Topic
Home / Berita / Opini / Merasa Rugi Mensubsidi Rakyat

Merasa Rugi Mensubsidi Rakyat

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

bbm naikdakwatuna.com – “Pemerintah merasa rugi mensubsidi rakyat dan merasa beruntung ketika disubsidi rakyat” (@hafidz_ary)

Setelah pulang dari luar negeri, Presiden sebagian pilihan rakyat secara gentleman mengumumkan harga BBM eceran dan ketika mengumumkan Presiden ditemani para menteri dengan dress code kebanggaan kabinet kerja (hitam putih). Ini merupakan kado terindah dari presiden untuk rakyat kecil, tentu tidak ada masyarakat yang setuju terutama wong cilik dan waktu pengumuman pun di malam hari, mungkin sengaja pengumuman di malam hari demi menghindari terjadi demo massal di area publik maupun bentrok seperti masa pemerintah SBY yang menaikkan harga BBM. Seolah-olah pengumuman di malam hari mengindikasi bahwa kenaikan BBM tidak terjadi penolakan oleh masyarakat karena tidak terjadi demo massal, terjadi bentrok dan perusakan fasilitas umum. Pengumuman di awal pemerintah merupakan strategi elegan dipergunakan pemerintah sebab kita tahu bahwa masyarakat cepat memaafkan dan melupakan peristiwa bahkan lambat laun citra presiden tetap stabil. Mungkin di akhir pemerintah atau masa-masa pencalon presiden kembali maka pihak pemerintah akan menurunkan harga minyak dengan berbagai dalih seperti pemerintah sebelumnya.

Meskipun kenaikan cuma Rp. 2000 tetapi menjadi imbas dan penyebab kenaikan kebutuhan pokok lainnya. Bila merujuk dari harga BBM di ASIA Tenggara terjadi perbedaan mencolok di mana harga BBM di Indonesia kini paling mahal se-Asia Tenggara. Alasan utama pemerintah menaiki harga BBM untuk mengalih subsidi konsumtif menuju konsumsi produktif dan APBN hemat 100 triliun demi menyelamatkan ekonomi rakyat. Kemudian alasan lain kenapa BBM harus dinaikkan adalah untuk mengalihkan subsidi dalam bentuk lain yaitu (1) untuk menambahkan insfrastruktur, apakah infrastruktur tambah banyak? Tetap kenaikan dan kualitas insfrastruktur tidak membaik (2) untuk melunasi hutang luar negeri, apakah hutang luar negeri berkurang? yang ada semakin membengkak dan (3) untuk mensejahterahkan rakyat, apakah rakyat tambah sejahtera? Ini adalah alasan klasik dan musical selalu dipergunakan untuk menaikkan harga BBM, padahal selama ini sudah sering menaikkan harga BBM tetapi apa yang dihasilkan. Jangan-jangan rakyat tertentu saja sejahtera sedangkan rakyat kecil semakin diobok-obok atas kebijakan pemerintah. Apakah ini namanya program membela rakyat kecil!

Dengan adanya kenaikan BBM maka masyarakat akan memperoleh kompensasi dari pemerintah. Padahal belajar dari sejarah pemerintah sebelumnya, bahwa program kompensasi apapun dijalankan selalu salah sasaran dan terindikasi mengandung penyelewengan. Lihat saja sejauh mana keefektifan kartu-kartu jagoan presiden bisa membantu masyarakat kecil. Pada hakikatnya program yang diandalkan tersebut melanjutkan program pemerintah sebelumnya, hanya saja nama yang digantikan dan bisa dikatakan tidak ada ide baru apalagi menyegarkan. Apakah kartu kompensasi bisa membawa Indonesia pintar, Indonesia sehat, Indonesia sejahtera atau sebaliknya Indonesia semakin tidak sehat, semakin tidak pintar dan semakin tidak sejahtera! Atau dengan adanya kenaikan BBM agar rakyat Indonesia tidak malas dan tidak berada di comfort zone lagi? Hanya waktu yang bisa menjawab kartu-kartu tersebut. Pesimis saja dengan program yang akan direalisasikan, pasti akan selalu ada unsur korupsi di mana-mana. Bukankah semakin banyak projek yang diajukan pemerintah maka di sana ada lowongan untuk korupsi.

