Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Berkaca Sejenak Pada Media Komunikasi

Berkaca Sejenak Pada Media Komunikasi

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: minkara.carview.co.jp)
Ilustrasi. (Foto: minkara.carview.co.jp)

dakwatuna.com – Zaman akan terus berjalan. Seiring itu sikap dan perilaku manusia pun terpengaruh olehnya. Ada satu hal yang ingin saya kritisi tentang sebuah alat fenomenal di zaman ini. Alat yang sudah sangat akrab dengan kehidupan dan rutinitas para cucu adam dan hawa. Alat yang posisinya nyaris sama dengan kebutuhan pokok sehari-hari. Ya! Alat komunikasi atau handphone.

Dewasa ini kader dakwah mulai bergilir memilikinya. Dan mayoritas kini telepon genggam mereka memiliki fitur-fitur yang mendukung untuk berjalannya komunikasi yang baik bahkan jika terbentang jarak sejauh apapun.

Awalnya alat ini beserta fitur-fiturnya diharapkan mampu mendukung komunikasi antar kader dakwah dalam mengemban amanahnya. Beriring waktu, saat ini sudah ada pula istilah syura online dan syura offline. Syura offline adalah syura yang dilakukan dengan cara bertemu dan duduk bersama. Sedang syura online mereka memaknainya dengan syura via WhatsApp. Kenapa sampai ada syura via WhatsApp? Alasannya adalah selain karena sudah adanya fasilitas seperti itu dalam tiap telepon genggam, juga karena kesibukan yang membuat kalangan ini sulit bertemu. Begitu kurang lebih.

Ikhwah fillah, jika kita mau berkaca pada pergerakan atau perjuangan dakwah senior-senior kita di masa lampau dengan kinerja kita saat ini, mungkin akan lebih kita lihat kinerja mereka jauh lebih baik dari pada kita. Padahal di zaman tersebut belum ada fitur-fitur modern seperti yang ada dalam genggaman kita saat ini. Berbeda dengan kita, sedikit sibuk saja tak ada kekhawatiran dalam benak kita jika tak bisa menghadiri rapat atau yang sering kita sebut syura. Alasannya adalah, hasil rapat nanti bisa disampaikan via WhatsApp. Lagi-lagi ada yang mengganggu perasaan saya dalam hal ini.

Beberapa kali terjadi dan mengamati, hal ini ternyata bukan mendukung kinerja kita, tapi justru memperumit keadaan. Tak jarang ketika hasil rapat secara offline disiarkan ke WhatsApp, beberapa orang bertanya bahkan sempat mengkritik. Jika demikian bukankah lebih baik turut menghadiri rapat? Kurang lebih seperti itu.

Hal kedua adalah, meskipun istilah syura online ini sudah ramai terdengar di kalangan kader dakwah, masih saja ada yang tidak ikut serta atau bahkan hanya sekilas membaca pendapat-pendapat yang dilontarkan dalam sebuah grup WhatsApp. Tanpa berkomentar apapun.

Lagi-lagi mari kita berkaca pada awa-il dalam perjuangan ini. Mereka dengan segala keterbatasannya mampu berbuat banyak untuk umat. Mereka dengan segala keterbatasannya tetap bersikap profesional dalam apapun. Dakwah ini tidak pernah menuntut kita. Hanya saja, mari kita belajar bersama-sama memaknainya. Mungkin dalam hal ini penulis sendiri pun tak jarang melakukan hal yang sama. Tapi semoga tulisan ini sama-sama menjadi tadzkirah bagi kita semua.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi LIPIA Jakarta | Garuda Keadilan | Gkreatip | KAMMI

Lihat Juga

Maksimalkan Layanan Jemput Zakat, IZI Jateng Sinergi dengan Ojek Online “GOLEK”

Figure
Organization