Menjadi Ibu Rumah Tangga Bahagia, Pasti Bisa!

Ilustrasi. (islamicstyle.al-habib.info / nurelyana)

dakwatuna.com – Beberapa pekan belakangan ini, saya membentuk sebuah grup via WhatsApp, yang diberi nama IRAMA Bahagia. Kata IRAMA bukanlah tanpa makna.. Selain karena singkatan dari Ibu Rumah Tangga (walau sedikit maksa. hehe) namun juga saya ingin memberi label pada IRT untuk bisa berirama dalam menjalankan setiap aktivitas kerumahtanggaannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring oleh Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional, Irama adalah gerakan berturut-turut secara teratur (http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php). Saya ingin memaknai bahwa menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah pekerjaan dengan gerakan yang berturut-turut dan turun naiknya beraturan. Itu artinya, aktivitas menjadi ibu rumah tangga tidak berjalan datar atau mulus saja melainkan juga mengalami naik turun yang beraturan. Apapun kaitannya antara ibu rumah tangga dan IRAMA, saya menambahkan di belakangnya dengan kata “bahagia”. Itu artinya saya hanya ingin menyampaikan melalui tulisan ini bahwa menjadi ibu rumah tangga tidaklah mudah, ia harus bisa menjalani sebuah aktivitas yang dilakukan berturut-turut dan naik turunnya secara beraturan. Dan kesemuanya itu diharapkan dapat dilakukan oleh IRT dengan penuh rasa bahagia.

Singkat cerita, di grup IRAMA Bahagia… Saya jadi mengenal dengan beberapa IRT lainnya yang luar biasa aktivitasnya. Ada yang anak sulungnya sudah SMA, ada juga yang sudah punya anak 3, ada lagi yang punya anak hanya dua tapi jaraknya berdekatan. Kami bisa berbagi cerita di sini, baik suka maupun duka. Sukanya, ada yang share tentang aktivitasnya bersama sang suami dan anak yang menggembirakan kemudian aktivitas berjualan onlinenya yang laris manis. Dukanya, ini yang lebih banyak. Ada yang share mengenai pengalaman berhubungan jarak jauh dengan suami dan si istri harus tinggal dengan mertua, ada juga yang membahas tentang kesehariannya bersama anak yang jaraknya dekat satu sama lain sehingga butuh pengawasan ekstra, dan ada pula yang share terkait kondisi anaknya yang sering sakit dan masih banyak cerita lainnya. Apapun itu, saya rasa semua yang dialami oleh IRT ini juga dialami oleh IRT lainnya. Meski saya di sini bukanlah siapa-siapa, bukan IRT yang sudah berpengalaman menjalani pernikahan hingga belasan tahun, tapi setidaknya saya ingin mengajak diri saya dan para IRT lainnya untuk bisa bahagia dalam menjalani aktivitas rumah tangganya.

Saya tahu tidaklah mudah menjadi IRT, saya juga sering berkeluh kesah dan merasa menderita dalam menjalani aktivitas IRT yang sehari 24 jam selama seminggu. Saya sampai bertanya-tanya kapan “me time” saya ya? Tapi tenang, kita hanya butuh meluangkan waktu untuk sebentar merenung. Nyatanya, Allah kasih kesempatan kita untuk menerima nikmat dari-Nya. Nikmat kesehatan dengan nafas yang masih berhembus dan ketika bangun tidur, nampak di sebelah kanan kiri kita ada suami dan anak-anak yang kita sayangi. Kemudian nikmat ketika sang anak bila diperhatikan, tumbuh kembangnya semakin baik. Banyak hal-hal yang sudah bisa dilakukan olehnya. Dan juga nikmat ketika suami masih diberi kesehatan untuk mampu melangkahkan kaki mengadu nasib demi menafkahi anak dan istrinya. Maka, bukankah itu semua nikmat yang telah Allah beri pada kita selaku ibu rumah tangga? Jangan sekali-kali kita mengabaikan nikmat pemberian dari-Nya. Kita hanya butuh waktu untuk merenung dan mengingat sebanyak-banyaknya nikmat yang telah Allah beri selama ini. Untuk kemudian kita syukuri dan ucap hamdalah.

