Topic
Home / Pemuda / Essay / Mentoring? Sejak Kini, Esok, dan Nanti..!

Mentoring? Sejak Kini, Esok, dan Nanti..!

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Facebook)
Ilustrasi. (Facebook)

dakwatuna.com – Bayangan Hitam telah berada pada arah sedikit menyerong, panas amat terasa dipancarkan oleh sang surya. Kesibukan beriringan dengan waktu bernafasku. Tapi, aku yakin kesuksesan ada bersama kesibukan. Terlebih jika dalam perjuangan.. Begitu kata kebanyakan orang.

Langkah kakiku terus saja mondar-mandir, demi tercapainya apa apa yang sudah terencana, Jangankan memikirkan integritas, shalatpun aku lupa jika kesibukanku kian padat.

Ibuku pernah berpesan “di manapun kamu, jangan pernah kau tinggalkan shalat”, kepalaku mengangguk-angguk dan jawab “ya!” seadanya. Aku berpikir, dengan segudang prestasi yang kudapatkan Ibuku-pun akan bangga, ya! Tanpa harus kujalani pesannya itu. Aku bisa ini bisa itu. Keapikanku dalam hal-hal yang aku geluti membuat aku bermanja padanya.

Kadang, aku heran melihat sekumpulan teman yang membuat lingkaran kecil di masjid-masjid atau bahkan di taman, biasa mereka menyebutnya “mentoring”. Apa yang mereka dapatkan? Kebosanan? Kejenuhan? Kantuk? Atau bahkan Kegilaan? Aku rasa jiwa muda mereka telah binasa, masa remaja mereka telah tertutupi oleh baju gombrong dan celana bahan mereka. Aku rasa mereka tidak bisa menikmati masa-masanya anak muda. Padahal, ada saatnya mereka harus seperti itu, tentu saat tua nanti, bukan sekarang!

Aku kembali menoleh kesibukanku, banyak selebaran kertas yang berisi agenda serta jutaan rupiah yang tercatat sebagai bentuk permohonan atau bahkan laporan keuangan. Dengan teliti aku membaca, takut-takut ada kekeliruan dan kesalahan.

Ayahku pernah berpesan “nak, jangan lupa tilawahnya yaa” . Duh mana sempat aku tilawah? Setumpuk kertas itu telah mengalihkan ayat-ayatNya yang orang bilang itu pedoman hidup..

Jika ada dua teman yang mengajak aku pada dua pilihan: 1. Yuk, mentoring! 2. Ayo ah, ngePES, ke mall, jalan, nonton!. Tanpa pikir, tentu aku memilih ajakan temanku yang kedua karena jelas dapat langsung kurasa kenikmatannya! Jelas kurasa kesenangannya! Jelas kurasa efeknya. Yaa, saat itu juga tidak harus menunggu “nanti!”.

Coba mentoring? Apa yang kudapat? Pernah kudengar cerita temanku yang rajin sekali datang mentoring. Aku tanya apa yang ia dapat? Ia jawab “Aku dapat ilmu, motivasi untuk menambah hafalanku, teman-teman yang shalih dan insya Allah bisa mengantarku ke surga dengan mengingatkanku untuk beribadah. Semisal shalat dhuha, tahajud, puasa, dsb yang dengan itu aku dapat ketenangan jiwa, aku dapat membuat orang tuaku bangga bukan hanya di dunia tetapi insya Allah juga ke akhirat kelak saat aku menunaikan baktiku padanya, aku dapat …….” Ah, .. Banyak sekali yang ia dapat! Masa sih? Dengan hanya duduk dalam lingkaran kecil itu saja bagai ketiban sekarung emas?! .

Aku juga punya teman yang berpredikat sebagai “juara breakdance” gayanya yang cool, membuat siapa saja tertarik untuk berteman dengannya. Piala ukuran 1 meter lebih pernah ia genggam! Keren kan? Tapi, aku kaget! Saat mendengar kalau ternyata dia juga ikut “mentoring”! Bahkan dia sering berkata padaku juga teman-teman dancenya “Lo gaul? Mentoring aja!” Sambil memainkan jari jemarinya. Belum selesai rasa kagetku mendengarnya ikut mentoring, rasa kaget itu makin bertambah tatkala ia menjadi imam shalat maghrib, begitu panjang surat yang ia lantunkan, begitu fasih ia membacanya!! Terlintas dalam benakku, mentoring tidak pernah membatasi pergaulan, asal tetap bisa menjaga “izzah” dan batasan-batasan.

“Iri” itu yang ku rasakan sekarang! Jangankan hafal surat panjang! Bacaan yang pendekpun masih terbata bata. Padahal, jika aku sudah menikah nanti aku yang akan membimbing dan menjadi imam istri dan anak-anakku! Aku yang akan mengajari mereka!!

Kini, aku malu saat aku dapat menyelesaikan kesibukanku dalam agendaku tetapi satu waktu shalatpun tak pernah kulakukan tepat pada waktunya, bahkan kerap kutinggalkan. Aku malu ketika aku dapat dengan lincah menerobos lembaran-lembaran kertas penunjang aktivitas tetapi se-ayat Alquranpun aku tak kunjung bisa membacanya! Aku malu saat aku mondar-mandir dalam kesibukan yang tak jarang berujung “kepeningan” tetapi tak kusempatkan 2 rakaat saja untuk berdhuha…

Kini pola pikirku mulai terbuka! Lebih keren jika aku dapat menyeimbangkan keduanya! Kesibukan dunia dan aktivitas yang bisa berujung manfaat hingga ke akhirat kelak! Benar sekali kata temanku itu , “Ilmu” yang di dapat dari mentoring memang sangat bermanfaat! Bahkan jika kita ingin dapati dunia dan akhirat itu dengan “ilmu”! Kutekadkan diriku kini untuk ikut mentoring! Pemikiranku yang telah lalu kurasa amat “jahiliyah”! Semoga niatku dalam “bertawazun” dilancarkan oleh-Ny! Aamiin ..

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Nurul Habibi E.G. seorang mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, berada pada prodi Jurnalistik yang memiliki amanah besar sebagai ketua himpunan jurusan Teknik grafika dan penerbitan 14/15, hobi menggambar dan menulisnya sudah tergeluti sejak berada di sekolah dasar. Tanggal 18 januari 1995 adalah hari pertamanya melihat Bumi Allah.�

Lihat Juga

Aku Anak Mentoring, Kini dan Nanti

Figure
Organization