Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Keluarga / Hidup Butuh Perjuangan

Hidup Butuh Perjuangan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (vivanews.com)
Ilustrasi. (vivanews.com)

dakwatuna.com – Setiap harinya dia bangun dengan semangat mudanya, meskipun usia mudanya tak lagi ia rasakan. Tubuh yang agak membungkuk serta raut wajah yang telah menua, tak pernah sekalipun ia permasalahkan. Semangat demi kelangsungan hidupnya sehari-hari, dengan mencari sepercik keuntungan dari usahanya membuka lahan parkir. Usianya telah mencapai 74 tahun, tak membuatnya semakin lemah dengan kondisi fisik yang selalu naik turun. Dialah Nenekku Tersayang.

Tidak pernah disangka olehku sebagai cucu tersayangnya, mengingat nenek hanya tinggal sendiri di rumah sederhana yang terbuat dari bilik bambu, menjadikan halaman serta ruang tamu sebagai lahan parkir. Lahan parkir adalah keran rezekinya sehari-hari.

Lokasi rumah tepat di belakang Pasar Wage, ia bersiap menerima sepeda onthel tua dan sepeda motor. Dengan tarif parkir Rp 3.000 menjadi patokan bagi para pemarkir. Terkadang parkiran tampak sepi, jika para pedagang ataupun pengunjung pasar sedikit. Banyak pula di sekitar sana terdapat lahan parkir. Nenek pun tidak menganggap itu sebagai rival .

Teringat ucapan bijaknya, “Rezeki manusia sama rata diberikan Allah, sebagai hambanya kita hanya dapat mensyukuri itu semua dan tawakal”. Meskipun telah ditinggal oleh mendiang suami, tak membuat semangat hidupnya luntur akan kesedihan. Ibu dari lima anak ini menjadi panutan bagi keluarga besar, karena ia pun tidak pernah mengemis sehelai uang dari kelima anaknya tersebut. Melainkan jika ada hasil lebih dari uang parkir akan segera dibagikan pada para cucunya, termasuk aku.

Nyatanya tak hanya usaha parkiran yang ia geluti, sesekali ia membuat krupuk pasir pada hari libur. Hasil dari berjualan krupuk pasir sebagai tambahan untuk membeli keperluannya sehari-hari. Tahu akan kerja keras yang nenek lakukan untuk kelangsungan hidupnya sendiri, memberikan aku cambukan, bahwa semangat pantang menyerah dalam bekerja keras akan menjadikan hasil yang memuaskan pula.

Ibuku menceritakan padaku, semasa kecil nenek sangat menyayangiku, dengan caranya ia menggendong dan mengurusku. Pernah nenek membelikanku mainan dari pasar, padahal nenek lebih membutuhkan uang untuk membeli sembako.

Perasaan iba seakan bergejolak dalam hatiku, ketika ku pulang kampung melihat keseharian nenek, Andaikan aku telah bekerja, aku akan bersedia menanggung segala keperluan nenek, sedih ku berkata dalam hati. Rezeki yang diberikan Allah pun tak henti ketika hambanya kerja keras dan berdoa, itulah layaknya setiap hari nenek lakukan.

Nenek menahan setiap kesedihan dan kehampaan tinggal sendiri, menghalau segala keluh kesah nasib yang harus dihadapinya sekarang. Beruntung pada usia senja ini ia masih dapat beraktivitas. Tak selamanya nenek tinggal sendiri, karena setiap minggunya akan ada Bude datang menemani dan membantunya.

Melihat nenek tertidur pulas di kasur dengan berbalutkan kelambu, secara cepat kusadar bahwa hari-hari yang telah dilalui nenek sangat berat, belum lagi ketika nenek sakit tidak ada yang merawat, dan tak habis Pikir, nenek malah merahasiakannya dari anak-anaknya, agar tidak ada yang khawatir akan keadaannya.

Begitu bangga aku memiliki nenek seperti ini, segala perjuangannya tidak pernah kehabisan asa. Untuk tidak bergantung kepada anak-anaknya yang sudah mapan. Hari Raya Idul Fitri sebagai ajang berkumpulnya sanak saudara, beserta keluarga besar mendatangi rumah nenek. Memberi Angpao untuk kebutuhan nenek. Sungkeman dengannya membuatku haru, melihat segaris senyuman menandakan bahwa nenek sangat bahagia berada di tengah-tengah keluarga besarnya.

Terima kasih Ya Rabb Maha Pemberi Kesejahteraan, telah menganugerahkan aku seorang nenek yang begitu memiliki jiwa besar dalam dirinya. Semoga berkah dari-Mu tiada putus mengalir padanya.

Mbah Lilik, kuselipkan namamu dalam doa. Tak akan aku sesali jika memberikan segala bantuan untukmu, jadikan aku murid duniamu, agar kelak aku mewariskan kegigihan hidup sepertimu. Semoga nenek ingat aku selalu, walaupun tak sering aku datang ke pelukanmu.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Teknik Grafika dan Penerbitan, Program Studi Penerbitan (Jurnalistik).

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization