Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Romantisme Ukhuwah

Romantisme Ukhuwah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (nurlienda.wordpress.com)
Ilustrasi (nurlienda.wordpress.com)

dakwatuna.com – Masa-masa di kampus adalah grafik tertinggi kokohnya ukhuwah. Setidaknya itu yang penulis rasakan. Dengan banyaknya ikhwah (saudara) sesama pengusung dakwah, betapa ukhuwah itu terjalin dengan indah, kokoh, dan menakjubkan. Dengan simpul organisasi (misal Lembaga Dakwah Kampus/LDK, Badan Eksekutif Mahasiswa/BEM, tarbiyah ) sebagai penyatunya.

Di kampus itulah pernah tercipta ukhuwah yang luar biasa. Tak jarang meneteskan air mata. Betapa indahnya persaudaraan yang dibalut dengan nilai-nilai Islam. Persaudaraan yang tidak didapatkan di luar lingkaran persaudaraan itu.

Masih ingat ketika sesama ikhwah dipersaudarakan (mengambil contoh Rasulullah yang mempersaudarakan para sahabat). Persaudaraan itu dimaksudkan agar keduanya memberikan ‘lebih’ perhatian, dengan tidak mengurangi perhatian kepada saudara yang lain. Ada ‘tugas’ dan ‘hak’ dari persaudaraan itu. Saling mengingatkan untuk berbuat ma’ruf (membangunkan untuk shalat tahajud, shaum sunnah, liqo, keluarkan sedekah, membaca buku, dan sebagainya). Meminta agar datang berkunjung/silaturahim ke kos atau kontrakan, meminta waktu di akhir pekan untuk refreshing menambah keakraban antar keduanya.

Masih ingat pula, SMS yang datang bertubi-tubi. Tidak hanya saat hari kuliah efektif, tapi juga saat liburan. Isinya tentang tausiyah, sapaan, atau kalimat motivasi lain yang menambah tebal keimanan di antara mereka, baik yang dikirimi atau yang mengirimi SMS itu.

Seakan berlomba-lomba (dan itu dibenarkan) untuk memotivasi dan mengajak kepada kebaikan. Untaian kalimat indah dan menggugah bahkan hadir saat liburan dan rehat di kampung. Hampir tak pernah dalam sehari dilewatkan tanpa tausiyah dari para saudara. Tausiyah yang semakin banyak dan membludak kala tugas-tugas organisasi dan dakwah sedang giat-giatnya.

Juga masih terbayang betapa semangatnya mendatangi dan didatangi para ikhwah ke kontrakan yang walaupun sempit dan panas tapi berubah sejuk seketika dengan kedatangan mereka. Dijamu dengan makan seadanya. Saat makan bersama ada pula yang tidak bisa menyumbang lauknya. Tapi membuat ukhuwah makin terasa.

Saling berusaha tahu dengan kondisi saudara lain. Tak ada yang menutup diri, kecuali memang pada ranah privasi.

Pergi pagi, pulang malam, itu sudah biasa. Kesibukan yang ada justru dinikmati. Kemana-mana wangi persaudaraan itu tercium. Sebab di mana-mana pula ukhuwah itu ada dan sedang mekar dengan ranumnya. Usia muda-usia hamasah. Semangat sedang menggelora.

Tapi begitu wisuda dan disibukkan dengan urusan pekerjaan-dan rumah tangga, ukhuwah itu perlahan sedikit terganggu. Masih ada. Tapi mungkin sudah berkurang. Benar. Betapa SMS tausiyah itu kembali dirindukan. Tapi kadang yang dirindukan tak jua datang. Atau mungkin karena kita sendiri yang menjadi penyebabnya. Pernah dalam sehari, SMS tidak datang. Tapi kemudian hari tanpa ingatan ukhuwah itu menjadi biasa. Karena kesibukan pekerjaan, atau urusan lain. Seakan-akan semuanya jalan sendiri-sendiri. Realitanya begitu. Tidak bisa dipungkiri.

Solusinya adalah saling mendekat. Mudah-mudahan tidak ada yang berniat dan berminat saling menjauh. Memulai memperbaiki lebih bagus. Banyak media-teknologi yang semakin mendekatkan jarak yang jauh. Manfaatkan sarana itu untuk kembali merekatkan ikatan ukhuwah. Berbaik sangka, bahwa saudara-saudara kita pun merindukan kita. Mudah-mudahan ikatan ukhuwah itu kembali menguat.

 

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Guru di SMP Islam Terpadu Darul Hikmah Pasaman Barat. Menuntut ilmu di Universitas Andalas, Padang.

Lihat Juga

Pernyataan Sikap Persis Jawa Barat Atas Tragedi Kemanusiaan di Aleppo

Figure
Organization