Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Tak Seindah Membuat Kesalahan

Tak Seindah Membuat Kesalahan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (islamicartdb.com)
Ilustrasi. (islamicartdb.com)

dakwatuna.com – Begitu sulit menerima kenyataan, begitu mudah membuat kesalahan. Ya, itulah manusia. Ciptaan Allah yang sangat sempurna dengan segala kekurangan.

Tergores lekukan senyum merona dari wajahmu, tersirat air yang membendung dari matamu, terasa getaran tubuh yang tak dapat kuhitung berapa skala getaran tersebut. Aku melihatmu penuh haru, antara sedih, bangga, dan malu mungkin kurasakan. Kau begitu kuat menghadapi ujian yang mungkin sulit diterima banyak orang.

Senyummu mengalihkan rasa iba bagi setiap orang yang melihatmu. Kau kehilangan sosok penuh cinta yang menjagamu selama ini. Sesaat kau terdiam dalam lamunan, memikirkan dia yang telah jauh meninggalkan kenangan bagimu. Aku suka memecah lamunanmu dengan berbagai guyonan kecil, dan kau terkejut.

Aku belajar ketegaran dan ketabahan darimu, kau menunjukkan kalau dia memang sudah bahagia dan tenang di sana. Kadang kau juga memberikan tawa kecilmu yang mungkin sulit ditorehkan oleh anak seumuranmu yang sedang kehilangan.

Tak sedikit kau menangis saat itu, tak sedikit juga kau mengucap “aku kangen Ibu”. Bahkan sampai detik ini kau selalu mengganti Foto Profil BBM-mu dengan foto-fotonya. Aku tak dapat mengucap sepatah kata pun saat kau mulai merindukannya. Selama ini aku belum pernah sedekat Ibuku seperti kau dengan Ibumu.

Perasaan cuek dan sulit menerima kenyataan selalu merundungku. Aku sulit menerima masukan dan larangannya, aku membantah demi bahagiaku. Namun, Ibu selalu mengalah. Tak sedikit kebohongan yang telah kutorehkan di depan Ibu. Aku benci saat aku dilarang, aku kesal saat aku dimarahi karena salahku, aku murka saat dia mencaciku demi kebaikan. Sungguh aku terlalu memikirkan diri sendiri.

Kau membuatku merasa bersalah pernah melakukan hal seperti itu, kau menyadarkanku arti kasih Ibu. Selama ini aku tak pernah sadar di setiap larangan, marahnya, cacinya hanya semata-mata untuk keselamatanku juga. Aku lupa di setiap langkahku terselip doanya.

Tak banyak waktu yang kuluangkan untuk bersamanya. Aku begitu banyak meluangkan waktu untuk bersenang-senang bersama teman-teman yang belum tentu ada di saat dukaku. Begitu pelik rasa ini, hantaman keras terasa menonjok hati dan jiwaku.

Aku begitu malu pada diri sendiri saat melihatmu begitu terpukul melihat Ibumu pergi. Aku merasa wajahku penuh topeng, yang menutup semua mimik wajah ini. Aku merasa asing dengan diriku, ombak ucapanmu begitu jelas membekas dalam dada ini. Sesak begitu terasa saat melihat diriku tak dapat sedekat itu dengan Ibuku sendiri.

Allah telah menitipkan aku kepada dia, Ibuku. Allah juga telah menitipkan aku untuk menjadi pengantar mereka orang tuaku ke surga-Nya. Namun aku begitu lalai dalam hal ini. Aku selalu tak bisa menerima kenyataan mendapatkan orang tua yang begitu keras. Aku tak pernah mau disalahkan, dan akhirnya orang tuaku yang mengalah. Begitu banyak dosa yang telah kuperbuat kepada orang tuaku sendiri. Aku begitu menyesal, menyesal dengan sikapku yang lalai ini.

“Ya Allah, engkau lah maha pencipta, engkau pula maha pemaaf, ampunilah dosaku kepada orang tuaku, kepada kakakku, dan serta kepada kerabatku” doa yang tak pernah kulupakan di setiap sholatku. Kadang aku berpikir apakah aku dimaafkan oleh Allah? Tapi, aku ingat akan hal ridhanya orang tua adalah ridhanya Allah.

Aku percaya orang tuaku memaafkan segala kesalahanku. Semarahnya orang tua tak akan sampai membenci anaknya. Setiap shalatku selalu mendoakan mereka dan aku menjadi lebih mendekatkan diri dengan mereka orang tuaku, bahkan aku mulai menerima larangan mereka, karena aku sudah sadar dengan alasan mereka melarangku selama ini.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta Program Studi Penerbitan (Jurnalistik) semester 3. Sangat gemar menulis.

Lihat Juga

Ibu, Cintamu Tak Lekang Waktu

Figure
Organization