Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Saat Kumaknai Idul Qurban

Saat Kumaknai Idul Qurban

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi – Memotong hewan qurban. (inet)
Ilustrasi – Memotong hewan qurban. (inet)

dakwatuna.com – Gugus bintang berganti dengan sinar hangat sang mentari, derik jangkrik yang menemani malam pun akhirnya berganti dengan melodi nada kicau burung yang merdu, membuka mata dan menyadarkan raga bahwa hari telah membuka lembaran barunya. Embun air di dedaunan lantas menyegarkan pandanganku dan desir angin yang mengalir sejuk ketika kubuka jendela rumah seakan mengajakku untuk segera keluar dan menikmati kesegaran pagi yang telah diberikan-Nya secara cuma-cuma. Begitulah nikmat yang Allah berikan mengawali rutinitas keseharianku.

Hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya, nampak nuansa yang berbeda ketika aku menjalankan aktivitas keseharianku. Mengiringi perjalananku menuju kampus untuk menimba ilmu, sentak mulai tercium bau khas hewan ternak, tepi jalan yang biasanya sepi dan menjadi tempat kendaraan bermotor mencuri lahan untuk menghindari kemacetan, bertransformasi dengan berdirinya bambu-bambu yang tersusun rapi dan tumpukan jerami yang diatur sedemikian rupa, sehingga terciptalah rumah tinggal sementara untuk hewan ternak. Pemandangan itu kemudian menyadarkanku bahwa tidak lama lagi akan tiba suatu hari yang istimewa, hari yang setiap tahun bertamu, berkunjung ke pelataran kehidupan umat muslim, hari di mana di dalamnya terkandung makna pengorbanan yang luar biasa, hari di mana mereka yang tidak mampu pun bisa menikmati makanan yang jarang mereka rasakan, ya itulah Idul Adha/Idul Qurban.

Aku sedikit bersedih karena untuk saat ini aku belum bisa melakukan Qurban atas kemampuanku sendiri, karena itulah amalan yang paling dicintai Allah pada saat hari raya Qurban, sebagaimana tertuang dalam hadist At-Tirmidzi yang meriwayatkan dari ‘Aisyah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda:

“Tidak ada suatu amalan pun yang dilakukan oleh manusia pada hari Raya Qurban, lebih dicintai Allah selain dari menyembelih hewan Qurban. Sesungguhnya hewan qurban itu kelak di hari Kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya, dan sesungguhnya sebelum darah qurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima di sisi Allah, maka beruntunglah kalian semua dengan (pahala) qurban itu.” (HR Tirmidzi)

Meskipun demikian, setidaknya kita harus memahami semangat dari Idul Qurban ini sendiri:

Pertama ialah mengenai semangat pengorbanan dan kesabaran yang dengan sangat indah telah tertuang dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan anaknya Nabi Ismail AS (QS Ash-Shaffat: 102–107). Peristiwa tersebut menjadi kesan yang sangat mendalam bagiku, Nabi Ismail ialah buah hati yang telah ditunggu bertahun-tahun oleh Nabi Ibrahim AS, tentunya rasa cinta yang sangat mendalam kemudian tertuangkan kepada Nabi Ismail ketika ia lahir. Singkat cerita Nabi Ibrahim diwahyukan untuk menyembelih anak yang sangat disayangi itu, dan Nabi Ismail pun menerima dengan penuh kesabaran, kemudian ketika hendak disembelih akhirnya Nabi Ismail digantikan dengan seekor domba. Dengan demikian Nabi Ibrahim telah lolos dalam ujian yang Allah berikan. Dari kisah tersebut kita dapat mengambil hikmah bahwa kasih sayang kepada Allah ialah hal yang paling utama, dan kita harus sabar atas segala cobaan yang kita hadapi.

Kedua ialah semangat solidaritas dan menggembirakan kaum muslimin. Idul Qurban memberikan pemaknaan bagi kita mengenai konsep berbagi dan solidaritas. Pada hari yang mulia itu seluruh masyarakat baik yang mampu maupun tidak mampu memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati daging qurban, bersama-sama berbagi kebahagiaan dengan menikmati daging qurban yang dibagikan. Bentuk solidaritas kemanusiaan ini pun terefleksikan ketika jamaah haji sedang wuquf di Arafah, umat muslim yang lain melaksanakan puasa Arafah. Perintah berkurban bagi yang mampu menunjukkan bahwa sejatinya Islam ialah agama yang sangat memperhatikan kesejahteraan fakir miskin dan kaum dhuafa lainnya. Hal ini akan mempertebal rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan sosial dan saling menyayangi antar sesama.

Ketiga ialah semangat untuk menegakkan syiar-syiar Allah. Hal yang mendasarinya ialah firman Allah dalam surat Al Hajj: 36,

“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya”.(Q.S. Al-Hajj: 36).

Idul qurban sebagai sarana yang Allah berikan kepada umat Islam untuk mensyiarkan keindahan dan kebaikan Islam kepada seluruh umat di dunia. Lantas kemudian bagaimana kita nantinya dapat memanfaatkan momen tersebut untuk menyentuh seluruh kalangan dengan kasih sayang dan kecintaan kita terhadap umat.

Matahari senja sudah semakin menguning, burung-burung di langit mulai berterbangan seakan mengucap salam perpisahan, bayang-bayang rembulan pun mengintip dengan tersipu malu, sungguh rasanya tak sabar untuk bertemu dengan hari yang mulia itu, bayang-bayang lantunan takbir diiringi dengan tabuhan bedug yang menggema menambah semaraknya hari raya, suara takbir yang bersahut sahutan menemani malam, dan nuansa berbagi daging hewan qurban kepada seluruh masyarakat, kemudian terlintas dipikiranku seakan mengajak diri ini untuk sejenak merefleksikan bahwa tidak ada yang agung, dan layak untuk disembah kecuali Allah, Tuhan semesta alam.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga, Ketua Forum Studi Islam, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

Lihat Juga

Qurban Masuk Desa (QURMADES), Sensasi Qurban Zaman Now

Figure
Organization