Topic
Home / Narasi Islam / Dakwah / Karena Dakwah Ini Tentang Karakter

Karena Dakwah Ini Tentang Karakter

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Padi adalah tumbuhan dengan nama latin Oryza Sativa, tumbuhan yang memiliki begitu banyak manfaat bagi manusia. Bahkan di Indonesia dijadikan sebagai bahan pokok makanan yang tak dapat dipisahkan dengan jenis makanan apapun. Padi dengan filosofinya semakin berisi semakin merunduk, memberi banyak pelajaran pada kita semua. Sawah yang begitu banyak menghamparkan tanaman padi ini terlihat hijau dari kejauhan. Tanaman padi yang begitu banyak terhampar di sawah ini dengan filosofinya semakin berisi semakin merunduk, menyajikan pemandangan yang menarik tentang tanaman padi akan tetap hidup bila terus bersama tanaman padi lainnya. Tanaman padi ini akan tetap dengan filosofinya semakin berisi semakin merunduk. Hampir tidak ada kita menemukan tanaman padi yang tumbuh sendiri, subur seorang diri. Begitulah lingkungan sawah yang terus akan menjaga kesuburan tanaman padi, meskipun kita juga akan menemukan tanaman padi yang gagal panen. Begitulah lingkungan mempengaruhi tumbuh kembang padi.

Pemandangan yang cukup aneh disaksikan oleh penulis beberapa hari sebelum membuat tulisan ini di kecamatan Palu Barat, Kota Palu. Tepatnya di sebuah pos ronda dekat sekolah luar biasa. Anak-anak yang kira-kira seumuran anak-anak sekolah dasar pada umumnya sedang bercengkrama di pos ronda tersebut sambil sesekali tertawa. Yang unik, di wajah mereka berjejer jepitan pakaian yang biasanya dipakai untuk menjemur pakaian. Ternyata mereka tengah asyik main kartu di pos ronda disaksikan beberapa teman-teman seumurannya. Entah sudah sampai tahap perjudian atau belum, penulis sendiri tidak terlalu memperhatikan. Pemandangan yang tidak biasa tersebut penulis saksikan di sore hari menjelang maghrib. Sebelumnya pemandangan seperti ini penulis pernah saksikan di tengah malam dengan pelaku yang berbeda. Beberapa orang tua dan sekumpulan anak muda dengan jepitan pakaian memenuhi wajahnya, sambil main kartu, sambil bercanda dan tertawa-tertawa kecil. Berarti, hanya terjadi semacam pewarisan kebiasaan saja mungkin, kalau di sore hari anak-anak kecil seumuran sekolah dasar, sedangkan di malam hari sekelompok anak muda dan orang tua. Sungguh pemandangan yang membuat risau nurani penulis. Apakah tak ada hal produktif lain yang bisa dikerjakan selain menghabiskan waktu untuk bermain kartu? Apakah ini juga merupakan pengaruh lingkungan yang membuat hal-hal kontra-produktif semakin dominan di masyarakat? Apakah dengan dijaga dan dirawatnya lingkungan di sekitar persawahan sehingga membuat tanaman padi sebagian besarnya bisa tumbuh subur dan bermanfaat? Ya, bisa jadi.

Ustadz H.M.Anis Matta, Lc dalam bukunya Momentum Kebangkitan menjelaskan tentang empat macam pranata sosial yang bisa mempengaruhi karakter seseorang. Bahkan belakangan ini, memasuki era Gelombang Ketiga Indonesia berkembang menjadi lima pranata sosial yang sangat mempengaruhi tumbuh kembang karakter seseorang.

Pranata sosial yang pertama adalah rumah. Betapa indah dan syahdunya tempat pembentukan karakter yang pertama ini apabila dikelola dengan baik oleh orang tua dan terkondisikan dengan hal-hal yang baik. Maka seorang manusia dalam tumbuh kembang karakternya merasakan rangsangan awal dari rumah tempat tinggalnya. Dan faktor dominan dalam pranata sosial pertama ini adalah orang tua. Kapan kedua orang tua memulai dengan pendidikan karakter yang baik, pembiasaan terhadap hal-hal yang baik, perkataan yang baik-baik, maka hampir dapat dipastikan manusia akan menjadi baik. Meskipun terkadang memang harus dibiasakan dengan fluktuasi kondisi agar memahami gelombang kehidupan sesungguhnya. Penulis sendiri merasa bersyukur atas setiap nikmat, karena penulis sendiri dibesarkan dilingkungan rumah yang lumayan kondusif. Penulis sendiri dididik dengan gaya mendidik semi-militer, meskipun begitu syukur tak terhingga kepada Allah SWT karena memperkenankan penulis mendapat hidayah dan tersentuh oleh jamaah dakwah ini sehingga bisa mengambil hikmah dan ibrah sepelik apapun masalah dan selapang apapun kondisinya. “Anak adalah Peniru yang baik”, begitu ucap seorang trainer psikologi anak, Ibu Rahmi Dahnan, S.Psi dalam training of trainer penanggulangan faktor destruktif pemuda bertempat di Cibubur yang pernah diikuti oleh penulis. Maka untuk para calon orang tua ataupun yang sudah menjadi orang tua, jadilah teladan yang terbaik dalam setiap akhlak, perilaku, dan ucapan. Karena nantinya akan ditiru oleh anak. Kapan yang ditiru oleh anak adalah hal-hal yang baik maka bersyukurlah dan pertahankan, namun kapan yang ditiru adalah hal-hal yang buruk dan tak bermanfaat, berarti ada beberapa hal yang harus segera dibenahi demi kelangsungan pembentukan karakter.

