Sungguh Egois dan Sombongnya Bila Kita Memaksakan Kehendak

Ilustrasi (kawanimut)

dakwatuna.com – Tulisan ini lahir terinspirasi dari kisah ta’aruf seseorang. Sebuah kisah romantika sepasang anak muda dewasa yang ingin menggenapkan separuh dien-nya. Setelah menjalani proses kurang lebih dua minggu, di pertengahan didapati kalau orang tua pihak lelaki keberatan dengan alasan yang insya Allah bisa diterima. Namun cukup disayangkan selama proses berlangsung pihak ikhwan sungguh memiliki kecenderungan yang sangat kepada sang akhwat. Hingga alasan keberatan dari orang tua sedikit menghancurkan hatinya.

Tidak ada yang salah dengan jatuh cinta, tinggal bagaimana mengelolanya. Bila berujung tidak direstui orang tua, baiknya jangan memaksa. Pasti ada hikmah di balik setiap peristiwa. Toh sudah ikhtiar dan dibarengi doa juga. Saat orang tua menyatakan keberatannya, pada saat itu mungkin tidak disadari bahwa yg dikatakannya benar karena kita sudah dibutakan dengan kecendurungan hati kepadanya, yang tampak saat itu adalah kesempurnaannya saja. Hingga kita ‘ngotot’ mempertahankannya. Sah-sah saja bila ingin memperjuangkan akhwat shalihah untuk dijadikan istri, tapi bila terbentur perkara yang nantinya membuat rumah tangga tidak harmonis, baiknya dipikirkan kembali. Menikah tidak hanya menyatukan hati dua insan yang berbeda tapi dua buah keluarga besar dengan latar belakang usia, adat, budaya dan kebiasaan yang berbeda.

Ke depan.. rumah tangga akan dibumbui dengan ragam masalah, hendaknya sebelum menikah janganlah kita membawa masalah. Yakin kan diri, istikharah kembali, bukankah Allah subhanahu wata’ala telah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 216: ” …tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.

Sungguh egois dan sombongnya diri kita jika masih ingin memaksakan kehendak kepada-Nya. Tidak sedikitpun kita tahu apa yang akan terjadi dalam rumah tangga nantinya. Jangankan rumah tangga yang ingin dibangun, satu jam nanti saja kita tidak ada pengetahuan sedikitpun apa yang akan terjadi dengan diri kita. Tidak mudah memang menerima kenyataan, apalagi terkait persoalan hati. Sedih bolehlah tapi jangan terlalu lama. Mohon kepada-Nya untuk ditenangkan, karena Dia-lah yang maha membolak-balikkan hati.

Seiring waktu semua akan terjawab. Ibarat pasir yang tergerus air hujan dia akan hilang tersapu. Demikian pula jikalah dia jodoh sebenarnya semua akan dimudahkan begitu pula sebaliknya. Bagaimanapun saat ini orang tua adalah orang yang sangat berjasa dalam perjalanan hidup kita. Tempatkan mereka setelah Allah Azza wa jalla dan Rasulullah di hatimu sebelum orang yang nanti menjadi pendampingmu, selama apa yang mereka perintahkan tidak melanggar perintah Allah swt maupun Rasulullah saw.

Allahu’alam.

Alumni IAIN Jambi, Pegiat Rumah Baca Duku Anjabi (Dunia Buku Anak Jambi) 2 dan Anjabi Writing Community (AWC).
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...