Bulan Terbelah di Langit Amerika

Cover buku “Bulan Terbelah di Langit Amerika”.

Judul: Bulan Terbelah di Langit Amerika
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Penulis: Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Tebal: 344 halaman
Cetakan: III, Juli 2014

Islam dan Negeri Paman Sam

dakwatuna.com – Jika di buku sebelumnya, 99 Cahaya di Langit Eropa, Hanum dan Rangga menceritakan kisah perjalanannya di Eropa, kali ini kisah mereka berlanjut hingga ke Amerika. Negeri dengan berjuta misteri. Negeri yang keputusan dari sana akan sangat berpengaruh di seluruh dunia.

Petualangan mereka ke Negeri Paman Sam itu diawali ketika Hanum ditugaskan bosnya, Gertrude Robinson, untuk pergi ke New York demi menulis artikel yang bisa ‘mengguncang’ publik sehingga menyelamatkan korannya, Heute ist Wunderbar, dari kebangkrutan. Tema artikel itu adalah, “Would the world be better without Islam?”. “Akankah dunia lebih baik tanpa Islam?”. Di saat Islam menjadi sorotan internasional dan mendapat stempel ‘teroris’ pasca peristiwa runtuhnya menara kembar pencakar langit di New York, WTC atau World Trade Center. Apakah yang harus dilakukan Hanum untuk menjawab pertanyaan itu dengan jawaban “TIDAK”?

Bagaikan sebuah kebetulan, Rangga juga ditugaskan oleh Profesor Reinhard, atasan di Universitas tempatnya bekerja, untuk mengikuti konferensi di Washington DC sekaligus melobi Phillipus Brown, sang filantropi dunia, yang akan hadir sebagai tamu kehormatan di acara tersebut.

Perjalanan Hanum dan Rangga ke Amerika akhirnya mempertemukan mereka dengan keluarga para korban WTC, yaitu seorang mualaf bernama Julia Collins atau Azima Hussein, yang suaminya meninggal dalam peristiwa nahas itu, tanpa pernah ditemukan jasadnya; kemudian ada Michael Jones yang kehilangan istri tercintanya hingga menentang mati-matian pembangunan masjid di kawasan Ground Zero, sebagai bentuk kesetiaan terakhir pada mendiang istrinya, yaitu dengan cara memusuhi Islam.

Bagaimana hingga akhirnya kesaksian Phillipus Brown berhasil membuka kotak Pandora yang selama delapan tahun ini tertutup rapat. Kesaksian yang dapat menjawab semua pertanyaan yang muncul dalam benak Azima, dan rahasia yang akhirnya meluluhkan hati Michael Jones dari kebenciannya terhadap Islam.

Selain itu, buku ini juga menceritakan tentang suku Melungeon, Andalusia dan Abraham Lincoln; Presiden Amerika Serikat ke-3, Thomas Jefferson dan Al-Quran; potongan surah An- Nisa di salah satu pintu gerbang Fakultas Hukum di Harvard; patung Nabi Muhammad saw. dan beberapa nabi lainnya di gedung pengadilan Mahkamah Agung Amerika Serikat; sekelumit pernyataan Phillipus Brown mengenai ‘Bulan yang Terbelah’; dan beberapa fakta menarik lainnya tentang keberadaan Islam di Amerika.

Dilihat dari latar belakang penulisnya. Hanum sendiri, yang merupakan seorang jurnalis, dan putri kandung dari Amien Rais ini, pastilah pintar memadukan informasi dengan kata-kata sehingga cerita di novel ini terasa mengalir. Lalu tambahan dari Rangga Almahendra, dengan gelar S3 yang diperolehnya dari salah satu kampus di Austria itu semakin memperkuat isi cerita.

Akan tetapi, menurut pendapat saya pribadi, buku ini ditulis dengan bahasa yang cukup ‘tinggi’, kata-kata yang digunakan masih memerlukan kamus untuk memahaminya lebih jauh; di buku 99 Cahaya di Langit Eropa, di bagian belakang bukunya terdapat beberapa foto bangunan-bangunan penting di Eropa, namun di buku ini, tidak ada foto seperti itu yang dilampirkan di belakangnya, sehingga pembaca harus mengira-ngira seperti apa bentuk bangunan yang sedang diceritakan itu atau perlu googling sendiri. Selain itu, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama dengan alur maju. Pelaku utamanya adalah Hanum dan Rangga sendiri. Hal ini membuat cerita semakin terasa nyata karena pembaca tidak diberitahu tentang sesuatu yang lain selain yang dipaparkan penulis.

Tunggu apa lagi? Yuk, temukan kisah travelling yang luar biasa itu dalam buku ini, Bulan Terbelah di Langit Amerika. Buku yang sangat inspiratif dan membuka wawasan tentang peradaban Islam. Wawasan yang seharusnya semakin membuat kita cinta pada agama ini. Islam yang pernah hadir, bahkan di tanah yang sebelumnya tak bertuan hingga kini menjadi pusat peradaban dunia abad modern, yaitu di Amerika Serikat.

Terlepas dari segala kekurangannya, buku ini tetap sangat layak untuk dibaca dan dikoleksi! Buku yang membuat kita lebih bangga akan Islam, kisah yang sangat memperluas pengetahuan akan keadaan Islam di luar sana serta sejarahnya, karena Islam adalah agama yang paling sempurna hingga akhir zaman. Namun terkadang, sikap para pemeluknya sering mencoreng nama Islam itu sendiri. Islam is perfect, but Moslem is not.

 

Konten Terkait
Disqus Comments Loading...