Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Melampaui Ketakutan

Melampaui Ketakutan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (hidupmahasiswaindonesia.com)
Ilustrasi – Amien Rais saat perjuangan reformasi. (hidupmahasiswaindonesia.com)

dakwatuna.com – Dalam seni mengelola konflik, fase yang menjadi parameter keberanian seorang kader dakwah ialah saat seorang kader dapat mengatasi rasa takut menghadapi musuh. Di satu sisi memang ada sebuah tantangan besar yang dihadapi, tapi di sisi lain tidak ada jalan lain selain harus menaklukkan tantangan tersebut. Karena pada fase inilah kepribadian seorang kader dakwah akan terbaca, apakah orang tersebut memiliki kebesaran jiwa atau tidak.

Apalagi di dalam setiap perjuangan, kita akan selalu menemukan 3 jenis kelompok : 1. Kelompok reformer yang konsisten, 2. Kelompok yang bermain dua arah (plin-plan), 3. Kelompok yang bergabung setelah tahu mana yang menang. Tiap-tiap kelompok mencerminkan daya juangnya dalam sebuah jamaah. Dan sudah menjadi kewajiban bagi kita semua untuk termasuk ke dalam golongan pertama. Karena dari golongan tersebutlah keutuhan jamaah akan lebih terjaga.

Mengamati tokoh perjuangan reformasi sekaligus tokoh Islam Indonesia, Prof. Amien Rais; maka kita semua akan mendapatkan fakta bahwa beliaulah leader golongan pertama pada perjuangan reformasi Indonesia di masa Orde Baru. Semua hal tersebut dapat terlihat, karena beliaulah yang menjadi inisiator “suksesi kepemimpinan” Orde Baru pada tahun 1993, saat Tanwir Muhammadiyah. Amien Rais berani menggiring opini tersebut, ketika opini itu masih dianggap tabu dan menakutkan. Apalagi Orde Baru menjadikan posisi presiden sebagai jabatan “sakral” yang tidak bisa sembarang disentuh oleh rakyat. Sehingga kondisi Indonesia saat itu sudah tidak lagi harmonis, dan sangat memerlukan suksesi kepemimpinan.

Pengangkatan isu suksesi kepemimpinan memang sangat mewakili relung hati masyarakat Indonesia secara umum, tapi perjuangan Amien Rais saat itu membuatnya “didepak” dari posisinya sebagai dewan pakar ICMI oleh Habibie, bahkan Amien Rais sempat mendapat ancaman akan dibunuh saat berada di Madura. Tanpa memperdulikan segala risiko yang ada, Amien Rais tetap teguh mengangkat isu tersebut dalam ceramah-ceramahnya sepanjang tahun 90-an. Hingga perjuangan itu membuahkan hasil pada tahun 1998, dan kita semua dapat merasakan keindahan masa reformasi di dalam banyak sektor kehidupan.

Pembelajaran kita tidak hanya berkutat pada tataran sejauh mana kita melawan sebuah rezim kedzaliman. Itu hal yang umum, dan semua orang mudah memahaminya. Ada hal mendasar, yang perlu dikuasai sebelum kita berjuang di medan dakwah, yaitu melampaui ketakutan. Bagaimana kita bisa melampaui berbagai celaan, hinaan, makian, bahkan ancaman; ketika kita sedang menyuarakan suara hati nurani yang berkelakar di dalam diri. Di sinilah kepemimpinan surgawi. Bahwa rasa takut adalah sifat yang manusiawi, tapi seorang kader dakwah haruslah bisa melampaui ketakutan tersebut dalam berbagai kondisi. Agar bisa terus menjaga harapan orang-orang di sekitarnya, dan bisa terus memperjuangkan ide-ide kebenarannya.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta.

Lihat Juga

Ingat Allah Hatimu Akan Tenang

Figure
Organization