Topic
Home / Berita / Daerah / Ibunda Fitri Berharap Oktavia Bisa Berjalan Seperti Kedua Adiknya

Ibunda Fitri Berharap Oktavia Bisa Berjalan Seperti Kedua Adiknya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Oktavia Agustina dan Keluarga saat ditemui tim BWA di kediamannya, Setu Cimuning, Bantar Gebang, Bekasi
Oktavia Agustina dan Keluarga saat ditemui tim BWA di kediamannya, Setu Cimuning, Bantar Gebang, Bekasi

dakwatuna.com – Meskipun tertawa riang, Oktavia Agustin (5 tahun) hanya dapat duduk saja melihat kedua adiknya yang masih berumur 4 dan 3 tahun berlarian menggoda. Bukannya tidak ingin berlari mengejar, berjalan juga belum bisa bahkan berdiri pun masih harus dipapah.

Ibunda Fitri (25 tahun) berharap Okta bisa segera berjalan seperti adik-adiknya dan juga bisa sekolah TK seperti anak-anak lainnya.  “Walau bagaimanapun keadaan Okta, dia adalah anak kandung saya, dia juga  titipan Allah yang harus saya cintai dan kasihi,”  ujarnya.

Balita pengidap hidrosefalus tersebut terlahir prematur dengan berat badan saat lahir 700 gram. Tanda-tanda kelainan muncul pada usia tiga bulan, ketika kepalanya nampak semakin membesar. Keluarga akhirnya membawanya ke Puskesmas terdekat.

Menurut  perawat Puskesmas,  anak pertama ayahanda Eko Tedi Agustino (26 tahun) mengalami hidrosefalus, keluarga pun membawanya ke rumah sakit swasta. Pulang dari RS orang tuanya mengurungkan niat untuk berobat tersebut karena ketiadaan biaya.

Hingga usianya 4 tahun, kemampuan motoriknya belum ada kemajuan. Setiap hari, ia hanya berbaring seperti bayi saja. Melihat kondisi seperti itu, Fitri pun mengikuti saran tetangga untuk terapi pijat dari seorang tabib asal Jati Asih, Bekasi, Jawa Barat.

Alhamdulillah, beberapa bulan kemudian Okta pun bisa mengangkat kepala dan bahkan duduk. Kini, ia bisa duduk dan mulai belajar berjalan dan sudah mau makan apa saja dan minum susu kaleng. Sebelas bulan sudah Okta menjalani terapi. Fitri hanya bisa memberikan  uang pengganti bensin saja kepada sang tabib yang datang sepekan sekali tersebut.

Warga Setu Cimuning, Bantar Gebang, Bekasi, tersebut mengaku memang sangat berat mengeluarkan uang untuk biaya terapi dan membeli susu kaleng karena banyaknya kebutuhan pokok keluarga. Maklumlah Eko Tedi hanyalah buruh bangunan dengan penghasilan yang tidak seberapa.

Memang, kerap kali Fitri membantu dengan menjadi buruh cuci. Pakaian kotor itu dibawa dari tetangga dan dicucinya di rumah sambil menjaga ketiga anaknya, namun itu juga belum dapat membuatnya bernafas lega.

Melalui program Zakat Peer to Peer (ZPP), Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) mengajak kaum Muslimin meringankan beban keluarga Okta dengan menyalurkan zakat harta (atau berdonasi) untuk menutupi biaya terapi pijat dan pembelian susu kaleng selama satu tahun. Sehingga kewajiban zakat Anda tertunaikan, sebagian masalah Okta pun terselesaikan. Dan tentu saja, pahala berlipat ganda untuk kita semua seperti yang Allah SWT janjikan.

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Zakat Sebagai Solusi Masa Depan BPJS Kesehatan

Figure
Organization