Dulu partai pendukung pemerintah sekarang begitu bombastis menolak kenaikan harga BBM, bahkan kader partai tersebut turun ke jalan-jalan, berada di garda terdepan menentang dengan alasan bilamana kenaikan harga BBM adalah sebuah konspirasi sistematis mengelabui masyarakat, bahkan sempat mengancam untuk menurunkan 15 ribu orang kepung istana jika harga BBM naik, kemana aktivis penentang dulu yang begitu menentang kenaikan BBM jangan-jangan sudah menjadi aktivis istana dan kemana mereka yang dulu memberi solusi dengan mengeluarkan buku putih yang berisi jurus 101 cara tidak naikkan harga BBM. Kenapa buku putih yang pernah diagung-agungkan sekarang tidak dikeluarkan. Jangan-jangan buku putih tersebut ikut hilang atas hilangnya pesawat MH17.

Berbagai macam keluhan yang dilontarkan di sosial media mulai lelucon misalnya dengan kenaikan BBM rakyat miskin di Indonesia akan menurun yaitu menurun ke anak cucu, sedangkan penjelasan ilmiah seperti paparan Pakar migas (Rizal Ramli) seharusnya dihapuskan BBM premium dengan merencanakan BBM rakyat atau tebas habis-habis mafia migas selaras dengan janji manis ketika kampanye, bahkan steatment marah ataupun kesedihan dengan mengatakan kalian-kalian sok setuju kenaikin BBM membeli tempe aja menawar. Bahkan ada pula yang mendukung dengan mengatakan siapapun presidennya BBM atau barang apapun pada dasarnya harus sesuai maupun mendekati harga pasar. Sungguh ironi yang pro kenaikan BBM padahal sekolah tinggi-tinggi tapi dipakai untuk membodohi rakyat kecil. Atas respon netizen tersebut dapat merasakan rakyat sangat terbebani.

Rakyat kecil hanya bisa mengeluh dan merasa sakitnya di sini serta gigit dua jari. Rasanya tidak tega melihat keluh-kesah masyarakat kecil terutama para ibu rumah tangga yang merasa dampak sistemik dari BBM yang semakin terjepit, dan keputusan itu pula seolah-olah pemberataan kemiskinan di Indonesia. Padahal rakyat miskin Indonesia lebih dari 20 juta jiwa dengan adanya kenaikan BBM tentu akan naik sekitar 8 juta jiwa. Atau kebijakan yang tidak populis tersebut membuktikan bahwa presiden baru Republik menjadi harapan baru bagi pemilik modal (pasar) atau bisa jadi pemerintah keras dengan masyarakat kecil tetapi lunak dengan asing. Yang menjadi pertanyaan seluruh rakyat, di manakah pasal 33 UUD 1945 “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasi oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”?

Pada akhirnya, terima kasih Bapak Presiden dalam satu bulan menjabat sebagai kepala NKRI, sudah banyak memberi kejutan pada masyarakat, mulai kejutan kabinet gendut yang semula berjanji akan membentuk kabinet ramping hingga kenaikin harga BBM yang awalnya akan menghabiskan mafia minyak. Kami sebagai rakyat kecil meyakni bahwa kenaikan harga BBM akan menaikkan beban hidup dan masih menunggu kejutan lainnya serta tetap menjalankan keputusan yang telah ditetapkan karena sebagai rakyat kecil hanya bisa mengikuti kebijakan tapi tidak bisa beragung. Meskipun diberi kesempatan atau ruang untuk berbicara sudah pasti orasi kekecewaan akan hilang begitu saja, jangankan mendengar rakyat kecil sedangkan suara para pengamat, akademisi dan legislatif saja tidak didengar apalagi rakyat yang tidak memiliki posisi tawar sebab suara rakyat hanya berharga atau memiliki nilai tawar ketika pemilihan anggota legislatif dan pemilih presiden saja, setelah selasai momentum tersebut maka nilai tawar suara rakyat tidak begitu berarti lagi. Sehingga rakyat hanya bisa menyanyikan lagu Iwan Fals,

“Maafkan kedua orangtuamu, kalau tak mampu membeli susu, BBM naik tinggi, susu tak terbeli orang pintar tarik subsidi, mungkin bayi kurang gizi”.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 8.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Alumni Unpad dan UGM. Berprofesi sebagai Dosen, Penulis Lepas dan Penyiar

Lihat Juga

Pemimpin adalah Cerminan Rakyat

Figure
Organization