Pranata sosial yang kedua adalah sekolah. Dengan sistem pendidikan di negara kita yang senantiasa berkembang, mengalami frekuensi pembenahan dan perubahan yang cukup sering, menjadikan generasi yang juga sering bimbang. Entah tak ada sinergi konsep antara menteri pendidikan sebelumnya dan penggantinya, itu mungkin saja yang terjadi. Lahirlah para generasi bimbang yang masih sering kebingungan di akhir masa studi sekolah menengah atas. Bingung dalam memilih jurusan, bingung dalam memetakan potensi, minat, dan bakat. Bahkan biasanya hanya berdasarkan keinginan serta obsesi orang tua dan hanya sedikit mengetahui potensi, minat, dan bakat anaknya. Generasi dengan fanatik berlebihan terhadap sekolahnya masing-masing, entah dari siapa mereka meniru adegan tawuran antar sekolah yang sesungguhnya sangat kontra-produktif dan merugikan berbagai pihak. Potret buram pendidikan dinegeri ini yang menjadi tugas kita bersama untuk berkontribusi dan menjadi bagian dari solusi.

Pranata sosial yang ketiga adalah masjid atau agama. Masjid di zaman Rasulullah SAW adalah tempat bermusyawarah yang seharusnya menyadarkan kepada kita semua bahwa sesungguhnya masjid bukan sekadar tempat ibadah. Masjid hendaknya tidak hanya dijadikan sebagai tempat ibadah saja. Agama yang menjadi panduan hidup dalam tumbuh kembang karakter seseorang adalah kewajiban orang tua untuk memulai pengajaran yang baik kepada anak-anaknya. Tentunya, tak ada teladan yang lebih baik bagi anak-anak kecuali dilakukan terlebih dahulu. Karena sesungguhnya teladan yang terbaik itu adalah perbuatan.

Pranata sosial yang keempat adalah aturan atau hukum. Selain bersumber dari agama, aturan dan hukum dinegara kita adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Sebagian besar dari kita tentunya masih menghafal dengan baik isi dari Pancasila dan UUD 1945 karena telah dibiasakan di lingkungan sekolah untuk mendengar dan menghafalkannya. Hanya saja, dalam tataran pemahaman dan implementasinya masih mengalami hambatan dan kendala yang luar biasa. Seakan-akan kedua aturan tersebut benar-benar terlalu ideal untuk alam realita bangsa dan negara kita.

Pranata sosial yang kelima adalah media. Dalam tulisan sebelumnya berjudul Dakwah di Era Layar, penulis sempat memaparkan sedikit banyaknya pengaruh tayangan-tayangan di televisi dalam membentuk karakter seseorang. Media turut memberikan pengaruh yang dominan terutama generasi yang hidup di era Gelombang Ketiga Indonesia. Generasi yang hidup di era ini sangat cepat belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan informasi. Teknologi dan informasi yang begitu cepat berubah dan berkembang menuntut generasi ini untuk menjadi quick learning. Media dengan segala kompleksitasnya menuntut para pejuang dakwah yang menginginkan perubahan agar juga terlibat aktif didalamnya. Smartphone bukan lagi menjadi sesuatu yang langka di era ini.

Teruntuk engkau para pejuang dakwah, engkau harus menyadari betapa pentingnya untuk mengetahui karakter seseorang sebelum menyampaikan dakwah kepadanya. Betapa pentingnya menjadi teladan sebelum ucapan agar mudah dipahami dan diimplementasikan. Betapa pentingnya menyentuh hati objek dakwah dengan memahami kelima pranata sosial yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang karakter seseorang. Dakwah harus menyentuh segala aspek agar kalimat tauhid tegak di muka bumi, menyebar di seluruh penjuru alam semesta. Dakwah juga harus menyentuh kelima pranata sosial pembentuk karakter seseorang, karena dakwah ini juga tentang karakter.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Alumni Universitas Tadulako Sulawesi Tengah, Penulis Lepas, Trainer Nasional Faktor Destruktif Remaja Kemenpora RI, Trainer Nasional Character Building Kemenpora RI, Aktif di KAPMEPI Sulawesi Selatan.

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization