Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Maksiat Menghilangkan Karunia-Nya

Maksiat Menghilangkan Karunia-Nya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

renungan-hidupdakwatuna.com – Masih ingatkah dengan kisah perang Uhud? Perang yang hampir dimenangkan oleh pihak muslim tetapi akibat ada beberapa orang yang takut tidak mendapatkan harta rampasan sehingga dia tidak menaati perintah sang pemimpin perang. Pada saat tidak menaati perintah itulah yang menyebabkan hilangnya karunia-Nya berupa kemenangan. Justru sebaliknya kaum muslimin harus menghadapi kekalahan. Padahal, perang tersebut sudah hampir berhasil dimenangkan oleh kaum muslimin.

Ketidaktaatan atau identik dengan istilah maksiat. Unsur inilah yang menyebabkan hilangnya karunia yang akan dilimpahkan kepada makhluk-makhluk-Nya yang ada di muka bumi ini.

Sebaliknya, ketaatan atas perintah-Nya maka akan mengundang karunia dari-Nya yang tak terhingga. Tetapi, ketaatan dan ketidaktaatan tidak dapat dicampur menjadi satu. Dua hal itu bukan merupakan dua sisi mata uang. Ketaatan akan berbuah kebaikan. Ketidaktaatan akan berbuah pada keburukan.

Setiap manusia selalu diingatkan untuk meningkatkan ketaatan dalam ketakwaan kepada Sang Maha Kuasa. Walaupun, pada realitanya terkadang iman manusia naik turun. Pada saat imannya naik maka ketaatan akan dia jalankan. Sebaliknya, pada saat imannya turun tidak menutup kemungkinan ketidaktaatan akan dia lakukan.

Ketaatan yang akan berbuah ketakwaan telah disampaikan oleh Allah dalam firman-Nya,

Barangasiapa yang bertakwa kepada Allah (dengan mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya), niscaya akan diberikannya kelapangan (jalan keluar dari segala perkara yang menyusahkannya). Dan diberikanya rezeki yang tidak disangka-sangka. Dan (ingatlah), siapa yang bertawakkal (berserah diri bulat-bulat) kepada Allah, maka dicukupkan baginya (keperluan untuk menolong dan menyelamatkannya). Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala yang dikehendaki-Nya. Allah telah menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu. (Ayat Seribu Dinar, QS. At-Talaq ayat 2-3)

Bagaimana akan berlimpah karunia-Nya berupa kelapangan hati, rezeki yang tak disangka-sangka, dicukupkan hidup baginya, jikalau sang manusia tidak mau taat kepada sang Kholiq?

Karunia-Nya akan turun kepada hamba-hamba yang taat menjalankan perintah-perintah dan menjauhi segala larangan yang telah ditetapkan. Sebab, dengan ketaatan itulah yang akan menumbuhkan keridhaan Dia terhadap hamba-Nya.

Di dalam ayat seribu dinar. Tiga poin penting yang akan diperoleh bagi orang yang bertakwa dengan jalan taat kepada-Nya adalah akan diberikan kelapangan hati, dimudahkan rezeki dari jalan yang tak disangka-sangka dan diberikan kecukupan dalam mengarungi kehidupan di dunia.

Apakah mungkin karunia-Nya akan turun kepada orang-orang yang senang menentang dan tak pernah taat akan semua perintah-Nya?

Karunia yang diberikan kepada manusia cukup banyak bentuk dan jenisnya. Walaupun terkadang setiap orang tidak memahami karunia yang telah Dia berikan. Manusia terlalu terlena dengan dunia sehingga menyebabkan dia lupa akan banyaknya karunia yang patut disyukuri bukan sebaliknya karunia yang telah diturunkan untuk diingkari dengan berbagai kebiasaan-kebiasaan buruk yang akan berujung pada dosa.

Salah satu karunia yang terbesar yang berada di dalam diri manusia adalah diberikannya kehidupan. Manusia berawal dari ketiadaan menjadi ada sebab dihidupkan oleh-Nya yang menjadi karunia terbesar yang dimiliki oleh manusia.

Karunia itulah yang akan menuntut manusia agar selalu mengabdi kepada Sang Pemilik Karunia. Bukankah salah satu tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah?

“Dan tidak diciptakan jin dan manusia selain untuk beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat ayat 56)

Setiap manusia diberikan karunia masing-masing sesuai dengan kadar ketakwaan manusia tersebut. Jika ketakwaannya besar maka akan besar pula karunia yang akan dia peroleh. Jika ketakwaannya pas-pasan ataupun sedikit maka sedikit pula balasannya. Karunia berbanding lurus dengan ketakwaan seorang muslim kepada Sang Kholiq.

Tak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini kecuali Baginda Nabi Muhammad Shalallahu Alahi Wassalam. Maka dari itu, di satu sisi ada orang yang taat dan di sisi lain ada orang yang berbuat maksiat. Lewat maksiat itulah secara tidak sengaja dia menghilangkan karunia-Nya yang seharusnya dia peroleh. Semakin banyak maksiat yang dia perbuat maka semakin banyak pula dia akan kehilangan karunia-Nya. Kemaksiatannya berbanding lurus dengan kehilangan karunia-Nya.

Adakah orang di dunia ini yang ingin hidupnya gelisah, tak tenang dan tak tenteram? Kegelisahan, ketidaktenangan dan ketidaktentraman merupakan salah satu bentuk hilangnya karunia-Nya yang ada di dalam diri manusia. Akankah manusia mampu hidup bahagia jika karunia-Nya sedikit demi sedikit hilang dari dalam dirinya?

Apabila kita tidak ingin kehilangan karunia-Nya bahkah rahmat dan kasih sayang-Nya, hanya satu cara yang mampu agar karunia itu tak terlepas yakni menjauhi maksiat. Mengendalikan diri agar tak melakukan perbuatan sia-sia, keburukan ataupun kemaksiatan yang berbuah pada dosa.

Sebenarnya karunia-Nya itu berlimpah ruah tersebar di muka bumi ini. Tetapi, manusia sendirilah yang menjadikan karunia itu menjauh dari diri manusia. Jika dia menyadari karunia yang berlimpah ruah tersebut maka manusia tak akan ada yang berbuat keburukan dan menentang segala perintah-Nya.

Hentikanlah segala perbuatan buruk atau maksiat yang selama ini dilakukan oleh diri baik yang disadari ataupun tak tersadari. Sebab, kita tak mau karunia yang tersebar luas itu menghilang dari dalam diri manusia. Biarkanlah karunia-Nya itu tetap bersemayam di dalam diri sebagai penyemangat di kala berbuat kebaikan atau ibadah. Karunia-Nya itu pula yang akan menjadi pengingat di kala manusia hampir membelokkan diri dari jalan yang ditunjuki-Nya.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Disela-sela menuntut ilmu sebagai mahasiswa diberikan amanah oleh dekanat menjadi reporter Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan.

Lihat Juga

Lenyapnya Keimanan

Figure
Organization