Topic
Home / Berita / Opini / Makna 170 Prestasi Jawa Barat

Makna 170 Prestasi Jawa Barat

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Aki Awan)
Ilustrasi. (Aki Awan)

dakwatuna.com – Menjadi Gubernur Jawa barat pertama pasca Reformasi memiliki makna tersendiri, ini berarti menjadi Gubernur pertama yang bertugas, yang langsung berhadapan menyelesaikan sekian warisan orde baru, memecah kebiasaan lama yang telah menjadi tradisi mendarah daging, memilah dan meneruskan pondasi pemerintahan yang baik tentunya, birokrasi, kejumudan, dst..

Tidak mudah kawan! Sepertinya tidak dengan cara lembek, tidak juga dengan cara keras. Ahh! Terlalu sulit membayangkan kali pertama kang Aher melangkahkan kaki ke Gedung Sate itu. Menyalami satu persatu pegawai pemprov jawa barat, mengikat hati, menempatkan diri sebagai pemimpin, sebagai motivator, sebagai manager. Mengkompromi idealisme, cita cita, potret terkini masyarakat, dengan sumberdaya yang ada, dengan postur APBD, yang tidak dapat dibandingkan dengan Ibukota, atau provinsi kaya lainnya.

Sulit membayangkan satu persatu penilaian para pejabat dan sekian pegawai lainnya, saat itu. Gubernur baru dari partai yang belum pernah memimpin sebuah Provinsi itu, gubernur baru dari golongan Ustadz itu, harus menunjukkan kemampuannya; kemampuan memimpin sekian kepala yang berbeda beda itu, para ahli di bidangnya. Kemampuan memahami masalah, sekian jenis masalah, dari sekian sudut pandang. Kemudian bersama para ahli itu mencarikan solusinya, membawa Jawa barat lebih maju.

Rencana kerja, Anggaran, dll, tidak juga selesai di eksekutif bukan! Sebagian harus melalui persetujuan DPRD, yang berasal dari partai partai lain yg kemarin itu bersaing di pilgub. mesti ada seni pendekatan yang baik, mesti ada kepemimpinan yang mumpuni untuk meyakinkan nggota anggota DPRD yang sebagian besarnya ini bukan dari partai pengusung.

Setelah rencana kerja, program pemerintahan dibuat, masih ada kemungkian bahwa tidak semua pejabat tersebut memiliki keyakinan bahwa pemimpin barunya ini dapat memimpin, melaksanakannya dengan baik, atau mungkin masih juga bersisa keraguan akan berhasilnya program kerja tadi. Level keyakinan ini yang akan membawa mereka lebih giat, atau malah patah arang sebelum berperang.

Dan Jawa Barat membuktikan dirinya, kerjasama yang baik dapat di anyam indah di sana, Akhir periode pertama, hampir 100 prestasi dikumpulkan Jawa Barat.

Lalu 2 tahun pertama di periode kedua ini, bertambah lagi 70. Beberapa hari kebelakang, 7 sekaligus dalam 3 hari, menggenapkan di angka 170. Bukan! Ini hanya angka, tidak ada skenario 7 sekaligus dalam 3 hari, dan genap di angka 170,  sudah ketetapan Allah saja begitu terjadinya.

Ditanya Tukul Arwana di Bukan 4 Mata, dari banyak prestasi ini, apa yang paling tinggi, yang paling memiliki kesan:

“Yang paling berharga dalam pikiran  saya adalah bagaimana memajukan pendidikan bagi masyarakat Jawa Barat, pada 2008 kita lihat banyak anak Jawa barat tidak bias masuk SLTA, maka 2011 kita putuskan membangun 6000 ruang kelas per tahun (dari biasanya 300 ruang kelas/tahun)”

Rupanya itu yang paling berkesan bagi kang Aher..

Atau di beberapa kali kesempatan kami mendengar kang Aher menjelaskan dengan suara pelan, dengan intonasi lambat.

“Kita tidak pernah membuat program pemerintahan ditujukan untuk mendapatkan penghargaan-penghargaan ini, kalau kemudian dapat penghargaan, ya kita bersyukur, kita berterima kasih, ada pihak lain yang mengapresiasi kerja kita”

Jadi…

Tidak ada makna lain, dari pencapaian prestasi prestasi itu, selain: Ya hasil kerja saja, hasil kerja keras masyarakat Jawa Barat.

Tidak ada tujuan lain, dari pencapaian prestasi prestasi itu, selain: Ya untuk kebaikan masyarakat, untuk kesejahteraan masyarakat..

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Principal’s Award, Apresiasi untuk Anak-anak Berprestasi

Figure
Organization