Topic
Home / Pemuda / Mimbar Kampus / Sekadar Aktivis Retoris

Sekadar Aktivis Retoris

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Banyak orang yang mampu mengubah kata sederhana menjadi sebuah kata yang syarat penuh makna.

Banyak orang yang handal dalam merangkai sebuah kalimat sehingga ada saja orang lain yang dibuatnya terpikat.

Banyak orang yang mempunyai kapasitas dalam hal berbicara sehingga membuat orang lain terus terpesona.

Inilah aktivis retoris, ahli dalam merangkai sebuah kata, lihai dalam membuat sebuah cerita dan pandai dalam hal berbicara. namun jika kita ingin melihatnya dengan peka maka ini adalah faktanya, banyak aktivis yang hanya sekadar bermain kata, yang gemarnya hanya melontarkan retorika, yang maunya berdebat dengan berbagai wacana.

Inilah aktivis retoris, yang sebenarnya tidak tahu kebutuhan dalam dirinya, yang sebenarnya lupa dengan keberadaan dirinya, yang sebenarnya lalai dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dan sebenarnya terlena dengan keburukan yang menyelimuti kehidupannya.

Inilah aktivis retoris, banyak orang yang telah jauh dari nilai-nilai keislamannya, banyak orang yang mulai meniggalkan norma-norma kebaikannya dan banyak pula yang telah meninggalkan tuhan yang telah menciptakannya.

Mereka hanya sekadar aktivis retoris yang doyannya hanya berbicara namun tak pernah memperhatikan amalan-amalan hariannya.

Mereka hanya sekadar aktivis retoris yang bisanya hanya merangkai sebuah kata di sisi lain lupa dengan kewajiban-kewajiban yang diembannya.

Mereka hanya sekadar aktivis retoris yang hobinya memperdalam seni-seni kata tetapi tidak pernah menunaikan hak-hak yang dimilikinya.

Hal paling berat bagi Aktivis yang berorientasi kekuasaan atau dunia ialah usaha untuk mendengarkan dan memahami. Mereka lebih suka didengar, dipahami dan dimaklumi. Tak pernah ada kemajuan dalam prestasi kecuali seni membuat-buat alasan. Karena akalnya tak dipekerjakan, mereka lebih suka menggunakan lutut dan mulut.

Dan mulai muncullah aktivis-aktivis ‘gagah’ dengan mengimitasi tampilan serdadu, bukan meningkatkan etos, disiplin dan kehormatan Aktivis sejati. Daya tarik dan perhatian adalah kebanggaan mereka yang ingin diterima tanpa harus mengajukan dalil, yang penting orang takut dan nurut.

Semua orang yang berbicara dianggap seperti angin lalu hanya dibiarkan masuk telinga kanan dan keluar di telinga kiri, serasa manusia superior yang anti dengan nasihat-nasihat yang bersifat membangun dan pengingat.

Teruntuk Aktivis Sejati…

Pepatah lama menyadarkan kita betapa pentingnya mendengar. “Ta’allam husna’l Istima’ kama tata’allam husna’l Hadits” (Belajarlah mendengar sebagaimana engkau belajar untuk pandai berbicara).

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Anak keempat dari lima bersaudara, pegiat aktivitas sosial yang sedang menggeluti dunia penulisan.

Lihat Juga

Keikhlasan Dalan Kerja Dakwah

Figure
Organization