sendiri, yaitu dengan memahami arti cinta yang sesungguhnya.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Seseorang yang ingin berjuang dalam dakwah dengan tulisan, khususnya puisi.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization