Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Tetaplah Berjamaah!

Tetaplah Berjamaah!

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (multnomahathleticfoundation.com)

dakwatuna.com – Iring-iringan kendaraan bermotor melintasi kota berduyun-duyun di hari Ahad sore. Di Kota tempat penulis mengukir gagasan sederhana ini, Kota Palu Sulawesi Tengah. Memberi kesan yang melihatnya bahwa mereka benar-benar kompak dalam hal kendaraan, seragam, dan beberapa atribut lain. Nampaknya bukan hanya satu komunitas kendaraan bermotor yang berkumpul di taman kota pada sore hari itu. Ada komunitas dengan kendaraan yang sederhana saja, ada pula komunitas dengan kendaraan bermotor yang agak mewah khusus kalangan menengah ke atas. Mereka sudah bersiap-siap di tempat seperti biasa yang mereka sepakati bersama, bersiap melakukan tour keliling kota di iringi beberapa polisi lalu lintas. Selain untuk mensosialisasikan tentang cara berkendara yang baik kepada masyarakat, juga membuktikan solidaritas mereka sebagai sesama rider.

Komunitas rider tersebut ingin memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya berkendara secara tertib dan taat pada peraturan-peraturan lalu lintas. Mereka menyadari bahwa kalau upaya ini di lakukan secara individualis saja, maka pengaruhnya mungkin tak terlihat bahkan tak terasa sama sekali. Maka mereka melakukannya secara bersama-sama, secara beramai-ramai agar muncul euforia tersendiri pada pesan-pesan yang ingin mereka sampaikan. Ada juga sekelompok anak muda yang berhimpun dalam komunitas sepeda. Dengan penuh percaya diri mereka ingin menyampaikan nilai-nilai tentang hidup sehat. Dengan bersepeda maka akan mengurangi polusi dan sisi positif lainnya adalah menyehatkan badan dan sekali lagi mereka tak akan mampu untuk menyebarkan nilai-nilai positif ini apabila hanya di lakukan secara individu. Mereka memilih untuk berhimpun dalam suatu komunitas agar apa yang ingin mereka sampaikan dapat tersebar dengan luas.

Ada lagi sekelompok anak muda yang berhimpun dalam kelompok pecinta alam. Menyebarkan nilai-nilai positif tentang bagaimana kemudian manusia yang memang pada dasarnya harus menghargai dan melestarikan lingkungan. Nilai yang ingin di sampaikan oleh kelompok pecinta alam ini sangat kontras dengan pemahaman para penganut paham kapitalis tentang bagaimana memandang alam dan lingkungan sekitar. Paham kapitalis memberi keleluasaan manusia untuk mengelola dan memanfaatkan alam dengan sebebas-bebasnya tanpa disertai tanggung jawab moral dan sosial. Mungkin hal ini juga yang mengakibatkan banyak perusahaan-perusahaan di sekitar kita mengelola dan memanfaatkan alam dengan sewenang-wenang. Sehingga yang terjadi adalah eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali dan tidak bertanggungjawab karena bertindak dengan tujuan pemenuhan profit semata serta mengabaikan nilai-nilai etika dan moral. Inilah paham ekonomi kapitalisme.

Kembali ke komunitas pecinta alam tadi, mereka adalah sekelompok anak muda yang mempunyai hobi menyusuri sungai, mendaki gunung, hiking, joging, climbing, yang tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka mencintai alam dan melestarikan lingkungan. Sedikit mirip dengan konsep Islam tentang bagaimana cara pandang manusia terhadap alam dan lingkungan dan sekitarnya. Islam mengajarkan melalui Al-Quran dan As-Sunnah, bahwa manusia adalah khalifah di muka bumi. Khalifah adalah pemimpin, mulai dari memimpin dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, sampai memimpin alam semesta. Alam pun adalah wewenang manusia untuk mengelola dan memanfaatkannya, Allah SWT adalah pemilik alam semesta ini dan manusia diberi hak untuk mengelola dan memanfaatkannya. Tentunya karena alam semesta ini adalah kepunyaan Allah SWT, maka harus dikelola berdasarkan aturan-aturan dari Allah, yaitu Syariat Islam. Dikelola dengan kebebasan yang bertanggungjawab. Betapa indah Islam mengatur tentang cara pandang manusia terhadap alam. Adapun sekelompok anak muda pecinta alam tadi begitu sadar bahwa untuk memberikan kesadaran kepada orang-orang di sekitarnya tentang bagaimana mencintai alam dan melestarikan lingkungan tidak bisa dilakukan hanya secara individualis. Butuh kerja sama, butuh kelompok, dan butuh wadah. Maka kelompok komunitas kendaraan bermotor, komunitas bersepeda, dan komunitas pecinta alam tadi, memilih untuk bekerja secara berjamaah.

Sejatinya, manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Dasar negara kita pun, yaitu Pancasila mengajarkan hal yang serupa. Sebagai makhluk individu, manusia harus memperhatikan apa-apa saja yang terkait dengan kebutuhan hidupnya. Imam Al-Ghazali menyimpulkan tentang lima kebutuhan dasar manusia, yakni agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Pada saat yang sama manusia juga harus mampu menjadi makhluk sosial yang peduli akan sesama, peduli kepada lingkungan sekitarnya. Dan konsekuensi logisnya adalah manusia membutuhkan manusia lain dalam beberapa aktivitas sosial.

Dalam buku “Guru Adalah Ustadz Adalah Guru”, Saiful Falah menganalogikan tentang betapa seorang manusia tidak akan bisa mengerjakan segala sesuatunya sendirian kecuali butuh bantuan manusia yang lain. Saiful Falah ber-analogi seperti ada dua buah gelas yang kosong, yang satunya di isi setengah terlebih dahulu. Kemudian, gelas yang sudah terisi setengah tadi di isi lagi dengan air sampai penuh. Bahkan air tersebut tertumpah ke meja dan ke lantai. Air yang tertumpah ke meja, bila ada kertas di meja tersebut, pastilah air akan merusak kertas tersebut. Air yang tertumpah sampai ke lantai akan menyebabkan lantai licin, tinggal menunggu waktu saja orang-orang akan jatuh disebabkan oleh lantai yang licin tersebut.

Gelas tadi diibaratkan sebagai daya tampung manusia atas setiap masalah yang dihadapinya. Setiap manusia pasti memiliki batas daya tampung atas setiap masalah yang dihadapinya, apabila masalah tersebut terus tertampung dalam dirinya, maka tunggu saja masalah tersebut akan menimbulkan masalah baru dan merugikan orang lain sepanjang masalah tersebut tidak pernah di-sharing. Butuh gelas lain agar air yang tertampung dalam gelas kita bisa terakomodasi. Manusia butuh tempat sharing atau curahan hati agar setiap masalah yang di hadapi terasa sedikit lebih ringan dan mampu di hadapi. Gelas yang menjadi tempat berbagi air tadi hendaknya bukan gelas yang dipenuhi air juga, karena masalah bisa menjadi semakin runyam apabila partner sharing kita juga seseorang yang memiliki segudang masalah. Dan pada intinya, manusia tidak dapat hidup sendiri. Butuh sahabat, butuh orang lain, butuh kelompok, butuh wadah, butuh komunitas, agar hidupnya dapat dijalani dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana hakikat manusia sesungguhnya, Sabda Rasulullah SAW: “Sebaik-baik manusia adalah bermanfaat bagi sesamanya..”.

Inilah fitrah manusia yang harus disadari oleh para pejuang dakwah. Inilah kaidah yang harus dipahami oleh para pewaris tugas Nabi dan Rasul. Tentang pilihan untuk berjamaah dalam hidupnya. Begitu banyak keutamaan-keutamaan yang diperoleh apabila perjuangan yang panjang dan melelahkan ini dikerjakan secara bersama-sama, secara berjamaah. Keistimewaan berdakwah di dalam Jamaah begitu banyak. Kita coba lihat bagaimana yang terjadi di Masjid Nabawi di masa Rasulullah SAW. Pemandangan mana yang lebih indah kita saksikan ketika kaum muslimin melaksanakan shalat secara berjamaah. Ada Suhail dari Romawi, Salman dari Persia, Bilal dari Habasyiyah, mereka semua di ikat dalam persaudaraan berdasarkan aqidah. Di ikat dengan indah oleh ukhuwah Islamiyah, betapa indahnya bergabung dan bekerja dalam jama’ah daripada secara sendiri-sendiri. ‘Umar bin Khaththab ra pernah berkata: “Tidak ada Islam melainkan dengan jamaah, tidak ada jamaah kecuali dengan imamah (kepemimpinan) dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ketaatan.”

Sebagai pejuang dakwah, kita pun harus memahami tujuan sebenarnya dari berjamaah ini. Tentang mengapa dakwah ini harus membentuk sebuah kesatuan barisan, keselarasan gerak, dan keseragaman tujuan. Dalam Buku Menuju Jama’atul Muslimin, Hussain bin Muhammad bin Ali Jabir, M.A. menjelaskan tentang tujuan-tujuan umum bagi jamaatul muslimin yaitu :

  1. Supaya manusia menyembah Rabb yang Mahasatu
  2. Menjalankan prinsip amar ma’ruf nahi mungkar
  3. Menyampaikan Dakwah Islam kepada semua manusia
  4. Menghapuskan fitnah dari seluruh dunia
  5. Menaklukkan Roma, ibu kota Italia
  6. Memerangi semua manusia sehingga mereka bersaksi dengan kesaksian yang benar.

Masih dalam buku Menuju Jamaatul Muslimin, Nabiyullah Ibrahim as menyadari persoalan ini kemudian memohon kepada Allah SWT agar dianugerahi seorang penerus yang termasuk dalam golongan orang-orang shalih yang akan menjadi suatu jamaah pengemban dan pembela Dakwah-Nya. Firman Allah SWT. :

“Ya Rabbi, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk ke dalam himpunan orang-orang yang Shaleh. (QS. Ash-Shaffat : 100).”

Rasulullah SAW mengungkapkan pentingnya jama’ah ini bagi keberhasilan dakwah, dan menyatakan bahwa jama’ah inilah yang akan menentukan eksis atau tidaknya dakwah Islam. Ini diungkapkan beliau dalam munajatnya kepada Allah pada perang Badar sebagaimana diriwayatkan dari ‘Umar bin Khaththab ra. Pada waktu perang Badar, Nabi SAW menghadap kiblat, kemudian menjulurkan tangannya seraya berdoa kepada Rabb-nya :

“Ya Allah, jika kelompok dari orang-orang Islam ini hancur, maka Engkau tidak akan disembah di muka bumi.”

Wahai para pejuang dakwah, taatilah Rabbmu dan teladanilah para Nabi dan Rasul dengan mengambil langkah tegap untuk berjamaah. Insya Allah engkau takkan berada dalam kesesatan selama Jamaah Dakwah senantiasa berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah. Pahamilah ini lalu ambil langkah yang pasti, ajak orang-orang di sekitarmu untuk turut serta mengambil langkah ini. Langkah yang akan membimbingmu, membimbing kita semua berada dalam jalan kebenaran, jalan yang diridhai Allah SWT., jalan yang telah diambil para Nabi dan Rasul, jalan yang telah diambil para pendahulu. Yakinlah dengan sebenar-benarnya keyakinan, keyakinan yang menghujam nurani, laksana kokohnya akar menunjang batang, ranting, dan daun. Tetaplah Berjamaah!

Wahai para pejuang dakwah, jangan sampai tingginya gelombang sekularisasi, liberalisasi, dan ideologi-ideologi lain membuatmu pesimis membersamai ideologi yang mulia ini, ideologi yang di wariskan oleh para Nabi dan Rasul, dan dengan keoptimisan dan kemantapan hati kita menjadi pewaris tugas para Nabi dan Rasul. Jangan sampai realitas keummatan membuatmu pesimis dalam mengemban tugas yang mulia ini. Karena engkau adalah orang-orang yang telah di pilih oleh Allah SWT untuk bergabung dalam barisan Jama’atul Muslimin. Bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu! Teruslah berada dalam Jamaah! Tetaplah Berjamaah!

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Alumni Universitas Tadulako Sulawesi Tengah, Penulis Lepas, Trainer Nasional Faktor Destruktif Remaja Kemenpora RI, Trainer Nasional Character Building Kemenpora RI, Aktif di KAPMEPI Sulawesi Selatan.

Lihat Juga

Bentuk-Bentuk Penyimpangan di Jalan Dakwah (Bagian ke-3: Persoalan Jamaah dan Komitmen (Iltizam))

Figure
Organization