Topic

At-Taibun

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Tak banyak orang yang berani mengakui kesalahan yang telah ia perbuat. Hingga kebanyakan orang sudah menganggap melakukan suatu kesalahan adalah kewajaran. Tak jauh-jauh harus membuat contoh, tengoklah kembali Ramadhan kemarin. Di saat semua orang sibuk dengan puasanya, masih banyak orang yang dengan mudahnya melupakan kewajiban berpuasa dengan makan dan minum di tempat umum. Saya yakin mereka juga beragama Islam tetapi rasanya puasa yang merupakan ibadah wajib pun sudah mereka anggap sebagai hal yang tak harus dilakukan lagi.

Sungguh ironis, Indonesia disebut sebagai negara Islam terbesar di dunia tetapi ketika melihat keadaan masyarakatnya jauh dari nilai islami. Orang begitu mudah melakukan suatu perbuatan maksiat dan dosa tanpa menghiraukan bahkan melupakan dosa yang mereka terima akibat perbuatannya.

Tetapi sungguh besar kemuliaan Allah dengan ampunan-Nya. Allah selalu membuka pintu taubat bagi setiap hambanya yang menyadari akan kesalahannya. Hanya saja berapa banyak orang yang tersadar akan kesalahan, kemudian mereka berani mengakui kesalahan dan mengucapkan rasa pertaubatannya kepada Sang Maha Pengampun? Rasa-rasanya hal tersebut harus dikembalikan lagi kepada masing-masing indvidunya.

Orang-orang yang bertaubat adalah orang yang apabila melakukan kesalahan dan dosa, mereka ingat kepada Allah, kemudian menyesal, bertobat, beriman kembali, bersegera meminta ampun atas dosanya, berhenti dari kemaksiatan dan bersikeras untuk tidak mengulangi kesalahan yang telah diperbuat.

Menenangkan Jiwa

Tak ada orang di dunia ini, setelah melakukan kesalahan dan dosa kemudian mereka merasa senang dan bangga. Kesalahan dan dosa membuat siapapun menjadikan hatinya tidak tenang. Gemuruh ketakutan, rasa gelisah dan cemas serta kekhawatiran setiap detik selalu menghantuinya. Bahkan banyak orang yang kemudian hilang akal dengan melakukan kesalahan yang lebih besar untuk menghilangkan rasa gelisahnya tersebut.

Tak ada obat dari maksiat selain bertaubat. Taubat adalah pintu utama menenangkan jiwa dari rasa bersalah, gelisah ataupun kekhawatiran yang selama ini menghantuinya. Seolah-olah, taubat adalah penghapus noda-noda dosa yang telah melekat di dalam hati dan raga manusia. Oleh karena itu, jika noda-noda dosa yang telah melekat tidak segera terhapuskan dengan bertaubat, bisa dipastikan sepanjang sisa hidupnya hanya rasa khawatir yang akan setia menemani sampai ajal menjemputnya.

Allah sendiri telah berfirman dalam Surah At Thaha : 82, “Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat.” Lalu apalagi yang harus kita tunggu ketika Sang Pemberi Ampunan selalu membukakan pintu ampunan bagi kita? Mari bertaubat agar menjadikan diri kita sebagai jiwa-jiwa perindu ampunan dan surgaNya.

Menghormati Diri

Kebanyakan orang tidak sadar ketika melakukan suatu dosa, mereka telah merendahkan diri mereka sendiri. Orang yang melakukan suatu dosa atau kesalahan dianggap sebagai orang yang telah ternoda. Oleh karena itu, taubat adalah pintu harapan untuk menghapus dosa dan mendorongnya untuk menghormatinya dirinya dengan tidak mengulangi perbuatan.

Ketika orang mengetahui hakikat ini, saya pun meyakini orang akan berpikir berkali-kali untuk melakukan kesalahan. Dosa dan kesalahan menjadikan seseorang berada dalam lembah kehinaan. Hingga terkadang orang memandang seseorang yang telah berbuat kesalahan sebagai orang yang tak layak untuk dikasihani, contohnya koruptor. Tetapi Allah mampu membalikkan derajat hina tersebut menjadi mulia. Tak ada yang mustahil bagi Allah selama hamba-Nya mau untuk melakukan pertaubatan dengan kesungguhan.

Masih ingatkah kisah seorang laki-laki yang telah membunuh 99 orang selama hidupnya. Ketika ia mendatangi seroang rahib untuk bertanya masih adakah peluang baginya untuk bertaubat, ternyata sang rahib mengatakan tidak ada lagi pintu taubat bagi pelaku pembunuhan seperti dirinya. Hingga laki-laki tersebut menggenapkan angka pembunuhannya menjadi 100 orang dengan membunuh sang rahib. Tetapi cerita menjadi berubah, ketika ia diminta seseorang untuk bertaubat dan mendatangi suatu kota. Tetapi sayang ketika dalam perjalanan dia meninggal sebelum sampai pada kota tujuan. Akan tetapi dengan kemurahan hati Allah, laki-laki tersebut diampuni oleh Allah karena kesungguhan rasa pertaubatanya begitu besar yang ditandai dengan jarak tempuh yang telah ia lakukan sudah lebih dari separuh perjalanan dengan lebih dekat ke kota tujuan.

Diterima atau ditolaknya taubat seseorang adalah ketetapan dan kewenangan Allah semata. Tidak akan pernah rugi bagi seseorang untuk selalu meminta ampunan. Oleh karena itu, senantiasa bertaubat atas semua tindakan kita sudah seharusnya menjadi gaya hidup bagi kita. Wallahualam.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Seorang pengajar tinggal di Surakarta yang senantiasa belajar memaknai hidup dan menuliskannya.

Lihat Juga

Saya Istri yang Selingkuh: Apa yang Harus Saya Lakukan untuk Tobat?

Figure
Organization