Ats-Tsa’alabi pernah meriwayatkan hadis dari Aisyah, Rasul menyatakan bahwa tidak ada yang pantas bagi seorang istri yang membenahi kondisi rumah kecuali Allah akan mencatat aktivitas itu sebagai kebajikan dan bakal menghapus dosanya lalu meninggikan derajatnya.

Subhanallah ya, menjadi IRT saja bisa menghapus dosa dan ditinggikan derajatnya. Lalu, jika masih kita merasa tidak bahagia menjadi ibu rumah tangga… Cobalah tengok mereka yang sudah mengalami perpisahan dengan pasangannya masing-masing. Mereka yang hidup sebagai single parent tidak lantas bunuh diri karena tidak mampu bertahan hidup. Banyak yang berjuang sebagai orang tua tunggal namun berhasil dalam kehidupannya sehari-hari. Kita bisa belajar dari mereka untuk tetap berjuang dan bersabar mengurus anak serta suami yang masih ada di sisi. Karena saat ini, anak dan suami adalah harta berharga dan kita harus mensyukurinya meski terasa melelahkan dalam menjalani semuanya.

Mari kita ingat kembali, kebersamaan kita dengan suami serta anak ketika pergi liburan. Karena saya yakin sebagai ibu rumah tangga tentu pernah berpergian bersama dengan keluarga. Walau mungkin tidak bepergian jauh ke tempat rekreasi atau hiburan lainnya, namun berjalan kaki bersama anak dan suami mengitari kompleks rumah adalah kebahagiaan tersendiri, bukan? Lagi-lagi kita harus mensyukurinya, bahwa di tengah kepadatan tugas kita di rumah sebagai IRT, kita masih diberi kesempatan dan waktu luang untuk bercanda tawa menikmati momen kebersamaan dengan orang-orang yang kita cintai.

Lalu, bagaimana dengan mereka para IRT yang berhubungan jarak jauh dengan suaminya yang mungkin kerja di luar kota? IRT yang mengalami hal seperti ini mungkin merasa kesepian, merasa sangat letih karena tidak ada tempat berbagi soal pekerjaan rumah tangga dan butuh perhatian atas aktivitasnya sehari-hari yang begitu padat. Padahal, kecanggihan teknologi seharusnya membuat kita lebih bersyukur bahwa kita masih bisa menghubungi suami yang di luar kota atau mengirim video call demi memenuhi hasrat kerinduan dengan pasangan jiwa.

Lagi-lagi… Mungkin seharusnya tidak ada alasan untuk tidak bahagia menjadi IRT. Apapun kondisinya, kita harus tetap bersyukur dan selalu bahagia. Teringat dengan sebuah hadits dari Anas bin Malik ra. Ia mengatakan, “Para shahabiyah mendatangi Nabi SAW seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, kaum lelaki pergi dengan membawa keutamaan jihad fii sabilillah, sedangkan kami tidak memiliki suatu amalan yang bisa menyamai amal para mujahidin fii sabilillah.’ Maka beliau pun menjawab, ‘Pekerjaan salah seorang di antara kalian di rumahnya menyamai amalan para mujahidin fii sabilillah’.” (HR. Al-Bazzar)

Sesungguhnya Ini adalah seruan untuk membuka pintu harapan bagi para IRT dalam menjalankan perannya sebagai istri sekaligus ibu di rumahnya. Tidak ada yang sia-sia, semua kelelahan serta pengorbanan untuk suami dan anak tercinta, insya Allah akan dibalas berlipat ganda oleh-Nya. Menjadi Ibu Rumah Tangga Bahagia, Pasti Bisa!

Konten ini telah dimodifikasi pada 22/10/14 | 09:03 09:03

Fulltime mother yang sedang asyik mengurus seorang putra, senang menulis dan mengembangkan kemampuan diri menjadi seorang pembicara atau moderator acara kemuslimahan. Mengisi kesehariannya dengan mengelola web islami dan usaha Rumah Koleksi Antaradin yang bergerak di bidang fashion islami.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...