Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / Kita Sangat Akrab dengan Tuhan

Kita Sangat Akrab dengan Tuhan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Cover buku "Kita Sangat Akrab dengan Tuhan".
Cover buku “Kita Sangat Akrab dengan Tuhan”.

Judul: Kita Sangat Akrab dengan Tuhan
Penulis: Guskar Suryatmojo
Penerbit: Smart WR
Tahun: Maret 2014
Halaman: 110
ISBN: 978-602-1384-02-2

 

dakwatuna.com – Dalam Bahasa Indonesia, posisi Tuhan ditempatkan sangat akrab dengan keseharian kita. Kita memanggil Tuhan dengan sebutan Dia atau Nya, bukan dengan sebutan Beliau atau Paduka. Dalam berdoa, kita memanggil Tuhan dengan sebutan Engkau atau Mu. Kita memanggil Tuhan dalam bahasa tulisan hanya dibedakan dengan huruf kapital.

Inilah yang ingin disampaikan penulis, bahwa dalam hidup kita sehari-hari kita sangat akrab dengan Tuhan. Suatu saat, penulis berada dalam perjalanan dan mobilnya mogok. Mobil itu harus didorong oleh tukang ojek agar bisa parkir di pinggir jalan. Penulis memanggil montir dan harus mengeluarkan sejumlah uang yang cukup banyak untuk memperbaiki mobilnya. Musibah hari itu terjadi karena penulis telat membayar zakat penghasilan!

Kita sering melihat kotak amal di mana-mana. Di luar masjid, di rumah makan, di depan pintu masuk mini market, di tukang pangkas rambut, di sudut toko, dibawa berkeliling di tengah pasar, ditaruh di tengah jalan, dan sebagainya. Kita tak akan mengalami kesulitan jika hendak bersedekah. Ada kata-kata bijak dari penulis, “Tak perlu ada prasangka untuk bersedekah. Jika hati sreg untuuk memasukkan rupiah ke kotak amal tersebut, ya masukkan saja. Mudah kan?” (halaman 15).

Di saat yang lain, seorang kawan penulis bercerita bahwa ia sangat prihatin dengan orang-orang yang tidak menggunakan jejaring sosial untuk sesuatu yang positif. Malah dimanfaatkan untuk menghina orang lain atau ikut campur urusan orang lain, bahkan menjelekkan orang yang hanya dikenal lewat dunia maya. Jejaring sosial sebaiknya digunakan untuk menjalin persahabatan dan menambah ilmu. Karena semua perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Sang Pemilik Dunia Nyata dan Dunia Maya (halaman 36).

Ada satu cerita penulis tentang kewajiban seorang muslim untuk melindungi saudaranya yang didzalimi. Dikisahkan, Mat Kohar sedang bersantai di rumahnya. Tiba-tiba ada orang yang minta ijin bersembunyi di rumahnya. Orang itu difitnah mencuri uang di toko Wan Tajir. Mat Kohar pun mempersilahkan orang itu untuk sembunyi. Begitu Wan Tajir dan pengawalnya datang, Mat Kohar berusaha melindungi orang yang difitnah itu. Dia bersedia membayar ganti rugi uang yang hilang dengan setiap tetes ketingat yang keluar dari tubuhnya. Orang yang difitnah pun keluar dari tempat persembunyiannya. Dia tidak rela Mat Kohar yang baik hati berkorban untuknya. Dia rela dipotong tangan walau sebenarnya dia tidak mencuri uang tersebut. Mat Tajir diam mendengar perdebatan Mat Kohar dan orang yang difitnahnya. Dia pun minta maaf dan akhirnya sadar bahwa setiap muslim itu bersaudara (halaman 53).

Dalam cerita yang lain, penulis meminjam tokoh Pangeran Diponegoro. Dikisahkan, Pangeran Diponegoro mempunyai kuda perkasa bernama Kyai Gentayu. Banyak orang yang ingin menukar Kyai Gentayu dengan emas dan tanah berhektar-hektar, namun Pangeran Diponegoro bergeming. Suatu saat, ada orang yang ingin memiliki Kyai Gentayu dengan cara licik. Ia berpura-pura sakit dan tidak kuat berjalan. Pangeran Diponegoro pun menyuruhnya menaiki Kyai Gentayu. Orang itu tertawa karena begitu mudahnya Pangeran Diponegoro tertipu. Pangeran Diponegoro membiarkan orang itu membawa kudanya. Namun ia berpesan agar orang itu merahasikan kejadian ini. Beliau khawatir, tak ada orang yang bersedia menolong saudaranya karena takut tertipu. Orang itu tertegun, lalu dia bersimpuh dan minta maaf pada Pangeran Diponegoro. Dia berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya (halaman 62).

Buku ini mengingatkan kita agar mengingat Tuhan dalam segala hal. Sebagian tulisan adalah pengalaman pribadi penulis. Sebagian lagi adalah pengalaman orang lain dan cerita-cerita inspiratif yang dituliskan oleh penulis dengan gaya bahasa yang ringan dan sesuai dengan keseharian kita. Membaca buku ini, kita akan semakin termotivasi untuk memperbaiki diri agar semakin akrab dengan Tuhan.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ibu rumah tangga, penulis, blogger.

Lihat Juga

Reaktualisasi Pengamalan Sila Pertama Pancasila dalam Kehidupan Sosial

Figure
Organization